DEMI MASA DEPAN...

DEMI MASA DEPAN..

Banyak manusia yang kesibukan duniawinya membuatnya lalai dari urusan ibadahnya (termasuk bekal ilmu agamanya) dengan alasan "Demi Masa Depan".

Anak-anak pun hanya dipersiapkan urusan duniawinya dengan sangat maksimal dan pilihan terbaik dengan alasan "Demi Masa Depan".

Namun setelah semua obsesi duniawinya telah tercapai, harta benda, jabatan, popularitas, gelar akademis berderet, dan sebagainya, di usia lanjutnya ia tetap galau tentang "Masa Depan". Ia merasa belum punya bekal untuk "Masa Depan"nya. Mau beribadah bingung, tidak tahu ilmunya, tidak tahu apa yang harus dilakukan, atau mau melakukan tetapi fisik tidak memungkinkan..

Demikian juga ketika anak-anaknya sudah mencapai capaian duniawi yang diinginkan, ia pun tetap galau akan "Masa Depan" anak-anaknya, karena mereka juga jauh dari nilai-nilai agama.

Saya sangat sering didatangi mantan pejabat tinggi, para profesional, atau akademisi. Di masa tuanya ujung-ujungnya mereka tetap galau karena tidak bisa ngaji, tidak paham agama, atau mau beribadah tidak bisa, belum lagi masalah dengan anak-anaknya. Saat itu, ternyata apa yang selama ini mereka sebut dengan "Masa Depan", mereka rasa tidak berarti apa-apa. Dan Mereka masih tetap galau dengan "Masa Depan"nya..

Lalu apa yang sebenarnya dimaksud dengan "MASA DEPAN?

Ternyata, bagaimana pun dunia bukanlah "Masa Depan", karena sifatnya hanya sementara dan akan ditinggalkan bahkan dimusnahkan untuk selama-lamanya.

Silahkan berikhtiyar dalam urusan dunia dengan sebaik-baiknya, tanpa melupakan atau melalaikan urusan "Masa Depan" yang sebenarnya:

بَلْ تُؤْثِرُوْنَ الْحَيٰوةَ الدُّنْيَاۖ 
وَالْاٰخِرَةُ خَيْرٌ وَّاَبْقٰىۗ

"Adapun kamu (orang-orang kafir) mengutamakan kehidupan dunia"
"Padahal kehidupan akhirat itu lebih baik dan lebih kekal." [Surah Al-A`lâ: 16-17]

(Ustadz Arham Ahmad Yasin)

Baca juga :