POKOKNYA BUKAN ISLAM!
Oleh: Amin Mudzakkir (Peneliti LIPI)*
Akhir-akhir ini terdapat kecenderungan yang mengkhawatirkan. Sejumlah orang mencari identitas diri yang pokoknya bukan Islam! Kejengkelan dan kemarahan terhadap fenomena Islam garis keras mendorong mereka untuk mencari itu, seolah-olah ada sesuatu yang lebih asli daripada Islam yang dianggap berasal dari Arab.
Kecenderungan ini bukan hal yang baru. Dulu pada abad ke-19 sejumlah priyayi Jawa juga melakukan hal yang sama. Khawatir terhadap Islamisasi, mereka berusaha menemukan ajaran "kejawaan (kejawen)" yang dipercaya lebih orisinil. Para sarjana orientalis Belanda membantu usaha ini dengan melakukan kajian intensif mengenai lapisan-lapisan "pra-Islam" yang dipandang lebih berbudaya.
Sejatinya dialektika kebudayaan tersebut adalah hal yang alamiah, tetapi dalam praktiknya tentu saja tidak terlepas dari campur tangan kekuasaan. Apa yang disebut '"Islam" dan "Jawa" atau "Nusantara" selalu merupakan pengertian yang disesuaikan dengan kepentingan dan kebutuhan pihak-pihak yang dominan. Cukup pasti, sebagai akibatnya, mereka yang pinggiran mempunyai kesempatan menafsir lebih terbatas.
Kembali ke awal, kecenderungan untuk menciptakan identitas diri pokoknya bukan Islam akhir-akhir ini diperparah oleh para buzzer. Mereka gemar sekali mengolah potongan-potongan kalimat, gambar, dan video yang menggambarkan seakan-akan "Islam" bertentangan dengan "Jawa" atau "Nusantara". Kecenderungan ini meniru langgam kaum Wahabi yang dikritiknya. Ternyata kedua pihak sama saja.
Bahkan banyak orang yang merasa progresif, feminis, bahkan kekiri-kirian pun, terjebak pada pandangan yang hitam-putih tersebut. Mereka menggali-gali timbunan masa lalu yang pokoknya bukan Islam! Setiap hari mengkritik Wahabi, tetapi entah sadar atau tidak mereka menggunakan cara-cara Wahabi untuk membela kepentingan dan kebutuhan diri.
*fb