Oleh: Erizal
Sepenggal cerita masa kecil Fahri Hamzah di Sumbawa sana, menarik juga. Sejak kecil, ia tukang berkelahi. Tampak sih, saat besarnya.😂 Macam-macamlah sebab perkelahian itu. Sebab-sebab kecil pun bisa. Berkelahi tak sudah-sudah. Sampai-sampai ia berharap sekali, ada yang datang buat melerai.
Capek juga berkelahi, tak sudah-sudah itu. Berhenti malu, nanti dibilang penakut. Berkelahi terus capek, tenaga habis. Akhirnya, berharap ada orang datang buat melerai. Celakanya bila yang datang itu, ingin melihat perkelahian berlanjut. Azab betul itu. Orang begitu, tak perlu datang.
Cerita ini pernah disampaikan Fahri Hamzah di hadapan Prabowo. Kemarin, diceritakan lagi saat peluncuran buku di markas Pemenangan Prabowo di Jakarta. Buku itu berjudul, Prabowo Sang Pemersatu Bangsa, oleh Sugiat Santoso. Fahri ingin masuk ke tema, melalui cerita itu.
Kita perlu orang yang datang buat melerai perkelahian, pertengkaran, yang tak sudah-sudah ini antar anak bangsa. Bukan orang yang justru ingin melihat perkelahian, pertengkaran ini, terus berlanjut. Apalagi, ikut-ikutan mengadu agar perkelahian itu, makin membesar dan meluas.
Orang yang datang buat melerai itulah sosok Prabowo. Kira-kira begitu maksud Fahri Hamzah. Sudah terlalu lama anak bangsa ini berkelahi, bertengkar, tak sudah-sudah. Yang datang bukannya melerai, tapi justru membuat perkelahian itu membesar, karena ada kepentingannya di situ.
Sudah saatnya kita mengakhiri perkelahian, pertengkaran, yang tak perlu karena soal remeh temeh, antar anak bangsa. Kita tatap masa depan yang lebih gemilang. Tantangan berat di depan, tak ada yang tak bisa diselesaikan, asal kita berhenti berkelahi antar sesama. Prabowo diharapkan bisa melerai perkelahian ini semua.(*)