Saleh Khalid dan Perjuangan Melawan Ahok


Saleh Khalid dan Perjuangan Melawan Ahok

Oleh: Geisz Chalifah

MINGGU sore (2/8/2020) saya dikejutkan, mendapat khabar Saleh Khalid mantan Ketua Umum PB HMI 1986-1988 meninggal dunia.

Berita yang mengejutkan karena beberapa waktu sebelumnya dia sehat-sehat saja.

Ingatan saya seketika melayang keempat tahun lalu, diawal-awal tahun 2016. Masa-masa menjelang Pilkada DKI Jakarta.

Proses menuju Pilkada DKI menjelang, arogansi Ahok dan sekutunya luar biasa membahana. Mereka menyatakan kalau mau lawan Ahok carilah jago kalian untuk dihadapkan. Jangan cuma marah-marah melulu pada Ahok.

Padahal saat itu kami para alumni aktifis HMI hampir tak pernah terlibat Pilkada DKI, tak pernah sekertariat KAHMI maupun para aktifisnya menjadi bersemangat cawe-cawe di Pilkada DKI.

Sejak Foke berhadapan dengan Adang Darodjatun maupun ketika Jokowi tampil di Pilkada DKI dengan yang lainnya berhadapan dengan Foke, para alumni HMI tak pernah hingar bingar, apalagi membuat rapat-rapat khusus untuk terlibat secara berjamaah. Kalaupun ada biasanya hanya satu dua orang yang memang memiliki hubungan khusus dengan para kandidat.

Kali ini suasananya beda, arogansi Ahok dengan perangainya membuat para alumni HMI muak. Akan tetapi kami tak memainkan jurus demo apa lagi mengecam-ngecam Ahok dalam konteks agama.

Saat itu belum ada kejadian kasus Al-Maidah. Yang ads hanya berbagai kebijakan Ahok terhadap orang miskin dan berbagai ucapannya juga statement-statemwn dari komunitas Teman Ahok membuat kami secara langsung tertantang untuk membuktikan adu kemampuan di pentas politik Pilkada DKI Jakarta.

Saleh Khalid, Abdul Malik, Manimbang Kaharyadi, Idris Zaini dan beberapa teman lain membuat rapat membahas suasana politik Jakarta. Lalu lahirlah FP2DKI (Forum Perjuangan Pilkada DKI Jakarta).

Dari hari ke hari kami bergerilya menerima tantangan Ahok dan Teman Ahok. Berusaha mencari calon gubernur yang tepat untuk berhadapan dengan petahana.

Satu persatu para kandidat diundang ke sekertariat KAHMI, dimulai dengan Adiyaksa Dault, lalu Sandiaga Uno, kemudian Yusril Ihza Mahendra. Dari ketiga kandidat itu belum ada satupun yang kami rasakan cocok.

Usai bertemu para kandidat, bang Saleh Khalid mengusulkan untuk mendatangi kantor DPP maupun DPD partai politik, menyampaikan aspirasi. Tak hanya pada Gerindra dan Demokrat, bahkan DPP PDIP pun kami datangi dan berdialog dengan salah satu fungsionarisnya.

Hari demi hari berjalan, situasi semakin tak kondusif. Ahok semakin jumawa dan Teman Ahok memgumumkan berhasil mengumpulkan satu juta KTP.

Bang Saleh Khalid terus memompa semangat agar perlawanan politik tidak kendur, satu sore kami mendatangi Syafrie Syamsuddin mengajaknya berdialog tentang Jakarta. Setelah dua tiga kali pertemuan Syafrie Syamsuddin akhirnya bersedia untuk dicalonkan.

Figur telah kami dapatkan tinggal melobby partai politik untuk mencalonkan Pak Syafrie.

Bang Saleh Khalid menjadi salah satu motor gerakan sekaligus membangun soliditas di antara kami.

Tarung dalam kontestasi politik bagi para alumni HMI adalah hal yang sudah biasa dilakukan dari sejak jaman mahasiswa. Tapi kali ini suasananya beda, ada kesan penghinaan pada umat Islam, bahkan yang biasanya berada di tengah (moderat) seperti para Alumni HMI ini menjadi marah. Ada ketersinggungan yang menyentakkan rasa keumatan. Arogansi dan sikap semena-mena sulit diterima nurani dan akal sehat.

Narasi seperti: “Lebih baik kafir tapi tidak koruptor dari pada muslim tapi korupsi”, membuat barisan organisasi yang di dalamnya terdapat para alumni dengan deretan gelar doktor maupun profesor tersentak.

Ada satu dua para alumni yang berada di barisan Ahok dan kita sama-sama mahfum keberadaan mereka atas dasar apa.

Namun FP2DKI, berjibaku dengan dana sendiri. Idris Zaini mengolek dana dari sesama anggota lalu menjadikan modal awal dari setiap acara. Kita tak membuat forum untuk kepentingan kandidat lalu kandidat mendanainya.

Kami membuat forum perjuangan dengan mendanai sendiri dan mencari figur yang sesuai aspirasi lalu bertempur di pertarungan.

Jalan berliku ada banyak kejadian tak terduga dalam proses perjuangan dan pada akhirnya FP2DKI menuntaskan misinya.

Teman Ahok yang sejak 2015 sudah mengumumkan dengan jumawa bahwa mereka tak akan terkalahkan akhirnya takluk, bahkan dengan angka bom bastis kalah dua digit.

Selamat jalan bang Saleh Khalid, abang telah ikut memenangkan pertarungan di Jakarta melawan kesombongan, semoga Allah Ridho dengan semua yang abang lakukan dan malaikat menyambut sepenuh-penuhnya penyambutan pada seorang petarung umat.[Tilik]

Baca juga :