Jonru: MUSUH NEGARA?

MUSUH NEGARA?

Oleh: Jonru Ginting

Ini kisah nyata ketika dulu saya bebas dari kriminalisasi. Di satu sisi merasa bahagia dan bersyukur karena sudah bebas. Namun di sisi lain merasa sangat bingung, karena semua bisnis saya telah bubar. Saya tidak punya sumber penghasilan selain sisa tabungan yang jumlahnya terbatas.

Bulan Juni 2019, isi tabungan saya sudah hampir habis, sementara sumber penghasilan benar-benar tidak ada.

Saya pun stress, nyaris depresi, bingung harus mencari nafkah dengan cara apa.

Ketika hampir putus asa, saya pun memberanikan diri menghubungi beberapa teman, yang intinya adalah MINTA TOLONG.

"Maaf Pak, saya harus jujur. Sebenarnya saya sedang mengalami kesulitan ekonomi karena tak ada sumber penghasilan. Jika misalnya di tempat antum ada proyek pekerjaan yang bisa saya garap, saya akan dengan senang hati mengerjakannya."

Dari beberapa teman yang saya hubungi tersebut, sebagian besar di antaranya NO RESPOND.

Namun ada teman dari sebuah Lembaga Kemanusiaan Nasional (LKN) yang memberikan respon menggembirakan. Beliau menghubungkan saya dengan temannya yang punya proyek bisnis hewan qurban.

Singkat cerita, saya pun akhirnya meeting dengan orang dari LKN tersebut. Sebut saja namanya A.

Di sebuah mall, saya dan Pak A membahas kerjasama bisnis hewan qurban. Namun ada hal lain yang disampaikan oleh Pak A, membuat saya sangat antusias mendengarnya.

"Jadi begini Pak Jonru. LKN kami sedang ada proyek besar di Blora, Jawa Tengah. Saya mengundang pak Jonru untuk hadir ke sana. Nanti kita sewa dua gerbong kereta api. Di dalam rombongan kita nanti ada artis, pejabat, wartawan, selebgram, youtuber, dan sebagainya."

Masya Allah! Saya merasa sangat gembira, langsung membayangkan bisa bertemu dengan banyak artis dan tokoh terkenal lainnya. Kami akan bersama-sama mengikuti sebuah proyek besar di Blora, membuat liputannya, men-share di media sosial, bergembira bersama-sama.

Namun ternyata, kebahagiaan saya hanya berlangsung sesaat. Sebab esoknya, teman dari LKN tersebut mengirimi saya pesan yang isinya begini:

"Maaf Pak Jonru. Kehadiran antum di acara tersebut terpaksa kami batalkan. Sebab banyak 'orang mukidi' di dalam rombongan. Kami khawatir, kehadiran Pak Jonru akan menimbulkan fitnah yang tidak diinginkan, dan bisa merusak nama baik LKN kami. Ya... Pak Jonru tentu paham kan, situasi saat ini.

Tapi jangan khawatir. Kerjasama proyek qurban tetap berjalan seperti rencana semula, kok."

Ya Ampun! Saya langsung lemas setelah membaca pesan tersebut.

Beberapa hari kemudian, saya melihat sejumlah artis dan selebgram memposting kegiatan-kegiatan di Blora tersebut. Salah seorang di antaranya adalah seorang artis berinisial F.

F ini adalah seorang artis yang cukup rajin mengkritik pemerintah. Saat Pilpres, dia termasuk pendukung Prabowo Sandi, walau keberpihakannya tidak terlalu kelihatan.

Melihat kiprah F yang dengan leluasa memposting liputan tentang Blora, saya pun bingung bukan main.

"Saya dan F sama-sama rajin mengkritik pemerintah. Tapi kenapa dia boleh hadir di acara Blora, sedangkan saya tidak boleh? Apa yang salah dengan diri saya?"

Saya pun merenung, berpikir keras, menebak-nebak. Dan KEGALAUAN TINGKAT TINGGI pun segera melanda diri ini hehehe....

Kepada seorang teman, saya pun curhat dan mengadukan masalah ini. Saya bertanya bagaimana pendapat dia sebagai seorang pakar.

Si teman pun berkata, "Dulu pak Jonru terlalu frontal dalam menyerang pemerintah. Hal ini menyebabkan mereka membranding Pak Jonru sebagai musuh negara dan orang yang berbahaya. Berbeda dengan si F. Dia mengkritik dengan sewajarnya dan gaya yang biasa saja, sehingga dia masih bisa diterima di manapun."

Masya Allah! Saya langsung tertegun mendengar penuturan si teman. Sebuah pendapat yang akhrinya membuat saya MENYADARI SESUATU.

"Lalu apa yang harus saya lakukan, Pak?"

"Pak Jonru harus mengubah branding. Persepsi sebagai 'musuh negara' harus dihilangkan. Pak Jonru tentu tetap boleh bersikap kritis terhadap pemerintah, karena itu hak asasi. Namun branding buruknya itu yang harus dihilangkan."

Saya merasakan bahwa ucapan si teman ini sangat benar.

Ya, saya tetap merasa SANGAT BANGGA dengan perjuangan yang dulu saya lakukan.

Namun di sisi lain, ternyata CARA yang dulu saya lakukan kurang baik. Bahkan mungkin sangat tidak baik.

Maka, inilah TITIK BALIK yang akhirnya mengubah cara dan gaya saya dalam menulis di media sosial.

Terlebih karena SEBULAN setelah itu, saya diperkenalkan dengan PT BEST Corp Syariah. Sebuah bisnis yang akhirnya menjadi wasilah bagi saya untuk bangkit dari keterpurukan.

Lewat PT BEST, saya bisa kembali berpenghasilan, dan akhirnya meraih sukses seperti saat ini.

Banyak teman yang bilang, "Kesuksesan Pak Jonru di PT BEST merupakan hadiah dari Allah atas perjuangan yang dulu dilakukan."

Alhamdulillah, saya merasa sangat bersyukur jika itu benar adanya.

Walau sudah sukses, namun tentu saja perjuangan tidak akan pernah berhenti. Karena sejak dulu saya sangat suka berjuang dan berdakwah.

Kini, saya lebih fokus berjuang di bidang ekonomi, membantu umat agar bebas utang bebas riba.

Sebab yang namanya berjuang, tidak harus selalu dengan cara bersuara kritis di bidang politik. Ada begitu banyak cara dalam berjuang, dan kini saya menemukan LAHAN PERJUANGAN yang baru.

Alhamdulillah....

Jakarta, 8 Maret 2022

*Jonru Ginting, Penulis adalah Social Media Influencer dan Leader Nasional PT BEST Corp Syariah

Baca juga :