Ketika Turki Ingin Kembalikan Hagia Sophia sebagai Masjid, Bukan Lagi Museum


[PORTAL-ISLAM.ID]  Pengadilan tinggi Turki pada Kamis (2/7/2020) akan bersidang untuk memutuskan status Hagia Sophia, apakah akan tetap menjadi museum atau kembali menjadi masjid.

Hagia Sophia merupakan landmark kota terbesar di Turki, Istanbul. Bangunan tersebut menjadi magnet wisata bagi turis lokal dan asing.

Sejak tahun 1935 Hagia Sophia dibuka sebagai museum. Bangunan tersebut juga masuk dalam situs warisan dunia UNESCO.

Hagia Sophia dibangun pertama kali sebagai sebuah gereja oleh Kekaisaran Romawi Timur atau Bizantium.

Bangunan Hagia Sophia berubah menjadi masjid setelah Ottoman menaklukkan Konstantinopel pada tahun 1453.

Setelah Ottoman runtuh, pendiri Turki modern Mustafa Kemal Ataturk mengubah Hagia Sophia menjadi museum.

Namun, beberapa tahun terakhir, seruan untuk mengembalikan Hagia Sophia menjadi masjid mengemuka di Turki. Salah satu sosok yang mendukung penuh hal tersebut adalah Presiden Recep Tayyip Erdogan.

Tahun 2019 Erdogan berkata, sudah waktunya Hagia Sophia kembali menjadi masjid. Ia menganggap suatu kesalahan besar Hagia Sophia digunakan sebagai museum.

Untuk mengembalikan fungsi Hagia Sophia menjadi tempat ibadah bukan perkara mudah. Hubungan Turki dengan Eropa, Amerika Serikat, dan Yunani bakal retak bila Hagia Sophia statusnya diubah.

Yunani jadi pihak paling vokal menolak rencana perubahan status Hagia Sophia. Athena mengatakan, mereka terus memantau status dan masa depan situs-situs peninggalan Romawi Timur di Turki.

Yunani menganggap situs-situs itu sebagai representasi Romawi Timur di dunia modern. Sehingga, masalah situs-situs peninggalan Kekaisaran Romawi Timur dianggap isu sensitif.

Menteri Kebudayaan Yunani Lina Mendoni pekan lalu mengirim surat protes ke UNESCO terkait rencana perubahan status Hagia Sophia.

"Langkah Turki adalah upaya menghidupkan kembali fanatisme nasional dan agama. Ini juga upaya untuk mengurangi sinaran cahaya dari tempat-tempat bersejarah di dunia," kata Mendoni seperti dikutip dari AFP.

Sedangkan Menlu AS Mike Pompeo mendesak Turki tetap menjadikan Hagia Sophia sebagai museum dan memastikan bisa dikunjungi siapa pun.

"Pandangan AS mengubah status Hagia Sophia adalah tindakan mengurangi bangunan warisan dunia yang luar biasa tak tertandingi," kata Pompeo.

Turki Minta AS tak Ikut Campur Soal Status Hagia Sophia

Pemerintah Turki mengkritik pernyataan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Mike Pompeo yang mendesak Ankara untuk mempertahankan status Hagia Sophia sebagai museum. Dalam sebuah pernyataan, juru bicara Kementerian Luar Negeri Hami Aksoy mengatakan bahwa Turki melindungi semua aset budayanya termasuk Hagia Sophia.

"Kami terkejut dengan pernyataan yang dibuat oleh Departemen Luar Negeri AS tentang Hagia Sophia. Kami melindungi semua aset budaya termasuk Hagia Sophia, tanpa diskriminasi dalam kerangka tradisi toleransi dari budaya dan sejarah kita," ujar Aksoy.

Aksoy mengatakan semua masalah tentang Hagia Sophia adalah urusan internal negara sebagai bagian dari hak kedaulatan Turki. Menurutnya, siapa pun tidak berhak ikut campur dalam penentuan kedaulatan sebuah negara.

"Hagia Sophia, yang terletak di tanah kami adalah milik Turki, seperti semua aset budaya kami. Setiap orang bebas mengekspreskan pendapatnya, namun siapa pun tidak berhak berbicara mengenai kedaulatan kami dengan kata-kata, 'kami mendesak' atau 'kami menuntut'," ujar Aksoy.

Sebelumnya, Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo mendesak Turki untuk mempertahankan status Hagia Sophia sebagai museum. Pompeo mengatakan pemerintah Turki telah mengelola Hagia Sophia sebagai museum yang secara resmi diakui oleh UNESCO.

"Status museum harus dipertahankan sebagai contoh komitmen (Turki) untuk menghormati tradisi agama dan sejarah yang beragam, yang berkontribusi pada Turki," ujar Pompeo.

Pompeo menyebut status Hagia Sophia sebagai museum dapat membuka akses bagi masyarakat di seluruh dunia untuk mengunjungi tempat tersebut dan merefleksikan sejarah. Pompeo menambahkan, AS memandang bahwa perubahan status Hagia Sophia dapat mengurangi nilai warisan yang terkandung dalam bangunan tersebut.

"Amerika Serikat menilai perubahan dalam status Hagia Sophia dapat mengurangi nilai warisan dalam bangunan yang luar biasa ini dan sangat langka di dunia modern, untuk melayani umat manusia sebagai jembatan yang sangat dibutuhkan antara mereka yang berbeda tradisi agama dan budaya," kata Pompeo.

Hagia Sophia awalnya dibangun sebagai katedral Bizantium pada tahun 537, diubah menjadi masjid setelah penaklukan Ottoman di Istanbul pada 29 Mei 1453. Kemudian Hagia Sophia menjadi museum pada 1935 di bawah kepresidenan Mustafa Kemal Ataturk.

Selama bertahun-tahun, Presiden Turki Recep Tayyip Erdoğan telah berulang kali menyarankan mengubah situs warisan dunia UNESCO menjadi masjid lagi. Hasil survei menunjukkan mayoritas warga Turki menginginkan perubahan menjadi masjid ini, yang banyak menimbulkan kekhawatiran Yunani.

Kini tinggal menunggu keputusan Pengadilan Tertinggi Turki akan memutuskan status Hagia Sophia pada hari ini, Kamis, 2 Juli 2020.

Baca juga :