Kekonyolan Oknum Salafy soal Membela P4le5t1na

de9356e4-85f9-4831-a4f0-c9b547dc8d52 

BEBERAPA KESALAHAN dalam komentar orang ini:

1. Ada khilaf tentang status orang-orang Quraisy sebelum masa Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, antara yang menganggapnya sebagai ahlul fatrah yang selamat dari neraka, dan ada yang menganggapnya musyrikin fin naar (di neraka) karena penyembahan berhala sudah berlaku umum saat itu.

Dan kelompok Salafi kontemporer (dari berbagai varian) umumnya mengikuti pandangan bahwa mereka musyrikin fin naar, dan itu termasuk 'Abdul Muththalib (kakek Nabi, yang perkataanya dijadikan hujjah pada status komentar di atas).

Lalu, mengapa komentar di atas "berhujjah" dengan perkataan orang musyrik ('Abdul Muththalib)?

2. Dalam Islam, mati terbunuh karena membela dan menyelamatkan harta milik pribadi saja, dianggap syahid akhirat, apalagi membela masjid Al-Aqsha yang dimuliakan, apalagi membela dan mempertahankan tanah milik kaum muslimin dari penjajahan zi0ni5.

Jadi, pemahaman bahwa melawan penjajah zi0ni5 itu, yang menyebabkan kematian muslimin, sebagai mati yang sia-sia, jelas adalah pemahaman batil.

3. Orang ini dan semisalnya, menggabungkan beberapa Pemahaman Batil, yaitu:

✓ Berkeyakinan tidak perlu pertahankan palestina, tidak perlu jihad di sana, biarkan Allah ta'ala yang menyelamatkan palestina sendiri. Bukankah ini mirip dengan kaumnya Musa, yang berkata, "Pergilah kamu dan Tuhanmu untuk berperang sendiri..."?

✓ Berhujjah dengan perkataan orang yang ia anggap sebagai musyrikin fin naar. Bukankah mereka sering menolak perkataan para Imam Mujtahid, karena menganggap perkataan para imam tersebut bukan dalil. Lalu bagaimana mereka bisa berhujjah dengan perkataan orang kafir?

✓ Berhujjah dengan perkataan orang yang ia anggap sebagai musyrikin fin naar, untuk menyalahkan perjuangan muslimin palestina, yang sedang mempertahankan tanah kaum muslimin dari penjajah zi0ni5, mempertahankan salah satu masjid suci umat Islam, dan mempertahankan harta dan kehormatan mereka sendiri. Bukankah ini kekonyolan di atas kekonyolan?

[By Ustadz Muhammad Abduh Negara]

Baca juga :