Pakar Hukum Top Bongkar Fakta Mengejutkan Prabowo Subianto, Kaget

[PORTAL-ISLAM.ID]  Ahli Hukum Tata Negara Refly Harun blak-blakan mengomentari hasil survei Lembaga Survei Indonesia (LSI). Menurutnya, Prabowo Subianto masih tetap perkasa dilihat dari elektabilitasnya untuk Pilpres 2024.

Dalam kanal YouTube-nya, Refly Harun berpendapat bahwa dua kali pencalonan Prabowo sebagai presiden menjadi faktor elektabilitasnya menjadi yang tertinggi saat ini.

"Sederhananya adalah tentu ini efek dua kali Pemilu 2014 dan 2019. Jadi tingkat popularitas Prabowo dalam konteks ini hanya akan dikalahkan oleh Presiden Jokowi," kata Refly Harun, Selasa (23/2).

Menurut Refly, banyak nama-nama tokoh yang mungkin tidak terlalu dikenal publik di pelosok seperti Anies Baswedan, Ridwan Kamil, dan Ganjar Pranowo karena survei yang dilakukan LSI yang memilih berdasarkan demografi.

Berbeda halnya dengan Prabowo Subianto yang akan lebih dikenal karena sempat mengunjungi daerah-daerah untuk berkampanye.

"Prabowo masih nomor satu, karena Prabowo paling tidak sudah penetrasi ke daerah-daerah ketika kampanye 2014 dan 2019. Tapi apapun itu Prabowo Subianto ‘masih perkasa’," ujarnya.

Kendati begitu, Refly justru menyoroti diamnya sikap Prabowo saat Front Pembela Islam (FPI) dibubarkan, kematian laskar FPI, serta masalah utang luar negeri. 

Menurutnya, hal tersebut merupakan salah satu hal yang memengaruhi tingginya elektabilitas ketua umum partai Gerindra itu.

"Prabowo Subianto masih perkasa ini bisa jadi makin menegaskan sikap diamnya terhadap kejadian-kejadian yang berlangsung baru-baru ini. Bisa dikatakan walaupun dia tidak aktif menjadi 'bamper' Jokowi, sebagaimana menteri-menteri lainnya, dia juga tidak mengkritik dari dalam, cenderung stay passive," beber Refly Harun.

Menurut Refly, menjadi pasif seperti yang dilakukan Prabowo lebih baik dibandingkan dengan mereka yang menjadi pusat kontroversi. 

Kendati begitu, menurut Refly hasil survei LSI belum bisa menentukan Prabowo Subianto sebagai kandidat terkuat untuk capres di pilpres 2024.

Pasalnya, jika ini karena efek dua kali pemilu 2014 dan 2019, setidaknya elektabilitas Prabowo harus bertahan hingga 2023 nanti di tengah kandidat lain yang mulai mencuri perhatian.

"Critical point-nya justru di 2023. Kalau di 2023 nama Prabowo masih berkibar, alamat dia bisa masuk ke 2024 pencapresan," tegas Refly Harun.

"Tapi kalau sudah hilang, ya sudah, karena di situlah akan ditentukan apakah terkenalnya Prabowo saat ini sebagai kandidat terkuat karena sisa-sisa 2014 dan 2019, ataukah karena dia dianggap sebagai calon potensial setelah Jokowi tak ada lagi," imbuhnya.

Diberitakan sebelumnya, Lembaga Survei Indonesia (LSI) merilis hasil survei yang menunjukkan bahwa Prabowo Subianto menduduki posisi teratas sebagai kandidat capres 2024 dengan 22,5 persen. 

Posisi Prabowo berada di atas Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo sebesar 10,6 persen. Sementara itu, posisi ketiga diduduki oleh Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dengan 10,2 persen.

(Sumber: Genpi, Kompas)

Baca juga :