Cawe-Cawe Demi Saham

Cawe-Cawe Demi Saham

Alih-alih mendukung Ganjar Pranowo, Jokowi kian condong menyokong Prabowo Subianto. Tersulut perjanjian Batutulis.

SESAAT sebelum masuk ke kamar presiden pertama Sukarno di Istana Batutulis, Bogor, Jawa Barat, Ganjar Pranowo mendapat nasihat dari Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri. Hari itu, Kamis petang, 20 April lalu, Gubernur Jawa Tengah tersebut baru saja diberi tahu bahwa PDIP mengajukan dia sebagai calon presiden 2024.

Ganjar, 54 tahun, bercerita, Megawati menyampaikan evaluasinya terhadap pemerintahan Presiden Joko Widodo. Memuji pembangunan di era Jokowi, Megawati juga mempersoalkan manfaat infrastruktur bagi rakyat dan kualitas sumber daya manusia. Selain itu, ia geram terhadap impor bahan kebutuhan pokok seperti beras.

“Ibu Mega meminta saya membuat Indonesia lebih berdikari,” kata Ganjar dalam wawancara khusus dengan Tempo di Puri Gedeh, rumah dinas Gubernur Jawa Tengah di Semarang, Rabu, 31 Mei lalu.

Dalam evaluasinya, Megawati juga menganggap sejumlah menteri yang ditunjuk Jokowi tak layak masuk kabinet. Ganjar enggan membuka nama-nama pejabat yang dibicarakan. Tapi Megawati, sebagaimana diceritakan Ganjar, menyebutkan ada menteri yang inkompeten dan tak loyal kepada Jokowi.

Bagi Ganjar, evaluasi bosnya itu cukup masuk akal. Ia menilai Megawati, yang menjadi wakil presiden dan presiden pada 1999-2004, berpengalaman memilih para pembantunya di kabinet. “Pesannya agar saya berhati-hati dan bijak dalam mengambil keputusan,” ucap Ganjar.

Besoknya atau Jumat, 21 April, Megawati Soekarnoputri mengumumkan keputusannya mengusung Ganjar sebagai calon presiden di Batutulis. Acara itu disiarkan melalui telekonferensi video dan hanya dihadiri segelintir elite PDIP. Salah satunya Presiden Jokowi, yang sudah telanjur mudik ke Solo, Jawa Tengah, untuk menyiapkan perayaan Idul Fitri.

Setelah deklarasi itu, hubungan Jokowi dengan Megawati justru memanas. Sejumlah politikus pendukung pemerintah dan orang dekat Presiden menyebutkan bahwa Jokowi merasa tak dilibatkan dalam acara di Batutulis. Bekas Gubernur DKI Jakarta itu mengetahui Megawati akan memilih Ganjar sebagai calon presiden, tapi tak mendapat kepastian hari pengumuman.

Jokowi pun gusar mengenai calon pendamping Ganjar. Saat bertemu dengan Megawati di rumahnya di Jalan Teuku Umar, Jakarta Pusat, pada Kamis, 27 April lalu, Jokowi menyorongkan dua anak buahnya sebagai calon wakil presiden. Mereka adalah Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno serta Menteri Badan Usaha Milik Negara Erick Thohir.

Sejumlah narasumber yang ditemui Tempo sepanjang pekan lalu mengungkapkan bahwa usul Jokowi ditanggapi dingin oleh Megawati. Sebab, Megawati berupaya membangun pasangan calon presiden dan wakil presiden dengan latar abang-ijo alias dari kelompok nasionalis dan religius. Salah satu opsi adalah menyandingkan Ganjar dengan tokoh Nahdlatul Ulama.

Bendahara Umum PDIP Olly Dondokambey tak membantah kabar bahwa ada skenario pasangan tersebut. Menurut Olly, Megawati dan PDIP punya pengalaman memimpin pemerintahan bersama tokoh nahdliyin. Di antaranya Abdurrahman Wahid atau Gus Dur, Hamzah Haz, Jusuf Kalla, dan Ma’ruf Amin. “Sudah terbukti di lapangan,” tuturnya.

Upaya Jokowi mengajukan Erick Thohir dan Sandiaga Uno terbilang sia-sia. Bukan hanya karena respons Megawati yang anyep. PDIP sebenarnya sudah mengunci calon pendamping Ganjar dalam Pemilihan Umum atau Pemilu 2024. Melalui perjanjian politik di Batutulis (antara Ganjar dan PDIP -red), PDIP menyatakan calon wakil presiden ditentukan oleh partai banteng.

Tiga narasumber yang mengetahui perjanjian Batutulis menyebutkan PDIP juga meminta penentuan sejumlah calon menteri diserahkan kepada partai. Seorang di antaranya menyebutkan posisi yang diincar PDIP adalah Menteri BUMN, Kapolri, Jaksa Agung, serta Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral. 

Selain mengincar posisi calon wakil presiden dan sejumlah menteri, PDIP menuntut Ganjar tak cawe-cawe dalam suksesi kepemimpinan di partai itu. PDIP pun meminta kesanggupan Ganjar menjalankan ajaran presiden pertama Sukarno, yang juga ayah Megawati Soekarnoputri.

Megawati pernah meneken akad politik antara PDIP dan Partai Gerindra, juga di Batutulis, pada 2009. Berisi tujuh poin, kontrak itu dibuat ketika kedua partai tersebut berkoalisi mengusung Megawati dan Prabowo Subianto dalam pemilihan presiden 2009. Salah satu poinnya mengatur pembiayaan kampanye dan saksi.

Klausul lain menyatakan kesediaan Megawati mendukung Prabowo dalam pemilihan presiden 2014. Belakangan, poin tersebut tak terpenuhi lantaran Megawati dan Prabowo kalah oleh duet Susilo Bambang Yudhoyono-Boediono. Pada Pemilu 2014, PDIP akhirnya mengusung Joko Widodo-Jusuf Kalla.

Kontrak serupa kembali dibuat tatkala PDIP dan Gerindra bersepakat menyokong Jokowi dan Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok dalam pemilihan Gubernur DKI Jakarta sebelas tahun lalu. Setelah Megawati mendeklarasikan Jokowi sebagai calon presiden pada 2014, Prabowo pun mempertanyakan komitmen terhadap perjanjian Batutulis.

Olly Dondokambey mengatakan kesepakatan politik antara partainya dan Ganjar sekadar pembicaraan. Olly membantah jika PDIP disebut berupaya mengendalikan Ganjar jika ia terpilih sebagai presiden. “Atensi kami adalah calon presiden harus punya visi dan misi yang jelas,” kata Gubernur Sulawesi Utara itu.

PDIP kemudian mengundang sejumlah anggota kabinet Jokowi untuk menyusun visi dan misi yang akan ditawarkan Ganjar. PDIP juga telah menginstruksikan Ganjar untuk berfokus di pemerintahan bila terpilih sebagai presiden. “Jangan ada agenda terhadap partai agar bisa berfokus menyelesaikan program pemerintah,” ucap Olly.

Dalam wawancara khusus dengan Tempo, Ganjar Pranowo menyanggah bila disebut telah menandatangani perjanjian politik di Batutulis. Dia menyebutkan Megawati memang memberikan instruksi khusus mengenai konstitusi dan sejumlah pekerjaan rumah jika ia terpilih menjadi presiden. “Kami harus bersikap seperti apa setelah melihat evaluasi pemerintahan saat ini,” ujar Ganjar.

Cawe-cawe Jokowi

Narasumber di lingkaran Istana menyebutkan perjanjian politik di Batutulis dianggap membatasi peran Jokowi dalam pemilihan presiden 2024. Padahal ia berulang kali meng-endorse gubernur berambut putih itu sebelum PDIP mendeklarasikan Ganjar. Kini “saham” Jokowi terhadap pencalonan Ganjar menjadi lebih kecil dan PDIP jadi lebih dominan.

Jokowi memang kerap bermanuver untuk mendukung Ganjar dalam Pemilu 2024. Ia telah menegaskan tak akan bersikap netral dalam pemilu mendatang. Berbicara di hadapan para pemimpin media massa di Istana Merdeka, Senin, 29 Mei lalu, Jokowi beralasan ikut campur dalam Pemilu 2024 demi kepentingan nasional, bukan untuk pribadi atau golongan. 

Presiden pun mengklaim aparat pemerintah tak akan keliru menafsirkan sikapnya dengan bertindak mendukung salah satu calon. “Saya harus cawe-cawe,” katanya.

Jokowi lantas mulai mengalihkan dukungannya kepada Prabowo Subianto. Ketua Umum Partai Gerindra itu telah membentuk Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya bersama Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar. Koalisi dua partai itu menguasai 126 kursi Dewan Perwakilan Rakyat, memenuhi ambang batas pencalonan presiden 115 kursi.

Sinyal sokongan Jokowi untuk Menteri Pertahanan itu tampak dari manuver dua anaknya, Gibran Rakabuming Raka dan Kaesang Pangarep. Gibran menjamu Prabowo di Angkringan Omah Semar, Solo, pada Jumat, 19 Mei lalu. Dalam persamuhan itu, relawan Gibran menyatakan dukungan kepada Prabowo sebagai calon presiden.

“Sebesar 90 persen relawan di Jawa Tengah dan Jawa Timur mendukung Prabowo,” tutur Koordinator Relawan Jokowi-Gibran, Kuat Hermawan Santoso. Sedangkan Kaesang menunjukkan dukungan dengan mengenakan kaus bergambar bekas Komandan Jenderal Komando Pasukan Khusus itu saat mengisi siniar “Podkaesang Depan Pintu” di kanal YouTube.

Deklarasi relawan Gibran membuat Wali Kota Solo itu dipanggil Sekretaris Jenderal PDIP Hasto Kristiyanto dan Ketua Bidang Kehormatan Komarudin Watubun ke Jakarta pada Senin, 22 Mei lalu. “Saya cuma anak kecil dan tak tahu apa-apa,” kata Gibran. “Jangan pada panik begitu, lho.”

Gibran pun diminta lebih berhati-hati dalam bertemu dengan tokoh politik. Merespons petuah elite partainya, Gibran menyatakan sekadar menerima kunjungan pejabat pemerintah pusat. “Alasan kunjungan Pak Prabowo diterima karena sifatnya menteri yang berkunjung ke daerah,” ucap politikus PDIP Olly Dondokambey, yang mengetahui isi pertemuan itu.

Jokowi ungkap dukung Prabowo

Di luar sinyal dari anak-anaknya, Presiden Jokowi sempat mengungkapkan dukungannya langsung kepada Prabowo Subianto. Dua orang dekat Prabowo bercerita, sokongan dari Jokowi disampaikan ketika Prabowo datang ke Istana Bogor, Kamis, 25 Mei lalu.

Menurut narasumber yang sama, Prabowo mula-mula melaporkan hasil lawatan ke Malaysia untuk bertemu dengan Perdana Menteri Anwar Ibrahim di Langkawi, dua hari sebelum berjumpa dengan Jokowi. Diskusi bilateral antara Prabowo dan Anwar membicarakan kawasan teritorial. Setelah membahas kunjungan Prabowo ke negeri jiran, pembicaraan mengancik ke soal politik.

Jokowi menyoroti tren elektabilitas Prabowo yang terus meningkat. Presiden meminta Prabowo melanjutkan safari politik ke berbagai tokoh dan daerah. Anggota Dewan Pembina Partai Gerindra, Andre Rosiade, membenarkan kabar bahwa pertemuan antara Jokowi dan Prabowo di Istana Bogor membahas program Kementerian Pertahanan.

“Pak Prabowo melaporkan progres kinerjanya kepada panglima tertinggi,” kata Ketua Gerindra Sumatera Barat itu. Andre tak bisa memastikan Jokowi dan Prabowo juga membicarakan pemilihan presiden 2024.

Meski demikian, Sekretaris Jenderal Partai Gerindra Ahmad Muzani yang mengamini bahwa Jokowi dan Prabowo berdiskusi soal politik di Istana Bogor. Menurut Muzani, Jokowi berpesan agar pertarungan Pemilu 2024 tetap berjalan kondusif.

Adapun Andre Rosiade menilai dukungan Presiden Jokowi kepada Prabowo merupakan hal lumrah. Sebab, Jokowi menginginkan ada kandidat yang mau melanjutkan program-programnya. “Presiden memastikan kontinuitas pemerintahan,” ujarnya.

Sikap Jokowi yang mulai menjagokan Prabowo pun disampaikan saat ia bertemu dengan petinggi Partai Solidaritas Indonesia (PSI). Yang hadir saat itu adalah Ketua Umum PSI Giring Ganesha, Wakil Ketua Dewan Pembina Grace Natalie, dan Sekretaris Dewan Pembina Raja Juli Antoni. Jokowi memberitahukan sikapnya yang akan mendukung pencalonan Prabowo pada Pemilu 2024.

Dimintai tanggapan pada Sabtu, 3 Juni lalu, Grace Natalie tak membantah pesan Jokowi itu. Ia mengirimkan emotikon dengan bibir tersenyum lebar. “Kami tegak lurus terhadap apa pun keputusan Pak Jokowi,” kata mantan pembawa acara berita televisi itu.

Efek dukungan Jokowi

Efek dukungan Jokowi kepada Prabowo mulai tampak dalam hasil survei. Sigi Litbang Kompas pada Mei 2023 mencatat pemilih Jokowi yang mendukung Prabowo sebesar 26,2 persen atau naik sekitar 5 persen dari survei yang digelar Januari 2023. Sedangkan jumlah pemilih Jokowi yang mendukung Ganjar Pranowo turun 5 persen menjadi 56,3 persen pada periode yang sama.

PDIP mencermati sikap Jokowi yang mulai mendukung Prabowo ketimbang Ganjar Pranowo. Sekretaris Tim Koordinasi Pemenangan Pemilihan Presiden PDIP, Deddy Sitorus, mengatakan Presiden memberikan dukungan penuh kepada Ganjar sekaligus Prabowo. Harapannya, salah satu dari dua calon presiden itu bisa melanjutkan program Jokowi jika terpilih.

Walau begitu, Deddy masih meyakini Jokowi lebih condong menyokong Ganjar. “Kalau Presiden berharap legasinya diteruskan, paling pas mendukung Ganjar,” ucap Deddy. Ia pun yakin anak dan menantu Jokowi, yaitu Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka dan Wali Kota Medan Bobby Nasution, akan ikut memenangkan Ganjar.

Calon presiden PDIP, Ganjar Pranowo, pun tak risau akan manuver Jokowi yang cenderung mendukung Prabowo Subianto. Sejak awal, kata Ganjar, Presiden memang mendorong banyak tokoh politik seperti dia, Prabowo, Ketua DPR Puan Maharani, dan Menteri BUMN Erick Thohir. “Bahwa Pak Prabowo dan saya berada di urutan teratas survei, itu adalah faktanya,” ucap Ganjar.

(Sumber: Majalah TEMPO 4/6/2023)
Baca juga :