[PORTAL-ISLAM.ID] JAKARTA - Gerakan politik untuk membendung agar Anies Baswedan tidak bisa maju pada Pemilihan Presiden 2024 mendatang tampaknya bukan isu belaka. Pengamat politik sudah mencium adanya operasi untuk menggagalkan langkah Anies menuju kursi RI 1.
“Jangan lupa di tingkat elite itu ada juga kelompok yang memang (berupaya) agar Anies tidak boleh nyapres,” jelas Direktur Eksekutif Indonesia Political Review (IPR) Ujang Komarudin dalam diskusi Capres Pilihan Rakyat Anies Baswedan: Jalan Mulus atau Berliku yang disiarkan secara live di akun Instagram Media Indonesia, Jumat malam, 1 Juli 2022.
Ujang membeberkan, PPP sebenarnya ingin mengadakan konvensi untuk menjaring calon presiden. Dalam konvensi itu, semua kader PPP akan mendukung Anies Baswedan.
Demikian juga PAN sejatinya akan mendukung Gubernur DKI Jakarta tersebut. Namun tiba-tiba keduanya bersama Golkar membentuk Koalisi Indonesia Bersatu (KIB).
“Ketika di KIB, (PPP dan PAN) tidak bisa bergerak untuk mendukung Anies. Ketika sudah dikunci ke KIB, maka calonnya bukan Anies. Calonnya itu dari eksternal tapi bukan Anies. Kombinasi eksternal dan internal. Tapi bukan Anies,” katanya menekankan.
Hal yang sama juga terjadi di Partai NasDem. Rakernas NasDem memang mengusung nama Anies Baswedan. Namun, dia mengingatkan, masih ada dua nama lain yang dijagokan NasDem. Yaitu, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dan Panglima Jenderal TNI Andika Perkasa.
“Intinya ada kelompok oligarki yang memang mati-matian agar Pak Anies tidak bisa nyapres. Agar (Anies) tidak dapat partai. Yang penting (Anies) tidak nyalon,” ungkapnya.
Saat ini, kekuatan oligarki tersebut masih terus bergerak. Yaitu bagaimana menaklukkan NasDem agar tidak mengusung Anies Baswedan. Karena itu masa depan pencapresan Anies saat ini sepenuhnya tergantung dari seberapa kuat NasDem bertahan.
“Kalau NasDem beralih, tidak ke Pak Anies, agak sulit Pak Anies untuk menjadi capres,” imbuhnya.
Alasannya, masih menurut Ujang, saat ini setidaknya ada tiga poros koalisi. Pertama, PDIP yang bisa mengusung calon sendiri tanpa perlu koalisi. Kedua, KIB yang dengan tiga partai memenuhi syarat untuk mendukung capres-cawapres. Ketiga, koalisi Gerindra dan PKB.
Kalau pada akhirnya NasDem bergabung dengan salah satu dari ketiga poros itu, Anies tidak mungkin lagi maju pada Pilpres 2024. Karena dua partai lain yang berada di luar pemerintahan, Demokrat dan PKS, tidak memenuhi presidential threshold 20% untuk mencalonkan.
“Kunci bandulnya ada di NasDem,” ungkapnya.
Karena itu saat ini peluang Anies tergantung bagaimana komitmen ketiga partai tersebut, terutama NasDem. Dan bagaimana lobi dan kompromi di tingkat elite dari ketiga partai tersebut.
“Oleh karena itu itu tentu para king maker sedang mencari jalan. Pak JK, Pak SBY, dan Pak Surya Paloh juga akan mencari cara dan titik temu agar Pak Anies bisa nyapres,” tandasnya.
Selain belum adanya partai, tantangan Anies lainnya bagi Ujang adalah, terkait pendanaan dan masa jabatannya sebagai Gubernur DKI Jakarta yang akan berakhir pada Oktober tahun ini, atau sekitar 1,5 tahun sebelum Pilpres 2024.