HAMENGKUBUWONO II: SANG PELAWAN


HAMENGKUBUWONO II: SANG PELAWAN

Karena sedang ramai soal tuntutan trah Sultan Hamengkubuwono II agar Inggris mengembalikan harta yang dijarah dalam Geger Sepoy 1812, mari kita kutip sedikit tentang kepribadian Sang Sultan dalam 'SANG PANGERAN dan JANISSARY TERAKHIR'.

Bukan hanya terhadap Raffles (1811-1816) dari Inggris; sejak masa Daendels (1808-1811) menjadi Gubernur Jenderal (Belanda-Kekaisaran Perancis) di Nusantara-pun Kakek Pangeran Diponegoro ini masyhur dengan sikap perlawanannya.

Berbeda dengan Sunan Pakubuwono IV di Surakarta yang tampak menurut meski juga menyembunyikan kesal, semua maklumat Daendels seakan dilawan oleh Hamengkubuwono II.

Residen Engelhard dan Waterloo melaporkan bahwa hampir satu juta dollar Spanyol mata uang emas ada di pundi-pundi Sang Sultan, belum lagi termasuk ratna mutu manikam dan berbagai perhiasan. Jumlah angkatan perangnya membengkak lebih dari dua kali lipat daripada masa ayahnya, pabrik meriamnya di Gresik terus mengecor logam, sementara industri mesiunya di Kota Gede tak henti beroperasi. Benteng Keraton Yogyakarta dengan jagang (parit pertahanan) juga terus diperkuat.

Sang Sultan punya nayaka-nayaka andalan yang terus meneguhkan sikap melawan. Dua yang paling menonjol adalah menantunya; Raden Tumenggung Sumodiningrat yang menjabat Patih Jero dan Raden Ronggo Prawirodirjo III, Bupati Wedana Mancanegara Timur. Kelak salah satu putri Raden Ronggo akan dinikahi oleh Pangeran Diponegoro, sementara putranya, Sentot, menjadi panglima muda terhebat selama Perang Jawa.

Dalam kunjungan Daendels ke Keraton, Sumodiningrat yang dikenal berangasan menolak keras maklumat tata upacara baru Daendels, sementara Raden Ronggo keluar dari pertemuan Dewan Kesultanan dengan air mata berurai dan memasang tampang lesu. Keduanya hendak menunjukkan perasaan mereka bahwa, penghinaan kepada Sultan oleh Pemerintah Jajahan telah melampaui batas.

(By @salimafillah)
____
Ilustrasi: Lukisan karya R. Alga Heninggarjito; 1) Sultan Hamengkubuwono II di atas takhta. 2) Penyerbuan Inggris ke Keraton Yogyakarta, Juni 1812.

Buku #SangPangeranDanJanissaryTerakhir edisi bertandatangan masih bisa dipesan via @AlfredoDStefano (WA 0817-0408-934). @ Special Region of Yogyakarta

Baca juga :