[PORTAL-ISLAM.ID] Nyali Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal Dudung Abdurachman kalah dengan pengasuh pondok pesantren Tajul Alawiyyin Habib Bahar Bin Smith.
“Kau yang ayam sayur. Bahar bin Smith ini nyalinya top. Kalau cuma dudung, jauh,” kata mantan anggota DPR Djoko Edhi Abdurrahman di akun Twitter-nya @JokoediP, Senen (3/1/2021). “Dudung menang di baju. Nyalinya sebatas balihonya Habib Rizieq Shihab (HRS),”
Habib Bahar di Mapolda Jabar, Jalan Soekarno Hatta, Kota Bandung, Senin (3/12/2021) menyatakan, pihaknya sudah menerima surat perintah dimulainya penyidikan (SPPD) dari Polda Jabar. Kehadirannya ke Mapolda Jabar sebagai bentuk kewajibannya untuk memenuhi SPPD tersebut.
Namun, andaikan dirinya ditahan usai menjalani pemeriksaan, Habib Bahar menegaskan bahwa demokrasi di Republik Indonesia sudah mati.
“Saya ingin menyampaikan, andaikan, jikalau saya nanti ditahan, jika saya tidak keluar dari ruangan atau saya di penjara, saya sampaikan bahwasanya inilah bentuk demokrasi sudah mati di negara republik Indonesia yang kita cintai,” tegasnya.
Pasalnya, lanjut Habib Bahar, laporan polisi yang dilayangkan oleh pelapor terkait kasus yang dihadapinya langsung ditangani polisi secepat kilat. Padahal, banyak laporan terkait penistaan agama yang lamban ditangani polisi, bahkan tidak ditangani sama sekali.
“Saya dilaporkan secepat kilat, sedangkan masih banyak penista Allah penista agama, tapi tidak di proses sama sekali,” tegas dia.
Dia mengatakan, jangan dipenjara, dibunuh pun dirinya takan gentar demi tegaknya keadilan, demi Islam, demi bangsa dan rakyat Indonesia. Dia bahkan rela mengorbankan nyawanya demi hal ini. “Nyawa saya murah harganya, NKRI harga mati,” kata Habib Bahar.[suaranasional]