[PORTAL-ISLAM.ID] Istilah "Tempat Jin Buang Anak" adalah biasa bagi warga Jakarta, bahkan digunakan oleh Pak Ciputra, raja properti RI, di jamannya.
Istilah "Tempat Jin Buang Anak" digunakan untuk menggambarkan tempat yang jauh, terpencil, belum terjamah, dll.
Namun istilah itu kini bisa jadi delik dikasuskan atas dalih penghinaan SARA. Seperti yang menimpa wartawan FNN Bang Edy Mulyadi.
CNBC Indonesia pada 27 November 2019 memuat berita berjudul "Ciputra Sulap Kebun 'Tempat Jin Buang Anak' Jadi Pondok Indah".
Wafatnya pengusaha kawakan Ciputra pada 27 November 2019, mengingatkan pada memori-memori masa gemilang Ciputra di masa lalu. Ciputra banyak membangun kawasan yang sebelumnya bukan apa-apa hingga menjadi sesuatu. Ia selalu bilang 'semua bisa berubah'.
Ciputra tak hanya dikenal dengan proyek fenomenal membangun Proyek Senen, hingga yang paling ambisius Taman Impian Jaya Ancol yang berawal dari mimpi memiliki Disneyland di Jakarta.
Alberthiene Endah, dalam "Ciputra The Entrepreneur: The Passion of My Life" (2019), mengungkapkan kisah lain soal pembangunan kawasan di selatan Jakarta pada era 1980-an yang kini jadi salah satu kawasan paling elite di Jakarta, yaitu Pondok Indah. Seperti biasa, Ciputra memulainya dari intuisi yang tajam terhadap peluang.
"Pondok Indah semula juga hanya bentangan kebun karet dan ladang kering. Citra Garden di Kalideres adalah sudut yang tak terjamah yang sering dibilang tempat jin buang anak. Dan Bintaro? siapa yang peduli dengan Bintaro sebelum kami membangun di sana. Semua bisa berubah," kata Ciputra.
Kebun Karet dan Sawah yang kini jadi Pondok Indah, sekaligus telah jadi kediamannya sampai akhirnya ia menutup mata di usia 88 tahun.