Kasus Habib Bahar Smith: Jalan Berliku Menuju Kebenaran KM 50

Kasus HBS: Jalan Berliku Menuju Kebenaran KM 50

Oleh: Arjul A Safah (Pemerhati Sosial Politik Keagamaan)

Tak ada yang menduga sebelumnya, kalau ternyata kasus yang menimpah Habib Bahar Bin Smith (HBS) terkait dengan 'Peristiwa KM 50'. Karena sebelumnya yang ramai dan menjadi wacana publik, dugaan kasusnya terkait ceramah yang menyinggung pernyataan KSAD Jenderal Dudung bahwa 'Tuhan bukan orang Arab'. 

Sebenarnya, kasus KM 50 sudah mulai terlupakan dan belakangan ini hanya diperbincangkan di kalangan terbatas. Proses peradilan unlawful killing yang berlangsung di pengadilan Negeri Jakarta Selatan juga diberitakan sekilas, itu pun lewat media non mainstream. Praktis isunya hampir tenggelam, tertutupi dengan isu publik lainnnya.   

Adalah wajar kalau para pejuang keadilan, penggiat hukum, terlebih pembela dan pengacara HBS merasa kecewa dan menyesalkan tindakan polisi ketika menjadikan peristiwa KM 50 sebagai kasus untuk menarget cliennya. Namun, boleh jadi ada hikmah besar dibalik semua itu, dan baru dipahami serta disadari setelah ini mulai berproses. 

Jelas ini menarik untuk direnungkan, karena dengan ditetapkannya HBS sebagai tersangka terkait 'kebohongan' Peristiwa KM 50, bisa menjadi tabir pembuka untuk mengungkap kembali kasus ini secara terang benderang. Kalaulah benar ini yang akan terus berproses ke depan, sudah bisa dibayangkan seperti apa kasus ini diperdebatkan di ruang pengadilan. 

Pihak pengacara tentu akan membuktikan bahwa yang disampaikan HBS bukan sebuah kebohongan. Peristiwa KM 50 adalah fakta; penyiksaan terhadap 6 laskar FPI adalah fakta, dan berikut fakta-fakta lainnya. Mungkin suasana persidangannya juga akan terasa berbeda dengan suasana di pengadilan Negeri Jakarta Selatan. Kalau di pengadilan Negeri Jakarta Selatan terkesan banyak yang tertutupi, bisa jadi pada persidangan di pengadilan Negeri Jawa Barat nanti banyak misteri yang bakal terungkap. 

Betul bahwa mungkin penegak hukum merasa punya kuasa untuk merekayasa sesuatu sesuai kehendaknya, tapi dibalik kuasa mereka itu masih ada sang Maha Perekayasa atas segala sesuatunya di atas bumi ini. "Wamakaru wamakarullah wallahu khairun makiriin". Oleh karenanya, patut diselami sejenak, sebenarnya kemana arah kompas rekayasa Allah akan bergerak. Tentu bukan pada posisinya para pembela HBS bergerak melangkah tidak seirama (berlawanan) dengan gerak rekayasa Allah SWT.

Dalam konteks ini, kalaulah benar dipahami bahwa dalam kasus ini ada dua jenis rekayasa, maka dibutuhkan kecerdasan bathin terutama oleh pendukung HBS maupun HRS untuk bergerak mengikuti skenario Allah SWT. Tidak terjebak mengikuti alur rekayasa rezim dan mengabaikan alur rekayasa Ilahi. 

Sudah waktunya untuk berselancar di atas gelombang rekayasa Ilahi dalam mengungkap kasus KM 50. Menghindari rasa angkuh dengan memaksakan diri mengikuti logika rasional manusia. Dibutuhkan kecermatan dan kecedasan dalam membangun strategi, memilih dan menetapkan isu, menyiapkan argument dan fakta-fakta hukum, karena siapa tahu, ini memang benar jalan yang disediakan Allah SWT. Jalan kebenaran, sekalipun berliku, tapi harus dilalui untuk sampai pada pengungkapan sejatinya kebenaran kasus KM 50. 

Nampaknya, baik tim pengacara maupun HBS sendiri, menangkap sinyal rekayasa Ilahi itu. Sikap yang ditunjukan Bung Aziz Yanuar dengan senyum dan kesabarannya menghadapi penegak hukum (Polisi) serta keikhlasan HBS terkait penahanannya, seolah mereka menyakini betul bahwa 'skenario' Ilahi tengah berproses. Apa kata HBS, "Jangan ente pikir ketika ana dikepung sama mereka, terus ana berada di tengah-tengah mereka, enggak. Tapi ketika ana dikepung oleh mereka, mereka yang ada di tengah-tengah ana,". Dia pun menambahkan,  "satu orang Bahar ditangkap maka akan lahir, satu juta Bahar, ente-ente orang itu yang satu juta Bahar yang selalu menyampaikan kebenaran." 

Jadi, biarkan ini berproses, karena resonansinya mulai nampak nyata menyentuh penista agama, penghina Allah SWT, pemecah belah umat, bangsa dan negara, yang selama ini justru ditentang HRS dan membuat pengawalnya terbunuh di KM 50. Bukankah kasus ini yang menjadi salah satu alasan HBS rela dan ikhlas mengorbankan dirinya. Jangan-jangan memang begini cara Allah SWT menjawab harapan HBS dalam membela HRS, Wallahu a'lam. (*)
Baca juga :