[PORTAL-ISLAM.ID] Seorang wanita marah dan berkata "Semua cowok sama aja!", pastinya ia tidak sedang menyatakan bapaknya juga sama dengan cowok yang lain.
Dalam ushul fikih ini adalah lafadz umum yang sejak awal ditujukan untuk khusus. 'am urida bihil khash.
Setelah belajar ushul fikih anda akan tahu bahwa tidak semua kata "semua" artinya semua.
***
Contohnya adalah hadits yang sangat terkenal tentang BID'AH.
Nabi Muhammad ﷺ bersabda dalam muqodimah khutbahnya:
فإن خير الحديث كتاب الله، وخير الهدى هدى محمد، وشر الأمور محدثاتها، و"كل" بدعة ضلالة
“Sesungguhnya sebaik-baik perkataan adalah kitab Allah, sebaik-baiknya petunjuk adalah petunjuk Muhammad, seburuk-buruk perkara adalah perkara yang baru, dan setiap bid’ah (hal baru) adalah sesat.”
Penjelasan ahli ilmu tentang “kullu bid’atin dlolalah”
Imam Nawawi (w 676 H) berkata :
وكل بدعة ضلالة هذا عام مخصوص والمراد غالب البدع
“Setiap bid’ah adalah sesat, lafadz setiap (kullu) disini adalah lafadz umum yang bermaksud khusus, yaitu maksudya sebagian besar bid’ah.”
Ibnu Hajar al-Asqolani (w 852 H) berkata :
والمراد بقوله كل بدعة ضلالة ما أحدث ولا دليل له من الشرع بطريق خاص ولا عام
“Yang dimaksud dengan ucapan baginda Nabi ﷺ; “setiap bid’ah adalah sesat” adalah sesuatu yang baru yang tidak punya dalil dari syari’at, baik dalil itu secara umum atau secara khusus.”
Jelas sudah dari kesimpulan penjelasan para ulama diatas, bahwa maksud dari hadits Nabi “kullu bid’atin dlolalah” adalah sebagian bid’ah; bid’ah yang sesat adalah bid’ah yang bertentangan dengan syari’at Islam dan tidak mempunyai landasan dalil, baik dalil itu sifatnya umum atau khusus, adapun bid’ah (hal baru) yang tidak bertentangan dengan syariat (karena memiliki substansi ajaran Islam) serta memiliki landasan dalil maka itu bukan bid’ah yang sesat.
Inilah kesimpulan yang dijelaskan oleh Mujtahid mutlak al-Imam Syafi’i -rodhiyallahu ‘anhu- (w 204 H) yang dinukil oleh Ibnu Hajar al-Asqolani:
البدعة بدعتان محمودة ومذمومة. فما وافق السنة فهو محمود وما خالفها فهو مذموم
“Bid’ah itu ada dua; mahmudah (terpuji) dan madzmumah (tercela), apa yang sesuai dengan sunah adalah bid’ah terpuji sedang yang bertentangan dengan sunah adalah bid’ah tercela”
Ada juga riwayat dari imam al-Baihaqi (w 458 H):
المحدثات ضربان ما أحدث يخالف كتابا أو سنة أو أثرا أو إجماعا فهذه بدعة الضلال. وما أحدث من الخير لا يخالف شيئا من ذلك فهذه محدثة غير مذمومة
“Perkara baru ada dua, yang pertama yang menyelisishi al-Qur’an dan sunah Nabi atau atsar sahabat atau Ijma’, maka perkara baru ini adalah bid’ah yang sesat. Yang kedua adalah perkara baru yang tidak menyelisishi hal-hal di atas, maka ini adalah bid’ah yang tidak tercela.”
Mengapa para ulama bisa berkesimpulan seperti ini? Jelas karena mereka mamiliki ilmu yang luas dan perangkat untuk ber-istinbath. Dengan keluasan ilmu dan pemahaman yang dalam tentang cara menarik kesimpulan hukum inilah para ulama mampu melihat dengan jernih maksud dari teks-teks syar’i.
*selengkapnya: https://www.rumahfiqih.com/fikrah/520