Diprotes Netizen, DivhumasPolri Akhirnya Hapus Postingan "Tulisan Opini Berujung Jeruji" di Instagram


[PORTAL-ISLAM] Polri memilih untuk menghapus postingan gambar di jejaring sosia Instagram @divisihumaspolri, terkait imbauan berhati-hati menuliskan opini. Polri khawatir postingan tersebut disalah tafsirkan.

"Karena ada multitafsir, itu (postingan) kami tarik kembali," kata Karopenmas Polri Brigjen Pol Rikwanto saat dihubungi di Jakarta, Rabu (8/2), seperti dikutip Republika.

Postingan dalam akun @divisihumaspolri tersebut telah mendapatkan 1.000 lebih komentar sebelum akhirnya ditutup. Adapun postingan yang menimbulkan banyak penafsiran tersebut berisi "Suka menulis? Awas! Tulisan opini berujung jeruji. Berpikir sebelum menulis."

Sebenarnya, kata Rikwanto, tulisan tersebut tidak bermaksud untuk melarang siapapun beropini dalam menulis. Namun, dia hanya menekankan bahwa agar tidak menulis kabar bohong atau ujaran yang dapat menimbulkan kebencian.

"Boleh saja menulis apapun, asal jangan fitnah, berita bohong alias hoax, ujaran kebencian, atau penistaan," ujarnya.

Sementara itu, ustadz Felix Siauw memberi tanggapan atas postingan Divisihumaspolri di instagram yang banyak menuai protes netizen sebelum akhirnya dihapus.

Di akun facebooknya, dai kondang keturunan Tionghoa ini menulis dengan judul 'Alarm Bagi Polri':


Alarm Bagi Polri

Beberapa waktu lalu, hangat di sosial media khususnya Instagram, pembahasan postingan @divisihumaspolri yang bernada ancaman, sontak netizen bereaksi memenuhi kolom komentarnya.

Postingannya seperti ini "Suka Menulis? Awas! Tulisan Opini Berujung Jeruji, Berfikir Sebelum Menulis". Namun, beberapa waktu kemudian postingan ini dihapus, kurang cermat tampaknya.

Tapi netizen terlanjur berang, terlihat ratusan komen masih mampir di tiap postingan lain, ada yang menyindir, ada yang nyinyir, ada yang mengkritik, dan ada pelajaran yang bisa kita petik.

Pertama, sangat tidak bijak bagi institusi sekelas polri untuk menampilkan posting bernada ancaman yang jelas seperti itu, apalagi di tengah-tengah situasi seperti sekarang ini.

Sebab bangsa berkembang itu tandanya membaca, dan bangsa maju itu tandanya menulis, lha ini malah diancam tanpa ada edukasi terlebih dahulu, ini kontraproduktif sekali.

Kedua, polri harus sadar betul, ini warning keras buat polri bahwa kepercayaan masyarakat sudah turun drastis semenjak mereka dihadapkan pada reaksi polri terhadap kasus penistaan agama.

Ironisnya akun @divisihumaspolri justru punya tagline "Obyektif, Dipercaya, Partisipasi", hanya masyarakat tidak melihat itu, lihat saja sebagian besar komentar di sosial medianya.

Mulai dari aksi 411 dimana yang ditampilkan polri dan nyatanya berbeda, bus-bus dihambat kepergiannya, lalu aksi 212 yang dihembuskan isu makar, menggoyang negara, banyak lagi.

Sampai banyak pembelaan kepada penista agama, terkesan lambat dalam menyelesaikan kasus, lalu berlanjut kasus #OmBalokOm, sampai pendataan para ulama dan pemanggilan ulama.

Apapun alasannya, bagi saya polri sudah gagal mengomunikasikan maksudnya kepada ummat, bisa jadi maksudnya baik, tapi komunikasinya berantakan, apa yang ditampilkan tak apik.

Dan ingat, integritas itu tentang track record, ummat masa kini sudah lebih melek mana polesan pencitraan mana yang tulus, dan sudah bosan melihat ketidakadlilan dan kemunafikan.

Saya berandai, bila saja polri mampu menyelesaikan kasus penistaaan agama sebagaimana harapan ummat, tentu itu akan mengubah persepsi ummat tentang polri.

Sebab polri juga bagian dari ummat, dan ummat pun mencintai polri, hanya saja ummat lebih utamakan keadilan dan Islam, bila polri mampu begitu, tentu ummat akan tenang.

Dan wibawa polri tentu akan pulih, tidak seperti sekarang, kasihan lembaga yang begitu besar dijadikan olok-olokan, hanya karena tidak memahami ummat dan permasalahan utamanya.

Alarm Bagi Polri Beberapa waktu lalu, hangat di sosial media khususnya Instagram, pembahasan postingan @...
Dikirim oleh Ustadz Felix Siauw pada 8 Februari 2017
Baca juga :