Demokrat Tepok Jidat Atas Tingkah Puan Maharani


Demokrat Tepok Jidat Atas Tingkah Puan Maharani

Pilgub Sumbar 2020 saat ini memunculkan calon-calon potensial. Calon-calon yang sudah punya nama dan punya basis dukungan di daerah-daerah provinsi Sumbar.

Calon dari PKS, Mahyeldi adalah Walikota Padang yang sudah mendapatkan nama. Untuk wilayah Padang Kota, namanya sangat harum. Berbagai kebijakannya benar-benar dirasakan warga Padang, khususnya dalam bidang agama. Wakilnya merupakan anak muda potensial yang mempunyai titel yang luar biasa banyaknya. Ir. Audy Joinaldy, S.Pt, M.Sc, M.M, IPM, ASEAN.Eng.

Alumni Peternakan Unand, mempunyai usaha kerakyatan yang telah membantu banyak orang. Saat ini, ia memimpin perusahaan Perkasa Group yang bergerak di bidang peternakan dan Lintas Agro Group yang bergerak di bidang pertanian. Ia dicalonkan oleh Partai Persatuan Pembangunan (PPP) mendampingi Mahyeldi Ansharullah.

Calon dari Gerindra adalah petahana Wakil Gubernur dan Bupati Agam yang masih aktif. Nasrul Abit dan Indra Catri pastinya mempunyai dukungan luas karena kiprah mereka yang telah membangun Sumbar (Nasrul Abit) dan Agam (Indra Catri). Bahkan Indra Catri adalah Bupati yang telah 2 periode terpilih di Agam.

Bisa dikatakan, wilayah Agam yang termasuk daerah dengan kabupaten terbesar di Sumbar setelah Darmasraya akan menjadi lumbung suara pasangan Nasrul Abit dan Indra Catri. Selain daerah Dhamasraya, dimana daerah tersebut adalah dapil Andre Rosiade yang mengantarkannya duduk di kursi DPR.

Calon ke-3 adalah dari Demokrat, pasangan Mulyadi (kader dan anggota DPR RI dari Demokrat) bersama Ali Mukhni yang merupakan Bupati Padang Pariaman.

Mulyadi cukup dikenal oleh warga Sumbar, 2 periode beliau selalu terpilih sebagai anggota DPR RI. Sedangkan Ali Mukhni adalah Bupati terpilih di kabupaten Padang Pariaman, kabupaten nomor 3 terbesar di Sumbar.

Dengan keistimewaan tiga pasangan ini, boleh dikatakan Pilgub Sumbar adalah "Big Match" yang mempertemukan para Bintang. Memprediksi siapa yang akan unggul, sangat susah. Karena masing-masing mempunyai keunggulan dan kantong suara.

Namun sial bagi pasangan yang diusung Demokrat Mulyadi dan Ali Mukhni, bergabungnya PDIP dengan mereka menyisakan masalah baru atas perkataan Puan Maharani saat memberikan rekomendasi partainya ke pasangan ini. Mengatakan semoga warga Sumbar memilih pemimpin yang Pancasila, yang artinya memilih pasangan yang mereka rekomendasikan adalah penghinaan bagi masyarakat Minang.

Alhasil gerakan tenggelamkan partai PDIP dan calon yang mereka dukung langsung menjadi topik di warung kopi masyarakat Minang. Bukan itu saja, muncul kelompok masyarakat yang melaporkan Puan ke polisi semakin memperkeruh keadaan pasangan Mulyadi dan Ali Mukhni.

Apalagi pembelaan kader PDIP atas perkataan Puan malah menyasar PKS yang dianggap meracuni warga Minang karena selama 2 periode, Sumbar dipimpin oleh wakil dari PKS.

Sontak pembelaan itu mendapatkan perlawanan dari PKS dan Gerindra yang menjadi mitra memimpin Sumbar. Bukannya meredakan, komentar kader PDIP yang membela Puan malah semakin memanaskan situasi.

DEMOKRAT TEPOK JIDAT

Perkataan Puan, yang paling dirugikan adalah Demokrat. Saat pertarungan pilkada Sumbar ini benar-benar ketat persaingannya, PDIP malah melemparkan pasangan Mulyadi-Ali Mukhni keluar dari kandidat yang diperhitungkan. Bagaimanapun ini akan berpengaruh pada perolehan suara pasangan ini untuk pilkada esok.

Warga Minang mungkin bisa memaafkan, namun tidak bisa melupakan perkataan Puan yang sudah melecehkan mereka. Menghukum PDIP, dengan tidak memilih calon yang diusungnya. Dan kandidat memenangkan Pilkada Sumbar hanya menyisakan 2 calon saja, calon yang diusung PKS (Mahyeldi-Joinaldy) dan pasangan yang diusung Gerindra (Nasrul Abit-Indra Catri).

Demokrat benar-benar dikerjain oleh dukungan PDIP dengan pernyataan blunder Puan Maharani. Mau gimana lagi, nasi sudah jadi bubur.

Jika nanti pasangan Mulyadi-Ali Mukhni kalah, maka pihak Demokrat bisa menunjuk hidung Puan sebagai biang keladinya.

(By Iwan Balaoe, warga Minang)

Baca juga :