JILBAB
Sejak marak di era 80-an, jilbab dicurigai banyak pihak, rezim ORBA yang sangat phobia pada Islam langsung memvonis jilbab itu gerakan politik islam yang wajib diberangus, maka gerakan jilbab di sekolah dilawan dengan melarang siswa berjilbab masuk kelas, dalihnya melanggar aturan berseragam.
Di sekolah rezim orba bisa melarang, diluar sekolah gerakan jilbab malah marak, seperti lautan jilbab; remaja, orang tua, emak-emak sampai sosialita marak memakai jilbab dengan beragam asesoris yang modis dan style list.
Maka akhirnya larangan berjilbab di sekolah dicabut, berjuta pelajar di Indonesia akhirnya berjilbab secara sukarela, karena kesadaran beragama kian meluas, bahwa jilbab itu kewajiban bukan tempelan.
Jilbab bermetamorofosa menjadi hijab terus bermetamorfosa lagi menjadi hijab syari, jenis pakaian yang dianggap lebih mendekati takwa, tidak ketat dan memperlihatkan lekuk-lekuk tubuh, walaupun kata hijab syari itu tidak pas, lah jilbab itu memang tidak syari? Ok lah kita maklumin kosa kata itu.
Walaupun rejim ORBA pada akhirnya menyerah, rezim pasca ORBA dan kaum islam phobia serta munafiq tetap tidak bisa tidur nyenyak melihat fenomena perempuan berjilbab, aneka tuduhan dan fitnah disematkan pada pemakai jilbab, kasus jilbab di Sumatera Barat dan Nisa Sabyan menjadi pintu masuk.
Di Sumbar jilbab dijadikan bahan fitnah intoleran dan radikal lalu tanpa diselami lebih jauh, dalam waktu singkat muncul SKB tiga menteri, dalihnya sih Jilbab tidak dilarang - tidak diwajibkan, tapi hakekatnya melarang.
Kasus Nissa Sabyan di olok-olok sebagai pelakor syari, mereka membuat cap untuk mendegradasi pemakai jilbab, bahwa jilbab tidak menjamin orang menjadi bener, buktinya Nissa kok....halah itu lagu lama.
Argumen dangkal seperti ini sebetulnya mudah dipatahkan, pelakor tidak berjilbab bejibun kenapa yang disorot cuma satu yg berjilbab? Bahwa jika ada satu dua orang berjilbab punya masalah, lalu menduga semua orang berjilbab bermasalah itu logika bego.
Kalau logika itu dipakai secara massal, maka kita bisa membuat argumen juga, jika salah satu kader partai korupsi bansos, maka semua kader partai itu koruptor, wah bisa ngamuk tuh pengurus partai jika dicap semuanya koruptor
Lagi pula istilah pelakor itu juga kurang pas, ketika terjadi prahara rumah tangga, tidak bisa disalahkan pihak istri atau suami saja, prahara terjadi karena ada ketidaksesuaian antara suami dan istri, itu masuk wilayah privat, publik nggak usah kepo memasuki wilayah domestik rumah tangga orang.
Sampai kapan pun jilbab akan digoreng oleh para penista agama dan kaum islam phobia, jangan terlalu didengarkan tudingan dan fitnah mereka, tetap bangun kesadaran pada keluarga terdekat, terutama pada istri dan anak-anak perempuan kita, bahwa menutup aurat itu wajib, jilbab itu sarana menutup aurat, tutuplah auratmu untuk menjaga kehormatan diri.
(By Afif Ridwan)
___
*Ket. Foto: Artis cantik Marcella Simon mantap Berhijab usai 1 tahun jadi Mualaf (HaiIbunda.com, 09 Oct 2020)