Membedah "Pidato Politik" Anis Matta: Krisis, Geopolitik, Kepemimpinan


"Pidato Politik" Anis Matta 

Setidaknya sudah enam kali "pidato politik" Anis Matta selaku ketua umum Partai Gelora digelar dalam dua bulan terakhir. Tepatnya sejak awal Ramadhan.

Dalam catatan saya, enam kali itu adalah:

1. Ketegaran Menghadapi Krisis saat menyambut Ramadhan bersama DPW DKI.

2. Kepemimpinan di Tengah Krisis dengan DPW Sulawesi Selatan.

3. Inovasi di Tengah Krisis, Faktor Geopolitik di Tengah Krisis dalam Al Qur'an bersama DPW Kalimantan Timur.

4. Siklus Perubahan dalam Al Qur'an bersama DPW Aceh.

5. Musim Perubahan dalam Al Qur'an dalam agenda Halal bi Halal DPW Jawa Barat.

6. Revolusi Mental dalam Al Qur'an di Angkringan Jogja Istimewa, tadi malam (13/6/2020).

Saya menggunakan istilah "pidato politik" dalam tanda petik, karena seluruh materi tersebut disampaikan Anis Matta dalam kapasistasnya sebagai ketua umum partai. Disampaikan juga dalam agenda partai, dalam hal ini di enam DPW Gelora. Karena pidato ketua umum partai, maka dia adalah pidato politik.

Tapi kenapa musti pakai tanda petik? Tentu kita juga sudah sama-sama tahu. Karena yang disampaikan Anis Matta lebih banyak mengulas Al Qur'an. Mungkin lebih layak disebut kajian atau tausiyah. Apalagi semua moderator yang menghantar acara tersebut juga masih menyebut Pak Anis dengan sapaan khas, Ustadz Anis Matta.

Sebagian orang tentu menunggu posisioning partai baru yang dibesut Anis Matta mantan presiden PKS ini. Apakah benar-benar berbeda dengan sebelumnya, ada di posisi tengah bukan di sebelah kanan?

Namun, melalui pilihan tema yang intens disampaikan sejak pandemi, sekaligus sejak Partai Gelora mendapat pengesahan kemenkumham. Bisa jadi persepsi sebagian besar orang, partai ini masih belum sepenuhnya di tengah. Karena tema-tema pidato ketua umum masih seputar Al Qur'an. Semua hal dibahasnya dalam kacamata Al Qur'an.

Persepsi seperti itu tentu saja tidak salah. Apalagi karena memang demikian, bahwa tema-tema yang dipilih ketum Gelora. Meskipun juga tidak sepenuhnya benar.

***

Di Angkringan Jogja Istimewa sendiri, sebenarnya panitia sempat mengajukan tema lain. Namun, Pak Anis sempat bertanya. Yang kami menangkap isi pertanyaan itu memberi kesan bahwa beliau pengin menyampaikan tema serialnya.

Sebagai orang Jawa, kami "tanggap ing sasmita". Sehingga kami tidak menjawab pertanyaan beliau. Tapi kami malah balik bertanya, tema yang sudah dipilih Pak Anis? Maka jadilah tema Revolusi Mental dalam Al Qur'an itu.

***

Lanjut ya. Anis Matta banyak membahas persoalan krisis, geopolitik, kepemimpinan dan seterusnya melalui perspektif Al Qur'an. Dengan satu kesadaran bahwa kitab suci itu memiliki kebenaran yang mutlak, menurut pemeluknya. Jadi bila dijadikan landasan berpikir dan bekerja, ia akan menjadi pondasi yang sangat kuat.

Sementara yang diinginkan dibangun oleh Partai Gelora adalah skala peradaban, bukan hanya skala politik. Maka dibutuhkan pondasi yang tidak saja benar, namun juga harus kuat.

Bagaimana nasib sebuah bangunan, saat dibangun dari pondasi yang rapuh? Mungkin di tengah jalan dia perlu dirobohkan dan dibangun ulang dari pondasinya.

Di sisi lain, Anis Matta ingin agar ketegangan antara Agama dan Negara benar-benar bisa diakhiri. Indonesia berdasar Pancasila, dengan sila pertama Ketuhanan Yang Maha Esa. Artinya yang di tengah, di kanan ataupun di kiri selagi masih Indonesia, maka harus berketuhanan. Yang tidak nyaman dengan itu, tentu boleh diragukan, apakah berjiwa Pancasilais atau tidak.

Al Qur'an sendiri, telah menegaskan Islam sebagai umat pertengahan. Al Qur'an juga hadir untuk menjadi solusi atas segala problematika umat manusia. Artinya tidak akan salah menjadikan Al Qur'an sebagai sumber inspirasi untuk menghadirkan solusi atas persoalan bangsa.

Sebagaimana Prof. Haedar Nasir, dalam pidato pengukuhan guru besar menyatakan bahwa ide moderasi adalah solusi terbaik dari problem radikalisme. Bukan dengan melakukan deradikalisasi, yang artinya membuat radikalisme baru. Dan moderasi itu adalah inspirasi dari Al Qur'an.

Tidak perlu kekhawatiran dengan menjadikan Al Qur'an sebagai sumber mendapatkan inspirasi untuk menyusun ide dan gagasan. Terlebih kesemuanya disampaikan dengan kejujuran, apa adanya di ruang terbuka. Terlebih lagi, mayoritas penduduk Indonesia adalah muslim.

Tantangan Gelora berikutnya adalah mengartikulasikan inspirasi yang didapatkan tersebut untuk menjadi solusi-solusi praktis bagi beraneka problematika yang ada depan mata. Yang ada di tengah-tengah masyarakat.

Tentu saja keinginan untuk membangun pada skala peradaban itu tidak sama sekali meninggalkan berpikir ide dan gagasan pada level yang lebih kecil hingga mikro. Ide-ide dan gagasan-gagasan lokal.

By @Setiya_Jogja
(Tuan rumah Angkringan Jogja Istimewa)

Baca juga :