Menantu Erdogan dibalik Kemandirian Drone Tempur Turki

(Selçuk Bayraktar)

[PORTAL-ISLAM.ID] Serangan-serangan Turki menggunakan pesawat tak berawak (drone) dan rudal telah menewaskan sedikitnya 70 pasukan rezim Assad Suriah dan menghantam dua bandara militer, 22 pos terdepan dan konvoi tentara rezim di Suriah barat laut, kata beberapa sumber kepada Zaman Alwasl pada Sabtu (29/2/2020).

Drone Turki telah menghancurkan konvoi militer di dekat kota Kafrnabel di selatan kota Idlib, menewaskan sedikitnya 26 tentara.

[Video - Serangan drone Turki ke Suriah 28/2/2020]


Menantu Erdogan dibalik Kemandirian Drone Tempur Turki


(Selcuk Bayraktar dan istrinya Sümeyye Erdogan)

Intercept yang bermarkas di AS telah menerbitkan laporan ekstensif yang menyoroti keberhasilan luar biasa Turki dalam memproduksi dan mengembangkan pesawat tak berawak selama beberapa tahun terakhir.

Drone Turki yang diproduksi dengan kemampuan lokal telah memasuki fase kedua dan menjadi pesaing bagi negara-negara besar seperti Amerika Serikat dan Inggris sebagai produsen dan pengguna terbesar dari pesawat jenis mematikan ini.

Turki menjadi negara ke-6 di dunia yang memproduksi UCAV (Unmanned Combat Aerial Vehicle) alias Drone pembawa Senjata, setelah USA dengan Predator dan Reaper, Cina dengan CH-3 disertai rudal short-range AR-1, Israel dengan Hermes, Iran dengan Shahed 129 disertai rudal Sadid-1, serta Pakistan dengan Burraq UCAV disertai burg Missile.

Laporan tersebut menyatakan bahwa orang di belakang proyek pembuatan UCAV di Turki adalah insinyur Selçuk Bayraktar (akun twitter: @selcuk), menantu Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan.

Dia merupakan putra Özdemir Bayraktar, pemilik perusahaan Baykar Makina, perusahaan yang memproduksi UCAV. Selcuk bersama kedua saudaranya menjalankan perusahaan tersebut untuk memproduksi teknologi militer bagi militer Turki dan negara lain.

Bayraktar yang kini berusia 40 tahun belajar teknik elektro di sebuah universitas Turki, kemudian menerima gelar master dari University of Pennsylvania. Dia kemudian kembali ke negaranya pada 2007 untuk menyelesaikan pembuatan pesawatnya.

Selcuk Bayraktar telah bekerja sebagai chief technology officer (CTO) Baykar Makina sejak 2007, dan telah menerima banyak penghargaan atas kontribusinya pada industri drone di Turki.

Selçuk Bayraktar menikah dengan putri Erdogan, Sümeyye pada Sabtu 14 Mei 2016.

Masih berdasarkan laporan Intercept, keadaan yang menyebabkan Turki membuat drone sendiri adalah penolakan Amerika Serikat untuk menjual drone predator kepada Ankara. Hingga 2011, Turki masih mengharapkan Amerika Serikat bersedia menjual hasil tangkapan gambar dari Drone Predator AS tentang pergerakan para pemberontak PKK. AS menolak untuk memberi mereka jenis drone dengan dalih bahwa mereka khawatir ini akan menimbulkan masalah keamanan bagi Israel, meskipun Turki merupakan salah satu anggota NATO.

Turki akhirnya berhasil membuat drone sendiri dengan nama Bayraktar dan Bayraktar TB2 (bersenjata).

UAV Bayraktar dan UCAV Bayraktar TB2

Bayraktar merupakan drone jenis Medium Altitude Long Endurance (MALE). Drone ini awalnya dibuat untuk misi pengawasan dan pengintaian dari udara.

Adapun Bayraktar TB2 (Block 2) merupakan versi serang bersenjata. Wahana ini dapat membawa muatan seberat 55 kg, terbang hingga ketinggian 22.500 kaki, dan mengudara selama 24 jam.

Pengembangan prototipe Bayraktar oleh Baykar Makina, Turki dimulai tahun 2007. Dua tahun kemudian yaitu pada Juni 2009 prototipe Bayraktar berhasil mengudara.

Sementara varian TB2 dikembangkan mulai Januari 2012 dan kemudian terbang perdana pada April 2014. Di tahun itu pula, enam UCAV ini langsung masuk dalam jajaran kekuatan persenjataan Angkatan Bersenjata Turki, khususnya Angkatan Darat.

Setahun kemudian Turkish Land Forces ini menerima enam unit tambahan Bayraktar TB2. Varian ini dapat membawa persenjataan, di antaranya adalah rudal udara ke darat MAM-L buatan Roketsan.

Kini AD Turki telah  mengoperasikan sedikitnya 75 Bayraktar dari rencana pengadaan sebanyak 151 unit. Selain militer, Direktorat Keamanan Umum Turki turut mengoperasikan enam unit dan Komando Umum Gendarmerie mengoperasikan 12 unit.

Qatar menjadi negara pertama di luar Turki yang membeli Bayraktar sebanyak enam unit. Kemudian Ukraina yang memesan 12 unit Bayraktar TB2 telah menerima unit pertama pada Maret 2019.

[24 Maret 2019]
UCAV Bayraktar TB2 Buatan Turki Masuk dalam Senjata Pilihan Militer Ukraina


ANGKASAREVIEW.COM – Pesawat tanpa awak bersenjata (UCAV) Bayraktar TB2 buatan Baykar Makina, Turki, kini tergabung dalam kekuatan persenjataan Angkatan Bersenjata Ukraina. Drone ini merupakan bagian dari 420 unit sistem persenjataan yang diserahkan secara bersamaan oleh Presiden Ukraina Petro Poroshenko kepada Militer Ukraina, Rabu pekan lalu.

Drone Bayraktar TB2 sendiri sebelum diserahkan, diuji terlebih dahulu keampuhannya di hadapan Presiden Poroshenko.

Siaran pers UkrOboronProm menyebutkan, Poroshenko mengaku puas melihat hasil yang ditunjukkan oleh wahana nirawak ini.

“Uji coba Bayraktar TB2 telah dilaksanakan dan kini masuk dalam kekuatan Angkatan Bersenjata Ukraina. Saya mengucapkan selamat kepada jajaran Militer Ukraina dan mitra dari Turki. Hari ini kita punya persenjaan baru yang lengkap, drone udara serang. Anda lihat kamera dari UAV ini, dapat menjejak dan membantu penyerangan secara akurat,” jelasnya di fasilitas uji Wilayah Khmelnytsky.

Link: https://www.airspace-review.com/2019/03/24/ucav-bayraktar-tb2-buatan-turki-masuk-dalam-senjata-pilihan-militer-ukraina

Ikan Terbang Bersenjata Berat, Drone Terbaru Turki Siap Beroperasi Tahun 2020


ANGKASAREVIEW.COM – Turki merupakan salah satu negara yang punya ambisi besar menjadi yang terdepan dalam produksi drone atau pesawat tak berawak (UAV). Setelah sebelumnya menghasilkan drone bersenjata Bayraktar TB2, negara terbesar di kawasan Eurasia ini sudah bersiap dengan produksi drone bersenjata berat Akinci.

Adalah Baykar Makina, pabrik pembuat Akinci ini telah memperlihatkan sosok UAV berbobot 4,5 ton jenis MALE (medium-altitude, long-endurance) yang ditenagai mesin ganda turboprop. UAV ini memiliki kapasitas muatan eksternal 900 kg dan muatan internal 450 kg di dalam badannya.

Media Turki melaporkan, Akinci yang dijuluki sebagai ikan terbang ini mampu mengudara hingga ketinggian maksimum 40.000 kaki dan beroperasi selama 24 jam. Dijadwalkan, pada kuartal pertama tahun depan (2020) drone ini sudah mulai mengudara dan beroperasi setahun berikutnya.

Manajer Umum Baykar Makina Haluk Bayraktar menyatakan, pembuatan Akinci dilakukan sepenuhnya di dalam negeri di lima fasilitas Baykar Makina. Mulai dari riset dan pengembangan (R&D), proses produksi, hingga integrasi sistemnya.

Keberhasilan pembuatan Bayraktar TB2 yang telah digunakan oleh instansi militer dan kepolisian Turki sebanyak 46 unit, kata Haluk Bayraktar, membuat pihaknya percaya diri untuk mengembangkan Akinci lebih lanjut.

Bayraktar TB2 terbang pertama tahun 2009 dan diperkenalkan mulai tahun 2014. Hingga saat ini telah membukukan akumulasi 50.000 jam terbang. UCAV ini bahkan telah mendapat pengguna di luar Turki, yaitu Qatar dan Ukraina.

Informasi tambahan untuk Akinci, UAV ini dilengkapi dengan pod elektronik, radar udara ke udara, sistem komunikasi satelit, serta synthetic apertur radar (SAR).

Ditambahkan Haluk Bayraktar, Akinci akan dilengkapi dengan sistem rudal udara ke udara yang dikembangkan oleh Turki. Ia menyebut, UAV ini merupakan pengembangan tercanggih dalam tiga tahun terakhir.

Link: https://www.airspace-review.com/2018/06/17/ikan-terbang-bersenjata-berat-drone-terbaru-turki-siap-beroperasi-tahun-2020/

***

"Kami mengunjungi Pahlawan kami di pos perbatasan kami yang menyediakan dukungan elektronik untuk pasukan kami di Idlib," ujar Selçuk Bayraktar di akun twitternya (@selcuk), Sabtu (29/2/2020).

Baca juga :