[PORTAL-ISLAM.ID] Gerakan Anti Radikalisme Institut Teknologi Bandung (GAR ITB) kini tengah menjadi sorotan publik. Hal ini bermula dari laporan GAR ITB ini atas Din Syamsuddin atas tudingan radikalisme.
Lalu, pertanyaan muncul, bagaimana awal mula GAR ITB terbentuk, siapa saja inisiatornya?
Anggota GAR ITB Nelson Napitupulu bercerita organisasi ini awalnya terbentuk dari obrolan alumni-alumni ITB dan beberapa kampus lain. Ia menyebut mereka yang terlibat dari awal banyak yang bukan merupakan orang terkenal.
"Awalnya sebenarnya ini bukan eksklusif ITB. Jadi memang ini awalnya adanya sekumpulan orang-orang termasuk saya, concern soal radikalisme. Kemudian kita berkumpul dengan beberapa PT dari kampus lain, enggak terkenal," kata Nelson kepada kumparan, Minggu (14/2/2021).
Namun, Nelson mengatakan ada sedikit tokoh populer yang sempat ikut di diskusi awal pembentukan GAR ITB. Salah satunya adalah Jubir Presiden Jokowi saat ini, Fadjroel Rachman.
"Ada Fadjroel Rachman yang sekarang jadi jubir presiden, dia ikut di diskusi awal," jelas Nelson.
Bahkan, Nelson mengatakan Fadjroel masih aktif di GAR ITB hingga saat ini.
"Fadjroel (dan juga saya) ada di NKRI dan GAR," kata Nelson.
GAR ITB sebelumnya bernama NKRI atau Nusa Kinarya Rumah Indonesia.
Ia menjelaskan, GAR ITB dibentuk sekitar akhir 2019, saat itu menjelang pemilihan rektor ITB. Nelson mengatakan, salah satu pemantik munculnya gerakan ini adalah adanya persoalan radikalisme di ITB.
Sebelum bernama GAR ITB, kata Nelson, gerakan ini dinamakan NKRI atau Nusa Kinarya Rumah Indonesia. Sebab, saat itu ada juga alumni dari UI, UIN, Universitas Pancasila, selain ITB. Saat masih bernama NKRI, artis Christine Hakim sempat bergabung meski ia bukan alumni ITB.
Namun, dalam perkembangannya, masalah yang dibahas lebih spesifik soal ITB. Oleh sebab itu, NKRI berganti nama menjadi GAR ITB.
"Jadi dari situ karena ada persoalan lebih spesifik di ITB maka kita bikin GAR saja. Maka ditambahkan ITB-nya, jadi hanya alumni ITB, jadi Mba Cristine Hakim tidak ikut di situ, dan yang lain-lain teman teman alumni UI dan yang lainnya," ujar Nelson.
Soal berapa anggota GAR ITB yang aktif, Nelson menjelaskan, ada sekitar 20 orang yang aktif. Namun, mereka selalu berdiskusi dalam grup WhatsApp dengan anggota lebih dari 250 orang.
"Kita lebih dari, jadi 1 WhatsApp grup ada 250 orang maksimum. Jadi dibuat per angkatan karena lebih dari 250, jadi ada beberapa," kata dia.
"Kalau yang aktif, kalau mau dibilang sebagai motor mungkin ada sekitar 20 orang, ya. Tapi kita ada semua, ya, boleh ngasih saran, merespons, ada berita, diskusi," tutup Nelson.
Dalam kesempatan itu, Nelson menegaskan, pelaporan soal Din Syamsuddin bukan karena ia radikalisme, Din dilaporkan karena sebagai ASN, dia berpolitik.
"Jadi yang kita persoalkan di sana, seorang anggota MWA yang adalah ASN melakukan praktik politik praktis, termasuk menghasut, menebar hoaks," kata Nelson.
kumparan telah mengkonfirmasi ke Fadjroel Rachman soal keterlibatannya di GAR ITB, namun belum direspons.
(Sumber: Kumparan)