Pilpres Gemoy
Oleh: Erizal
Sohibul Iman tak akan bisa disebut gemoy. Habib Aboe Bakar Al-Habsy bisa. Tapi tak tahu, Habib Aboe bisa joget atau tidak. Mungkin tak akan mau joget, kalaupun bisa. Sekjen PKS joget bagaimana ceritanya? Hilang muruahnya.
Fahri Hamzah bisa joget, tepatnya goyang. Goyang dangdut. Sempat viral juga, tapi tak seviral joget Prabowo. Mungkin karena goyang, bukan joget. Goyang agak lambat, menikmati. Joget agak cepat, penuh semangat, dan asyik. Entahlah, Fahri masih perlu muruah atau tidak?
Sebetulnya, Fahri juga gemoy. Tapi waktu itu tak ada yang bilang begitu, seperti Prabowo dibilang gemoy. Aneh juga orang kayak Fahri, kayak Prabowo bisa joget dan dibilang gemoy. Citra galaknya sirna. Ia lengkap sebagai orang.
Apa yang tak bisa joget tak lengkap sebagai orang? Tidak. Tapi, hidupnya tak lengkap🤣. Tak seperti orang kebanyakan. Hidupnya tak berwarna. Hitam-putih saja. Apalagi dalam politik, Pilpres, yang makin tegang. Perlu joget.
Lihatlah pidato politik Megawati terakhir. Ngeri. Nggak enak mendengarnya. Di-gemoy-in aja, seharusnya.🤣
(*)