'Ustagram'

Banyaknya konten kreator yang bikin konten dakwah di media sosial menurut saya sesuatu yang harus kita tanggapi positif. Gausah dinyinyirin dan dilabelin 'Ustagram' dan label lain.

Dakwah itu tugas semua orang, siapapun berkewajiban berdakwah sesuai kadar ilmu yang dimilikinya. Kalo tahunya satu ayat, ya dakwahkan satu ayat itu.

Semua orang berhak menyampaikan opininya merespon isu-isu tertentu di media sosial, sesuai dengan kadar ilmu yg dimilikinya. 

Kalo ternyata ada yg salah dengan ucapannya, atau tulisannya, ya diluruskan saja. Dinasihatin kasih masukan. Bukan malah dijadikan bahan gorengan aji mumpung. 

"Mumpung salah, tak shikat aja lah!"

Ini saya lagi ngomongin Bang Kevin, seorang konten kreator di Instagram dan Youtube yg dikatain "BangKe" dan "Ustagram" sama seseustadz.

Mungkin saya tidak mendapatkan manfaat dari konten Bang Kevin dan konten kreator dakwah sejenis, tapi kontennya dirasakan manfaatnya oleh orang-orang yg sangat awam lho. 

Dengan gaya penyampaiannya, org awam lbh welcome. Kita harusnya senang, bukan malah mencoba menjatuhkannya, membuatnya kena mental dan akhirnya gak bikin konten dakwahnya lagi.

Para asatidz harusnya merangkul mereka, kerja sama dalam dakwah. Saling nasihat menasihati. Bukannya merasa paling bisa dan berhak berdakwah. Terus saling lempar nyinyiran.

Mereka itu followersnya banyak. Kalo dirangkul, dakwah akan lebih mudah tersebar di segmen (kalangan) yg gak terjangkau para asatidz. Harusnya itu sesuatu yg membahagiakan kan? 

Ini lho yg saya gak demen. Ketika ada orang yg merasa eksklusif, merasa paling berhak dan berjasa dalam dakwah.

(Hendy Mustiko Aji)


Baca juga :