Deretan mobil-mobil mewah milik Bos Batubara yang disita KPK terkait kasus Tindak Pidana Pencucian Uang (TPPU) eks Bupati Kukar Rita Widyasari....
Baru kemarin saya tulis tentang keheranan saya. Bagaimana bisa orang di Samarinda membeli Supercar seperti Lamborghini. Jalanan di sini tidak ada yang cocok buat mobil kencang dan rendah.
Cuma ada jalan tol Balikpapan - Samarinda. Jaraknya juga cuma seratusan kilo. Jadi bisa saya pastikan Lambo-nya belum tentu dipakai sekali sebulan.
Padahal pajak tahunannya berapa? Bisa 40-50 juta setiap tahunnya.
Jadi beli Lamborghini cuma buat pamer dan karena kelebihan uang.
Dan di kasus ini anda tahu berapa Lamborghini yang disita? Dua! Ya Dua. Udah persis iklan minuman sehat yang harga perbotolnya cuma dua ribuan tapi kita semua rakyat belum tentu mampu membelinya.
Lah, ini ada orang membeli dua Lamborghini dan belasan mobil mewah lainnya. Padahal belum tentu dipakai setiap bulannya.
Luar biasa ketimpangan kemakmuran di negara kita ini.
Dan makmurnya sebagian orang karena mengeruk kekayaan Sumber Daya Alam kita yang melimpah ruah. Padahal seharusnya semua Tambang dan Kekayaan Alam Negeri ini milik bersama dan untuk kesejahteraan kita semua.
Makanya saya usulkan, kalau Negara mau bikin Program Rumah Murah untuk rakyat, ambil dari Tambang!
Kalau Negara mau bikin Pendidikan Gratis untuk rakyat, ambil dari pengelolaan jutaan lahan kita yang jadi Kebun Sawit.
Kalau Negara mau membuat Program Kesehatan Gratis, ambil dari pengelolaan kekayaan lautan kita.
Jangan sedikit-sedikit mengutip uang recehan dari masyarakat. Tapera-lah, BPJS-lah, Pajak ini-itulah, Cukai sana-sinilah.
Negara kok kayak Preman Pasar aja. Sibuk mengutip uang recehan ke para Pedagang Kecil. Tapi tunduk dan hormat kepada Penguasa dan Kelompok Ber-uang.
Coba Kekayaan alam negara kita dikelola dengan benar. Banyak Negara di Dunia ini yang rakyatnya sejahtera dari Kekayaan alam mereka. Dubai. Qatar. Uni Emirat Arab. Dan tetangga terdekat kita, Brunai.
Semoga Pak Prabowo setelah dilantik nanti bisa mewujudkan buku Paradoks Indonesia hasil pemikiran beliau itu.
(By AZWAR SIREGAR)