Merasa Dikeroyok

Merasa Dikeroyok

Oleh: Erizal

Tiba-tiba PDIP seolah merasa dikeroyok. Playing victim. Bahkan, PPP dipersilakan hengkang, kalau nanti bukan Sandi yang ditunjuk sebagai Cawapres Ganjar. Merajuk. PDIP tak masalah sendirian. Dan itu, bisa.

Padahal, tambahan koalisi Gerindra dan PKB, hanya Golkar dan PAN. Dan itu pun masih tahap awal. Baru kesepakatan Capres. Belum lagi Cawapres. Masih terlalu panjang. Masih mungkin berubah. PDIP belum tentu sendirian.

Lagian, masih ada kompetitor di kubu sebelah. Koalisinya Anies. NasDem, Demokrat, dan PKS. 

Bagaimana perasaan PDIP dikeroyok itu bisa muncul? Perasaan begitu pernah juga seolah dimainkan Anies. Tapi, kini tak terdengar lagi.

Kalau nanti koalisi Anies bubar, bukankah PDIP bisa menarik NasDem, Demokrat, dan PKS? Ataukah PDIP tak berencana menarik mereka? Bukankah Puan sudah dua kali bertemu AHY? Pernah juga bertemu Surya Paloh. Apa lagi?

Bukannya berusaha menarik partai lain yang masih mungkin berubah haluan, justru seolah mengusir PPP yang sudah nyata² bergabung. Ketidakmampuan menarik koalisi lain tak bisa jadi alasan sebagai korban. PDIP itu di atas.

Alih-alih sebagai korban, mestinya PDIP introspeksi diri. Puan memang sudah lincah. Tapi bisa jadi orang ingin bertemu langsung Megawati. Seperti halnya Prabowo. Tak bisa diwakilkan. Apalagi, seperti tak terjamah. 

Memang, Pilpres itu pilih tokoh, bukan partai. Tapi bukan alasan juga untuk tak membangun koalisi kuat sejak awal. Membangun tokoh kuat saja tak cukup dan terbukti sulit seperti Jokowi periode awal. Koalisi kuat sejak awal juga perlu seperti yang ditunjukkan Prabowo saat ini.

(*)
Baca juga :