Ulama Melawan, Berakhir Penjara dan Pembunuhan, Sejarah yang Terus Berulang...

Ulama Melawan, Berakhir Penjara dan Pembunuhan, Sejarah yang Terus Berulang...

Sejarah membuktikan, ulama akrab dengan penjara, kriminalisasi dan konspirasi pembunuhan oleh penguasa. 

Dan selalu, disebabkan karena perangai pemimpin yang bodoh dan tamak. Karena hanya pemimpin yang bodoh yang menggunakan tangan besinya untuk mendapatkan apa yang ia inginkan. 

Abu Hanifah dicambuk dan dipenjara karena menolak menjadi hakim, Malik bin Annas di cambuk karena meriwayatkan sebuah hadist, Ahmad Bin Hambal dipenjara 30 bulan karena bersilang pendapat dengan pemimpinnya tentang Al Quran. Begitu juga Ibnu Taimiyah dipenjara hingga meninggal karena fatwa-fatwanya dianggap meresahkan. 

Tidak hanya penjara, bahkan konspirasi pembunuhan hingga hukuman mati juga akrab dengan ulama. Hasan Al Banna pendiri Ikhwanul Muslmin, dibunuh dengan tembakan jarak dekat yang hingga kini tidak ada titik terang siapa pelakunya. Nasib sama juga dialami Sayid Qutb, harus berakhir hidupnya dengan gantungan, ia difitnah merencanakan pembunuhan terhadap kepala negara Mesir. Sayid Qutb melawan sekularitas Mesir dan memberikan kritik kepada pemerintah saat itu.

Sejarah juga mencatat ulama Libya Omar Mukhtar yang melawan penjajah Italia akhirnya digantung.

Nasib ulama yang akrab dengan penjara juga dialami oleh para ulama di tanah air. 

Syekh Yusuf Al Makasari, beliau diasingkan karena melawan pemerintah kolonial Belanda. Beliau diasingkan di Sri Lanka bersama semua keluarganya. Melalui jamaah haji yang singgah ke Sri Lanka, Syekh Yusuf masih dapat berkomunikasi dengan para pengikutnya di Nusantara, sehingga akhirnya oleh Belanda, ia diasingkan ke lokasi lain yang lebih jauh, Afrika Selatan, pada bulan Juli 1693. Ia meninggal di Cape Town, Afrika Selatan, 23 Mei 1699 pada umur 72 tahun. 

K.H. Zaenal, ulama dari Tasik, menanamkan pemikiran anti Kolonial melalui khotbah-khotbah. Ia diturunkan paksa dari mimbar dan ditangkap, dipenjara di Suka Miskin dengan tuduham menghasut. 

K.H. Hasyim Asyari, pernah mengalami hal yang sama harus mendekam dipenjara oleh kolonial Jepang karena terus melakukan perlawanan terhadap kolonial meskipun Kyai Hasyim berusaha dirangkul oleh pemerintah kolonial. 

Tidak hanya di masa kolonial, bahkan Ulama di Indonesia harus merasakan dinginnya penjara dimasa kemerdekaan. Di masa Orde Lama, Hamka dipenjara dituduh makar dan rencana pembunuhan. 

Kedekatan Hamka terhadap partai Masyumi menyebabkan Hamka ikut menjadi bulan-bulanan dari pihak PKI. Organisasi sayap PKI, Lekra menuduhnya sebagai "plagiator " dan pemerintah waktu itu menuduhnya sebagai orang yang akan berusaha melakukan makar. 

Pada 27 Januari 1964, bertepatan dengan awal bulan Ramadhan 1383, kira-kira pukul 11 siang, Hamka dijemput di rumahnya, ditangkap dan dibawa ke Sukabumi. Ia dituduh terlibat dalam perencanaan pembunuhan terhadap Presiden Soekarno. 

Selama 15 hari ditahan, ia diintrogasi dalam pemeriksaan yang digambarkannya, "tidak berhenti-henti, siang-malam, petang pagi. Istirahat hanya ketika makan dan sembahyang saja." Karena jatuh sakit, Hamka dipindahkan dari tahanan ke RS Persahabatan. Selama perawatan di rumah sakit ini, Hamka meneruskan penulisan Tafsir Al-Azhar. Ia mengaku wajah-wajah jemaahnya yang terbayang ketika ia mulai mengoreskan pena untuk menulis tafsir.

Hamka ditetapkan sebagai tahanan politik selama dua tahun sejak 28 Agustus 1964, diikuti tahanan rumah dua bulan dan tahanan kota dua bulan.

Di Era Orde baru pun sama, KH Muhammad Dimyati, dipenjara karena tidak sejalan dengan Soeharto. Ia dituduh menghasut anti pemerintah. Dimyati pernah mengatakan "Pemerintah adalah RI bukan Golkar". 

Aktifis Islam AM Fatwa juga dipenjara 18 tahun oleh Orde Baru karena terus melakukan kritik terhadap pemerintah. AM Fatwa divonis 18 tahun dari tuntutan seumur hidup, dijalani efektif 9 tahun (bebas bersyarat tahun 1993) karena kasus Lembaran Putih Peristiwa Tanjung Priok 12 September 1984. Jika diakumulasi, ia menghabiskan waktu selama 12 tahun di balik jeruji besi, selain tahanan luar.

Yang saya tulis ini hanyalah catatan kecil dari banyak catatan yang tidak terlihat. Dari rentetan sejarah ini, tidaklah barang baru, ketika ulama melakukan perlawanan, maka akan berhadapan ancaman jeruji besi bahkam upaya pembunuhan.

[fb]

Baca juga :