OPTIMISME UNTUK PALESTINA

OPTIMISME ILAN PAPPE

Oleh: Ulil Abshar-Abdalla (dari twit @ulil)

1/ Hari-hari ini pikiran saya dipenuhi oleh isu Palestina. Berita dan foto2 tentang kebrutalan Israel atas anak-anak yg bertebaran di X/Twitter membuat saya gelisah dan terfiksasi pada isu ini.

Saya kemudian bertanya-tanya sendiri: Kenapa Israel bisa sejahat ini?

2/ Saya juga terus bertanya: Kapan bangsa Palestina bisa mendapatkan keadilan dan memiliki negara merdeka, berdaulat penuh seperti layaknya negeri-negeri lain?

Saya sendiri sadar: prospek itu masih jauh. Sepertinya negara Palestina tidak akan berdiri dalam waktu dekat.

3/ Saya sampai kepada kesimpulan: upaya perdamaian antara Palestina dan Israel akan selalu gagal. Kesalahan bukan dari pihak Palestina, tetapi dari pihak Israel dan negeri2 Barat (Amerika/Inggris). 

Mereka, negeri2 Barat itu, sejatinya tidak menghendaki adanya negara Palestina.

4/ Secara formal, negara2 Barat memang mendorong proses perdamaian di Palestina. Tetapi usaha itu, menurut saya, setengah hati. Mulai dari Perjanjian Oslo hingga sekarang, usaha2 ke arah perdamaian yg disponsori negeri2 Barat adalah “usaha setengah hati.”

5/ Tetapi optimisme saya muncul kembali setelah membaca karya/pandangan2 sejarawan “revisionis” Israel Ilan Pappe yg menulis buku penting: The Ethnic Cleansing of Palestine (One World, 2006). Buku ini adalah karya penting dari dalam Israel sendiri yg memberikan secuil harapan.

6/ Ilan Pappe adalah satu dari beberapa sejarawan generasi baru di Israel yg biasa disebut “new historians”. Generasi baru ini muncul setelah arsip tentang Tragedi Nakba 1948 yang menandai berdirinya negara Israel di-deklasifikasi pada akhir 1970an.

Nama lain yg menonjol: Avi Shlaim.

7/ Orang-orang seperti Ilan Pappe makin bertambah banyak, baik di dalam atau di luar Israel. Mereka mewakili kesadaran baru di kalangan masyarakat Yahudi bahwa ada yg salah dalam konstruksi negara Zionis selama ini. Ilan Pappe memulai karir akademisnya dg membongkar sejarah Nakba 1948.

8/ Bersama Avi Shlaim, Pappe mencoba menunjukkan bahwa negara Israel berdiri melalui sejarah berdarah-darah dalam peristiwa yg disebut Nakba pada 1948. Ada 800 ribu penduduk Palestina yang terusir gara-gara berdirinya Israel pada 1948. Narasi resmi Israel mencoba menutup sejarah ini.

9/ Seperti ia tulis dlm bukunya itu, The Ethnic Cleansing of Palestine, Pappe menunjukkan bahwa apa yg terjadi sejak berdirinya Israel adalanya proses pembasmian etnik secara pelan-pelan, dan berlangsung hingga sekarang.

Karena suaranya yg kritis ini, Pappe kehilangan pekerjaan.

10/ Pappe sekarang tinggal di Inggris dan mengajar di Universitas Exeter. Ia tidak bisa lagi bekerja di Israel. 

Ia meraih gelar PhD dlm bidang sejarah di Univ Oxford di bawah bimbingan sejarawan besar Arab asal Lebanon, Prof. Albert Hourani.

11/ Menurut pengakuan Pappe sendiri, Prof. Hourani-lah yg menanamkan pandangan yg kritis terhadap sejarah Israel. Pappe yg tumbuh dlm indoktrinasi negara Israel sejak muda akhirnya sadar bahwa narasi “nasionalistik” negara Israel selama ini mengandung masalah/problematik.

12/ Dalam sebuah wawancara dua tahun lalu yg masih bisa dilihat di kanal Youtube, Pappe mengemukakan optimismenya: bahwa suatu saat akan lahir generasi baru Israel yg menyadari kebohongan propaganda yg dibangun oleh negara Israel selama ini.

13/ Pappe mencontohkan kasus Afrika Selatan. Selama berpuluh-puluh tahun, sistem apartheid tegak di negara Afsel. Tetapi pelan-pelan sistem itu runtuh karena kehilangan sokongan moral-politik dari negara-negara lain, terutama di Barat.

Kebohongan aparheid tak bisa tahan lama.

14/ Pappe berharap, generasi baru di dalam dan luar Israel mulai menyadari sejarah berdirinya negara Yahudi yg berdarah-darah itu. Ketika kesadaran baru itu muncul, kita bisa berharap akan terjadi perubahan fundamental dari "dalam" negeri Israel sendiri.

15/ Hari-hari ini kita menyaksikan optimisme Pappe itu mulai mewujud. Brutalitas Netanyahu di Gaza justru memantik simpati besar di seluruh dunia. Simpati bagi Palestina merebak merata di hampir semua kampus-kampus AS/Eropa. Demo dukungan bagi Palestina pecah di kota-kota besar di Eropa/USA.

16/ Jika boleh melakukan prediksi, “keruntuhan” Zionisme justru akan datang dari Eropa/AS dan Israel sendiri. Zionisme lahir di Eropa, dan di sanalah benih-benih keruntuhan Zionisme akan berasal. Suara-suara kritis atas Zionisme di Barat inilah yg akan mengakhiri riwayat ideologi itu.

Baca juga :