Demo Yaqut, Khatib Masjid Istiqlal dan Shalat Ashar

Catatan: Azwar Siregar

Baru Jumat pagi saya membaca ada Aksi 212 yang akan "menggeruduk" Kantor Kementerian Agama. Meminta Yaqut yang memperbadingkan suara Azan dengan Gonggongan Anjing!

Saya langsung ijin sama istri untuk ikut aksi. Karena kalau urusan Penistaan Agama, bagi saya tidak ada istilah kawan maupun lawan. Sikat!

Sekitar pukul 11 siang, saya sampai di Masjid Istiqlal. Sekilas "menonton" grub Rebanahan bershalawat (apa-apaan sekarang ya?). Terus dilanjutkan pembacaan ayat suci Al-Quran. Baru Pelaksanaan Sholat Jumat.

Seperti yang saya duga, khatib Masjid Istiqlal ada sedikit "menyinggung" Demo. Kurang lebih Tuan Khatib mengatakan "Saudara yang salah diingatkan, jangan sedikit-sedikit, Demo berjilid-jilid".

Saya cuma tersenyum. Wajar sajalah. Sekarang semuanya sudah berbau politik. Termasuk Masjid Istiqlal yang sejak setelah kepengurusan Almarhum KH Ali Mustafa Yaqub, suara Imam Masjidnya cenderung selalu membela Penguasa.

Selesai Sholat, saya langsung mengikuti Mobil Komando yang akan demo. Bersama beberapa Pengawal Berompi 212. Para Peserta baru ada beberapa orang emak-emak. 

Mobil Komando diarahkan oleh Kepolisian di gerbang Kemenag. Puluhan Personil Polisi dan TNI sudah bersiaga. Peserta masih sangat sedikit. Jumlah Aparat Keamanan masih jauh lebih banyak.

Ada kejadian lucu. Mungkin cuma saya yang mendengar. Saya duduk disamping Tembok Gerbang. Bersampingan dengan barisan Polisi.

Saya mendengar dari Radio Polisi yang disamping saya "Satu odong-odong sudah sampai...". Maksudnya mungkin Mobil Komando dari peserta Demo.

Tidak lama Ustadz yang menjadi Korlap Demo naik ke Mobil Komando.  Berorasi. Kemudian menyampaikan untuk mendaftar siapa yang akan orasi. 

Saya ikut mendaftar untuk berorasi. Jujur saya juga sangat geram dengan "kedunguan" Menteri Agama yang memperbandingkan suara Azan dengan Gonggongan Anjing. Orang ini anak Kyai, tapi apa ngga pernah mengaji?

Tidak lama rombongan Umat semakin banyak. Ustadz Slamet Maarif juga tiba. Dengan dikawal beberapa orang. Beliau persis berdiri didepan saya.

Sempat ada sedikit keributan. Ketika beberapa Peserta Demo membentangkan Spanduk di Pagar Kementerian Agama. Para Petugas Kepolisian meminta Spanduk diturunkan. Sementara Umat yang berdemo bersikeras Spanduk tetap dipasang.

Posisi saya duduk bersandar ditembok. Memisah antara Petugas Kepolisian disebelah kanan dan Peserta Demo disebelah kiri. Suasana sempat memanas. Saya tetap mencoba duduk santai. Menahan beberapa Polisi yang berusaha bergerak ke arah Spanduk. Sekaligus menyuruh Peserta Demo menurunkan tensi dan suara.

Alhamdulillah, teriakan dari Mobil Komando membuat keributan mereda. Saya melihat ada satu Ustadz yang sangat proaktif, memegang bahu Komandan Petugas Keamanan. Meminta agar keinginan Peserta Demo dituruti. Dan berjanji setelah acara selesai, Spanduk akan diturunkan.

Keributan mereda. Acara berlanjut. Terpotong sebentar untuk pelaksanaan Sholat ashar. Saya ikut Sholat ashar di badan jalan.
Ketika Sujud tadi. Sholat berjamaah Ashar ditengah Aksi Demo yang menuntut Yaqut yang menista Azan di Proses Hukum. Saya sempat menitikkan air mata.

Saya memandang lautan Umat yang berdemonstrasi. Hampir dipastikan semua beragama Islam. 

Saya memandang barisan Aparat Keamanan. Berbaju Coklat. Berbaju Hijau. Atau tanpa Seragam berpakaian Preman. Mayoritas juga beragama Islam. 

Walaupun sekarang tidak sedang berhadap-hadapan. Tapi kedua Kubu saling memandang dengan wajah tidak ramah. Padahal yang sedang dipermasalahkan adalah Azan. Panggilan Sholat. Panggilan yang sama. Tidak perduli orangnya Petani, Pedagang, Polisi, TNI, Pengangguran, dan siapa saja asal beragama Islam.

Sayangnya yang bikin masalah juga seseorang yang beragama Islam (minimal dia ngaku, walaupun saya ragu). 

Sungguh kita memang merasa Pedih. Sesama umat Islam terpecah. Benar-benar bagaikan buih di tepi Pantai. Walau jumlahnya banyak tapi tidak berdaya dipermainkan oleh Ombak.

Semuanya karena satu hal. Umat tidak kompak. Ada yang menjilat umat lain hanya karena uang.

Penistaan Azan yang dilakukan oleh Yakut memang sungguh keterlaluan. Menganalogikan suara Toa dari Masjid (termasuk Azan) dengan gonggongan Anjing adalah tindakan biadab. Innalillahi, sangat keji!

Azan adalah panggilan suci. Kalaupun mau memperbandingkan, bandingkan lah dengan yang suci. Minimal bukan dengan yang najis.

Kalau mau "fair" bandingkan dengan suara Lonceng Gereja. Misalnya "bagaimana kalau di saat yang sama ada 10 Gereja membunyikan bunyi yang sama, kira-kira terganggu ngga?". Sebut saja misalnya di Manado. Atau di Flores. 

Saya yakin semua umat Kristen akan menjawab "tidak ada masalah". Umat Islam yang minoritas di daerah tersebut juga akan menjawab "tidak ada masalah".

Atau kalau berani, coba Yaqut mempermasalahkan kemeriahan Upacara Ngaben yang kadang sampai mencopot Rambu Lalu Lintas. Atau sebaliknya mempermasalahkan Penutupan Bandara ketika hari raya Nyepi. Wani?

Yaqut sendiri saya yakin akan marah kalau dianalogikan seperti Anak kuda Nil. Sekalipun mirip tapi dia pasti marah. Karena sekalipun Analogi, jangan sampai merendahkan. Apalagi jatuhnya seperti mencaci.

Jadi tidak ada pembelaan atas kelakuan bejatnya yang menganalogikan Azan dengan Gonggongan anjing. Kalau ada yang mengaku Muslim tapi masih berusaha melakukan Pembelaan. Saya cuma bisa mengatakan satu kata: Hidupmu tujuh turunan memalukan !!!

Sebaiknya Pak Jokowi memecat Yaqut!

(Jumat, 4 Maret 2022)

Baca juga :