[Wawancara] Syaikh Ar-Raisuni (Ketua IUMS): JAMAAH IKHWAN PERLU OTOKRITIK DAN MUHASABAH

(Syaikh Dr Ahmad Ar-Raisuni, IUMS, Istanbul 2018) 

[PORTAL-ISLAM.ID] Ulama Maroko Syaikh Dr Ahmad Ar-Raisuni (أحمد الريسوني) terpilih sebagai pengganti Syaikh Dr Yusuf Al-Qaradhawi sebagai Ketua Kesatuan Ulama Islam Sedunia (International Union of Muslim Scholars/IUMS) yang berlangsung di Istanbul, Rabu (7/11/2018).

(Syaikh Dr Ahmad Ar-Raisuni dan Syaikh Dr Yusuf Al-Qaradhawi, IUMS, Istanbul 2018)

Ulama yang dikenal sebagai pakar Maqasid itu terpilih secara demokratis meraup suara sebanyak 93.4% dalam kongres International Union of Muslim Scholars (IUMS). Terpilihnya Ar-Raisuni merupakan puncak dari acara IUMS yang digelar selama tiga hari di Istanbul, Turki.

Lalu, siapakah sosok Syaikh Dr Ahmad Abdul Salam Ar-Raisuni itu?

Ar-Raisuni lahir pada tahun 1953 di provinsi Larache Sultan, Maroko. Ia menerima gelar Sarjana Hukum Islam dari Universitas Al-Qarawiyyin pada tahun 1978. Ar-Raisuni menyelesaikan studi pascasarjana di Rabat’s Mohammed V University. Tiga tahun kemudian, ia memperoleh gelar Master pada tahun 1989 dan PhD di universitas tersebut.

Dari tahun 1996 hingga 2003, Ar-Raisuni menjabat kepala gerakan Attawhid Wal Islah (Persatuan dan Reformasi) yang berbasis di Maroko. Dia juga menjabat sebagai penasehat akademis untuk Institut Pemikiran Islam Internasional (The International Institute of Islamic Thought/IIIT) yang berbasis di AS.

Syaikh Ar-Raisuni dikenal sebagai ulama reformis.

Berikut salah satu wawancara Syaikh Ar-Raisuni tentang jamaah Ikhwan (video dibawah):

Pewawancara:
Di antara kritik yang ditujukan kepada para aktivis Islam adalah adanya kecenderungan menggampangkan (simplifikasi) terhadap banyak urusan:

- Jika mereka merasa benar dan berhasil, maka mereka katakan,"Ini adalah wujud dari janji Allah yang akan memberikan kemenangan dan tamkin kepada mereka”.

- Sebaliknya, jika mereka gagal dan tidak mampu mewujudkan cita-cita mereka, maka mereka berkata: Ini adalah mihnah (tribulasi), ibtila (ujian) dan tamhish (proses seleksi dan penyaringan).

Sebuah model simplifikasi yang sangat indah dan gampang. Jadi tidak perlu ngotot-ngototan, kritik, dan ... no problem!

Apa pendapat antum?

Syaikh Ahmad Ar-Raisuni:

Ala kulli hal, ungkapan ini ada benarnya.

Faktanya, memang sebagian aktivis Islam berfikir dengan cara seperti ini.
Dan otokritik pada mereka memang sangat lemah, atau bahkan tidak ada sama sekali.
Bahkan, bagi mereka, otokritik dipandang sebagai bentuk ‘adaa-an (perlawanan atau permusuhan), hadman (destruktif), nashran lil ghasil (pembelaan terhadap upaya cuci otak) dan semacamnya.

Cara berpikir seperti ini masih sangat eksis, meskipun sudah ada sedikit perubahan setelah adanya banyak seruan untuk hal ini dan setelah berbagai usaha yang gigih semenjak puluhan tahun yang lalu, sayangnya cara berpikir begitu masih ada.

Dan inilah yang sering saya sayangkan terhadap Ikhwan.

Sampai-sampai, mereka-mereka yang keluar dari ikhwan, meskipun mereka adalah para qiyadah-qiyadah besar mereka sendiri, oleh Ikhwan hal ini dipandang sebagai satu bentuk tasaquth (berguguran), atau dha’fan (kelemahan) para qiyadah itu, atau tamhish (proses seleksi dan penyaringan), sementara jama’ah (Ikhwan) tetap tsabat (teguh dan tegar).

Jadi, engkau keukeuh di atas pola pikirmu yang jamid (jumud, statis) selama puluhan tahun, engkau pandang sebagai tsabat (keteguhan dan ketegaran)?!

Bukan, bukan, tsabat itu tidak begitu, tsabat itu tidak berlaku pada urusan-urusan yang bersifat ijtihadi, ini bukanlah tsabat, sebab, urusan-urusan ijtihadi, ente sendiri yang membuat dan membikinnya.

Ini mirip-mirip dengan bangsa Arab zaman dahulu yang membikin-bikin tuhan, lalu mereka memakan tuhan-tuhan bikinan mereka itu!

Hanya saja, bedanya, kita sekarang seperti membuat-buat tuhan, sayangnya, kita tidak mau memakan tuhan-tuhan bikinan kita itu!!!??

Jadi, kita sekarang membuat ijtihad-ijtihad, kita membuat aturan-aturan, kita membuat istilah-istilah dan slogan-slogan, dan kita tidak mampu mengubahnya, seakan ijtihad, aturan, istilah dan slogan itu adalah tuhan-tuhan baru, lalu kita memandang bahwa memegangi semua ini secara keukeuh sebagai sebuah tsabat (keteguhan dan ketegaran), kita memandangnya sebagai satu bentuk shumud (daya tahan)??!!!

Bukan, ini bukan tsabat dan bukan pula shumud!!!

Kita berkewajiban untuk melakukan perubahan!
Kita berkewajiban untuk melakukan muroja’ah (review)!

Kita berkewajiban untuk menyingkirkan debu yang menutupi semua permukaan ini kapan saja!

Hasan al-Banna ... mengingat bahwa puncak argumentasi Ikhwan adalah Hasan al-Banna, Hasan al-Banna telah mewariskan kepada kita satu wirid bernama wirid muhasabah, wirid untuk melakukan audit internal terhadap setiap individu!!

Sekarang ini, kita berkewajiban untuk membuat wirid muhasabah terhadap jama’ah!! Sebab, bagaimana anggota dan personil jama’ah di-muhasabah, sementara jama’ah tidak di-muhasabah ??!!

Jadi, semua lembaga jama’ah perlu di-muhasabah!!
Maktab Irsyad perlu di-muhasabah!!
Lembaga A, lembaga B juga perlu di-muhasabah!!
Majlis Syura perlu di-muhasabah!! Majlis Syura level Nasional perlu di-muhasabah!! Majlis Syura Wilayah perlu di-muhasabah!!
Seluruh qiyadat (pimpinan) perlu di-muhasabah!!
Mursyid perlu di-muhasabah!!
Naib Mursyid perlu di-muhasabah!!

Dan kewajiban muhasabah ini perlu dilakukan secara kontinyu! Kontinyu! Dan muhasabah dalam arti yang sebenarnya, muhasabah haqiqiyah!!

Pewawancara:
Adakah era jama’ah-jama’ah Islam yang bertabiat universal, semisal Jama’ah Ikhwanul Musimin di Mesir sudah berakhir? Lalu, bagaimana cara mewujudkan transformasi yang smood kepada jama’ah-jama’ah fungsional yang efektif?

Syaikh Ahmad Ar-Raisuni:
Betul, ini betul sekali. Jadi, sekarang ini, kita berada di era yang diisyaratkan oleh firman Allah SWT:

وَقَالَ يَابَنِيَّ لَا تَدْخُلُوا مِنْ بَابٍ وَاحِدٍ وَادْخُلُوا مِنْ أَبْوَابٍ مُتَفَرِّقَةٍ ... (يوسف: 67

Dan Ya’qub berkata: “Hai anak-anakku janganlah kamu (bersama-sama) masuk dari satu pintu gerbang, dan masuklah dari pintu-pintu gerbang yang berlain-lain … (Q.S. Yusuf: 67).

Sekarang ini, kita berada di era yang diisyaratkan oleh firman Allah:

وَفَجَّرْنَا الْأَرْضَ عُيُونًا فَالْتَقَى الْمَاءُ عَلَى أَمْرٍ قَدْ قُدِرَ (القمر: 12

Dan Kami jadikan bumi memancarkan mata air-mata air, maka bertemulah air-air itu untuk suatu urusan yang sungguh telah ditetapkan. (Q.S. Al-Qamar: 12).

Tentang “bagaimana?” ini adalah pertanyaan yang jawabannya selalu menyesuaikan dimensi ruang dan waktu.

Pewawancara:
Bagaimana Anda menilai realitas gerakan Islam dari sudut pandang pembaharuan pemikiran ... dan harga apa yang mesti dibayar oleh gerakan Islam akibat dominasi para operator atas gerakan Islam itu sendiri?

Syaikh Ahmad Ar-Raisuni:
Inilah salah satu problem paling pelik yang dihadapi oleh tanzhim-tanzhim Islami, juga organisasi-organisasi politik kepartaian secara umum, di mana kedudukan dan suara tertinggi justru diberikan kepada kelompok “penegak disiplin organisasi”!! yaitu mereka-mereka yang menjadi eksekutor dan orang-orang yang berada di jalur struktur!! Sementara para pemilik ilmu, pemikiran dan yang berpemandangan, malah dipinggirkan atau dimundurkan!!

Dengan demikian, jadilah gerakan Islam itu semisal organisasi kepanduan, yang obsesi awal dan akhirnya adalah penegakan aturan dan kedisiplinan!!

Sementara kekosongan ilmu, dan pemikiran yang cetek (dangkal) cukup diisi atau digantikan oleh sebagian mereka yang mempunyai sedikit kemampuan berkhithab (bertaujih) yang dijejali dengan aspek-aspek emosional yang dangkal atau permukaan!!

Inilah celah besar harakah yang riil dan sangat berbahaya! Dan selama para ulama’, pemikir, cendekiawan dan kalangan rasionalis tidak digabungkan di dalam lembaga-lembaga pengambil keputusan dan posisi-posisi pengarah, maka selamanya harakah dan jama’ah Islam akan terus menderita kemarau, kekeringan, kedangkalan dan jumud!!

[VIDEO]
Baca juga :