Prabowo sedang memetik buah, dari pohon yang pernah ditanamnya...

NGUNDUH WOHING PAKARTI

Oleh: Ahmad Khozinudin

Siapa yang menanam, dia akan menuai. Siapa yang meninggalkan dia akan ditinggalkan. Siapa yang berkhianat, dia akan dikhianati. Siapa yang menyakiti, dia akan disakiti.

Hidup di dunia, bukanlah sebatas siapa yang punya kuasa, lalu dapat berbuat sekehendak hatinya. Jangan dianggap diam dan ketidakberdayaan adalah bentuk kekalahan.

Dalam ajaran agama Islam, Allah SWT bersama orang-orang yang sabar. Allah SWT mengabulkan doa orang yang terzalimi.

Dalam falsafah jawa, setiap laku harus ditata. Setiap kata ada tuahnya. Tidak boleh adigang, adigung, adiguno. Tidak boleh mentang-mentang, tidak boleh melakukan segalanya.

Hari ini, Sandiaga Uno meninggalkan Gerindra. Terbaca tegas, raut kekecewaan Muzani Sekjen Gerindra, yang mengklaim Sandi telah dibesarkan Prabowo namun akhirnya meninggalkan Prabowo.

Sandi, yang meskipun dalam dunia usaha telah dikenal sebagai pengusaha, namun dalam politik dia hanyalah 'New Comer'. Prabowo-lah, yang mengorbitkan Sandi, dari wacana menjadi Gubernur Jakarta walau akhirnya menjadi pendamping Anies di Jakarta.

Prabowo juga, yang akhirnya menenteng Sandi sebagai Cawapres, mengesampingkan Cawapres dari PKS. Prabowo memborong Capres dan Cawapres, semuanya dari Gerindra.

Akhirnya, saatnya tiba. Sandi mengirimkan sepucuk surat, bukan surat cinta melainkan surat perpisahan dengan Gerindra. Muzani menyebut Sandi lompat pagar ke partai lain.

Info santer yang beredar, Sandi akan ditampung PPP, selanjutnya dinobatkan menjadi Cawapres mendampingi Ganjar Pranowo. Skenarionya diawali dengan dukungan PPP untuk mencapreskan Ganjar Pranowo.

Apakah Prabowo merasa sakit? Gerindra meradang? 

Kira-kira itulah yang dirasakan para pemilih Prabowo di Pilpres 2019. Mereka sakit dan meradang, saat Prabowo meninggalkan mereka tenggelam sendirian, dan timbul bersama kekuasaan.

Dengan dalih mengakhiri friksi cebong - kampret, Prabowo merapat ke Jokowi. Nyatanya, bukan redam, selain Cebong - Kampret, malah muncul Kadrun.

Artinya, motif kekuasaanlah yang menjadi latar Prabowo merapat. Mewakafkan dirinya untuk Jokowi, bukan untuk rakyat sebagaimana janji wasiat yang dia buat dihadapan ahli hukumnya.

Ngunduh Wohing Pakerti. Prabowo sedang memetik buah, dari pohon pengkhianatan yang pernah ditanamnya. Jadi, tidak perlu berduka atas kepergian Sandi. Tetaplah bergembira, karena meskipun nantinya akan kalah Pilpres, masih terbuka peluang untuk menjadi Menhan Ganjar Pranowo.(*)

Baca juga :