20 TAHUN LEBIH BERKUBANG TEROR, KAPAN SELESAI?

20 TAHUN LEBIH BERKUBANG TEROR

Oleh: Farid Gaban (Wartawan Senior)

Acara rutin setiap kali muncul aksi terorisme: bahkan sebelum fakta lapangannya jelas, orang sudah berdebat keras. Yang sini menuduh Islam sebagai agama kekerasan; yang sono membela diri dan bikin apologi Islam agama cinta damai.

Rutin dan membosankan. Yang jarang diperdebatkan dan dipertanyakan: 

Mengapa 20 tahun lebih setelah peristiwa Bom Bali (dan WTC) teror masih terjadi di Indonesia?

Bagaimana bisa Indonesia menjadi ajang war on terror terlama di dunia di luar wilayah konflik (Afghanistan, Irak, Suriah)?

1. Apakah karena umat Islam Indonesia memang suka membunuh dan biang kekerasan?

2. Apakah karena banyak ulama dan intelektual Islam mendukung dan bersimpati pada tindakan teror (Islam)?

3. Apakah karena pemerintah dan aparatnya tidak mampu dan tidak mau menangani (meski sudah dikasih anggaran besar)?

4. Siapakah sebenarnya pemimpin organisasi-organisasi yang sering disebut polisi sebagai biang teror Indonesia? 

5. Apa motif mereka sebenarnya? Mengapa mereka bisa demikian kuat dan digdaya mengharu biru sebuah negeri selama 20 tahun lebih?

(Jawaban selama ini bahwa mereka organisasi bawah tanah, dengan sistem sel yang sulit dideteksi, tidak memuaskan, mengingat sudah 20 tahun lebih).

6. Mengingat peristiwanya yang laten dan berlangsung lama, apakah tidak semestinya lembaga riset dan universitas memfokuskan riset mendalam untuk membongkar problem terorisme dan cara mengatasinya, agar peristiwa serupa bisa dicegah?

7. Ataukah kita memang menganggap mustahil untuk mengatasi terorisme dan mencegah jatuhnya korban di kalangan warga sipil?

Tanggungjawab dan kewajiban kita kepada para korban teror (yang meninggal maupun terluka) adalah memastikan penderitaan mereka bukan tanpa makna: memastikan itu tak terulang. Artinya, kita harus sangat serius mengkaji dan serius menangani.

Tapi, kalau 20 tahun masih terus berulang, ya, kita memang bangsa yang layak dikutuk.

Terorisme itu kekerasan bermotif politik/ideologi. (Tanpa motif itu, kejahatan biasa).

Kalau menurutku, sih, kita tak akan bisa membasmi terorisme tanpa mengudari motif atau mengetahui motif sebenarnya. Bukan cuma yang dikatakan pelaku maupun polisi (apalagi yang diklaim oleh pelaku yang sudah meninggal, sehingga tak bisa diverifikasi).

Karena merupakan kekerasan bermotif politik, menurut saya, solusinya ya politik. Bernegosiasi tentang tuntutan politik. Kalau tidak ada tuntutan politik dan kita tidak tahu dengan siapa bernegosiasi ya artinya kita sedang melawan hantu. Dan hantu bisa diciptakan oleh siapa saja.

[fb]

20 TAHUN LEBIH BERKUBANG TEROR Acara rutin setiap kali muncul aksi terorisme: bahkan sebelum fakta lapangannya jelas,...

Dikirim oleh Farid Gaban pada Minggu, 28 Maret 2021
Baca juga :