Rasululloh shollallohu alaihi wasallam berjalan kaki menempuh jarak yang sangat jauh ke Thoif dengan harapan besar di hatinya mudah-mudahan masyarakat Thoif lebih bisa menerima dakwah beliau karena setelah sekian lama berdakwah di Mekkah hasilnya masih pailit.
Akan tetapi di luar dugaan sambutan masyarakat Thoif jauh dari yang diharapkan. Beliau ditolak, diusir, bahkan dilempari batu, badan beliau babak belur berdarah-darah, hati beliau hancur.
Akhirnya dengan penuh kecewa beliau harus pulang kembali ke Mekkah, kembali menempuh jarak yang sangat jauh dengan medan sahara yang terik dan gersang serta rasa sakit di badan.
Sesampainya di Mekkah masih ada segunung kesedihan yang menanti, isteri tercinta Khadijah yang selama ini menemani dengan segala pengorbanannya telah tiada, Paman yang selama ini mengayomi dan melindungi pun telah wafat, teringat pula dengan sahabat-sahabatnya yang ada di Mekkah yang terus mengalami intimidasi yang tak mampu beliau lindungi, lalu bagaimana pula dengan sebagian sahabatnya yang harus hijrah melarikan diri ke Habasyah seperti apakah nasib mereka di sana? Sedangkan beliau sendiri pun baru saja mengalami pengusiran yang menyakitkan lahir dan batinnya.
Maka di sinilah Al-Isra dan Al-mi'raj menjadi hadiah dari sang Kekasih Arrouf Arrohim kepada kekasihNya Muhammad ibn Abdillah shollallohu alaihi wasallam, hadiah yang amat mengobati duka dan lara.
اللهم صل وسلم على نبينا محمد
(Sandi. H)