Tiada Anak yang Salah Gaul, yang ada Salah Didik


Tiada Anak yang Salah Gaul, yang ada Salah Didik 

Oleh: Ustadz Harry Santosa

Banyak orangtua atau pendidik menyalahkan lingkungan sebagai penyebab buruknya akhlak atau perilaku anak atau siswa. Merekaa sangat khawatir akan ancaman lingkungan. Benarkah? Tidak bisa dipungkiri bahwa tentu ada pengaruh lingkungan pada perilaku dan akhlak seseorang. Namun sebenarnya berapa persen pengaruh lingkungan pada keburukan anak?

Manusia satu satunya makhluk yang diberi otoritas sebagai khalifah di muka bumi. Untuk tugas itu Manusia juga merupakan ciptaan yang diciptakan khas dan berbeda dari makhluk lainnya bahkan versi paling sempurna (ahsani taqwim).

Kesempurnaan itu diantaranya adalah bahwa manusia punya kemampuan memilih (ikhtiyar) dalam hidupnya. Dalam memilih, manusia memiliki kemungkinan untuk benar memilih atau salah memilih sehngga berpotensi mendamaikan manusia dan melestarikan alam, atau sebaliknya, separahnya menumpahkan darah dan merusak alam. Sementara malaikat selalu memilih benar, dan iblis selalu memilih salah.

Karena bisa memilih itulah maka manusia adalah makhluk yang kelak dimintai pertanggungjawaban atau diuji 'linabluwakum ayyukum ahsanu amala', siapa yang paling baik amalnya. Ketika memilih inilah terjadi pergulatan jiwa, terjadi tarik menarik antara kebaikan dan keburukan.

Namun Allah Maha Rahman, rahmatNya melampaui semua sifat lainnya. Manusia diberikan perangkat-perangkat kebaikan sejak sebelum dilahirkan, berupa Allah yang selalu membersamai dalam jiwa manusia, Kitabullah (ILMU yang benar) yang menjadi panduan dan Fitrah yang merupakan kebaikan bawaan yang diinstal sejak di alam ruh. Faktor eksternal yang mempengaruhi keburukan hanya satu, yaitu Syaithan, dan sesungguhnya tipu daya syaithon sangat lemah.

Setiap anak lahir dengan membawa fitrahnya. Fitrah adalah innate goodness atau disebut dengan innately predisposed to know God and to do Good. Sesuatu kebaikan yang secara bawaan diinstal dalam diri manusia untuk mengenal Tuhan dan menjadi baik. Dalam definisi lain adalah sifat, karakter, konstitusi, kondisi yang dipersiapkan utk menerima Dien atau Kitabullah.

Jadi tugas orangtua menguatkan, mengaktifiasi, merawat, menumbuhkan fitrah ini sesuai tahapan tahapannya dan dipandu Ilmu yang benar agar ananda tetap pada fitrahnya, semakin paripurna, indah dan berbahagia.

Manusia memiliki jiwa (nafs) yang memiliki tarikan langit (ruh) dan tarikan dunia (jasad), apabila tarikan langit dominan maka semakin bahagia manusia, dan apabila tarikan dunia dominan maka akan semakin menderita. Mekanisme kontrolnya ada di Aqal dan Qolbu.

Yang mempengaruhi Aqal dan Qolbu pada keputusan memilih kebaikan adalah Allah, ILMU yang benar (kitabullah) dan FITRAH yang terawat baik. Maka manusia (diri maupun orangtua kepada anak) senantiasa mengorientasikan kehidupannya kepada Allah, memberikan masukan ILMU yang benar (bersumber pada alQuran dan Assunnah serta Ulama terpeecaya) serta merawat Fitrah agar tetap dalam kebaikan (keteladanan, suasana keshalihan, aktifitas shalih dll).

Adapun pengaruh dunia sebenarnya hanya Syaithon (iblis, jin, manusia buruk) yang selalu mengajak, menampilkan dan membisikkan pada keburukan (fujur). Maka pengaruh luar atau dunia sebenarnya akan sangat lemah adanya apabila 3 cahaya di atas selalu terjaga dan terawat baik, yaitu orientasi kepada Allah, masukan ILMU yang benar dan FITRAH yang terawat dan tumbuh paripurna.

Anak anak kita tak mungkin steril dari melihat hal atau perilaku buruk, namun jangan khawatir sepanjang orientasinya benar selalu kepada Allah,  rujukan ILMU dan keteladanannya benar, termasuk keteladanan orangtuanya dan keluarganya baik, serta FITRAHnya senantiasa terawat dengan baik, maka insyaAllah akan imun dari keburukan bahkan mampu memperbaiki keburukan sekitarnya (sirojummuniro - cahaya yang menerangi).

Jadi tiada anak yang salah gaul, yang ada adalah salah didik. Mendidik anak menjadi shalih sesungguhnya dan seharusnya lebih mudah, karena bekal bekal kebaikan jauh lebih banyak daripada agen keburukan. Manusia atau anak yang fitrahnya terawat dan tumbuh paripurna, seperti ikan hidup di samudera, bertahun tahun berenang di samudera namun tak menjadi asin tubuhnya. Tetapi anak atau manusia yang fitrahnya tak tumbuh paripurna ia bagai ikan mati, hanya perlu beberapa hari di air garam untuk menjadi ikan asin.

Maka mari rawat dan tumbuhkembangkan fitrah ananda dengan benar sesuai tahapan tahapannya, jangan lebai dan jangan lalai, pandulah dengan Kitabullah sehingga tumbuh semakin indah, sempurna dan berbahagia.[]

Baca juga :