LIBERAL UDIK
ISLAM LIBERAL itu tidak satu suara karena mereka memang banyak sekali variannya. Gerakan IL ini kan sebenarnya darah muda Islam yang keranjingan ilmu agama dari berbagai sudut pandang. Mereka bangga menyebut diri mereka Islam Liberal. Mereka bercita-cita jadi pembaharu seperti para tokoh liberalis idola mereka, dan tentu saja mereka bermimpi kelak pendapat mereka akan tercatat di buku pengantar Islam Liberal.
Jangan dikira mereka nggak punya dasar ilmu agama. Kalau misalnya ada yang punya ilmu agama paspasan, bakal keteter mengadu dalil dengan mereka. Sebut saja nama Ulil Absar dan Zuhairi Misrawi misalnya. Pernah di satu talk show televisi, Habib Novel (habib nama bukan gelar) mencoba mengadu dalil dengan Zuhairi. Beberapa kali Zuhairi mengoreksi ayat Al-Qur’an yang diucapkan Novel.
Jaringan Islam Liberal dalam menanggapi beberapa hal juga tidak satu suara. Tegantung kepentingan masing-masing. Beda Ulil dengan Guntur Romli. Walaupun Ulil masuk Partai Demokrat dan Guntur masuk PSI, Ulil bisa memisahkan pandangan keagamaannya dengan pendapat politiknya. Guntur Romli mah sudah terlalu jauh tercampur aduk jadi nggak jelas. Bahkan pendapat keagamaannya sudah luntur oleh pandangan politiknya.
Beda lagi dengan orang yang ngebet disebut Liberal tapi nggak punya dasar ilmu agama yang cukup. Inilah yang oleh Bang Geisz Chalifah disebut sebagai LIBERAL UDIK. Sebut saja nama Ade Armando. Dan Guntur Romli karena sudah terlanjur “tersesat” dari cita-cita Islam Liberal karena ambisi politiknya, maka boleh lah masuk ke dalam golongan ini.
Liberal Udik juga banyak variannya. Kalau yang sering cerewet di kolom komentar medsos itu sebenarnya bukan Islam liberal tapi karena banyak alasan jadi sok liberal. Misalnya, karena malas sholat maka dia menepuk dada sebagai liberalis, supaya tetap dianggap muslim. Muslim yang hobi ngebir juga sok liberal supaya dianggap muslim walaupun ngebir. Muslimah yang malas berhijab juga sok liberal supaya dianggap muslimah yang tidak melanggar aturan agama. Ya, semacam itulah.
Salah satu ciri liberal udik adalah merasa terganggu jika ada yang menyebut mereka sebagai liberal. Lucunya tuh disitu. Mereka sok liberal tapi ngamuk disebut liberal. Coba saja perhatikan kalimat di medsos yang mengatakan, “Dasar Kadrun, sedikit-sedikit menuduh liberal, sedikit-sedikit liberal." Padahal Ulil Cs kan malah bangga menyebut dirinya sebagai Jaringan Islam Liberal.
Tapi karena yang paling cerewet di medsos adalah liberal udik, maka para liberalis udik menganggap setiap ucapan ulama garis lurus dianggap salah. Semua salah. Liberalis non-udik memang dalam beberapa hal mengeritik para lama garis lurus. Tapi bukan berarti dalam hal yang mendasar selalu berseberangan.
Maka seperti skrinsyut ini. Liberalis udik mau mengadu domba Nadirsyah Hosen yang mereka anggap sebagai liberalis dengan Ustadz Abdul Somad. Tentu saja Nadirsyah bukan liberalis kaleng-kaleng, kalau nggak kan dia nggak jadi pengurus NU cabang luar negeri. Cuma tentu saja Nadirsyah juga nggak mau terkesan membela UAS. Maka dia bermain aman saja. Cuma bilang, pendapat UAS itu berdasarkan hadits. Ditambah lagi memang bukan menyodorkan ucapan utuh UAS, tapi cuma potongan skrinsyut. Tinggal lah liberalis udik gigit jari.
Para liberalis udik memang paling takut dengan NU dan Muhammadiyah. Mereka akan jingkrak-jingkrak kalau misalnya ada silang pendapat antara pengurus NU dengan tokoh PA dua satu dua. Para liberalis udik sebenarnya gemes banget melihat PA dua satu dua mendemo kedubes India. Tapi karena NU dan Muhammdiyah juga ikut mengecam kekerasan di India, para liberalis kaleng-kaleng agak menahan diri. Tapi tetap saja mengecam demo itu dengan cara jalan berputar. Cara basi. Membandingkan sikap mayoritas terhadap minoritas di Indonesia. Nggak nyambung banget. Kalau mereka merasa kekerasan terhadap minoritas itu perbuatan yang zalim, kan mereka bisa bilang, “Kami mengecam kekekerasan terhadap muslim di India seperti halnya kekerasan mayoritas terhadap minoritas di sini." Kenapa itu tidak diucapkan? Karena bukan penindasan terhadap minoritas yang mereka kecam, tapi kebencian terhadap PA dua satu dua.
Liberalis non kaleng-kaleng seperti Ulil mah nggak ada takutnya kepada NU. Disamping dia memang tokoh dan keluarga NU dia juga pede banget dengan ilmu yang dimilikinya. Sudah beberapa kali Ulil berdebat dengan Kyai muda NU yang sudah diupload di Youtube. Jangan kira para santri NU nggak gerah dengan pendapat-pendapat Ulil, tapi mereka punya cara sendiri buat menyelesaikannya secara jantan.
Bahkan politisi PKS, Mahfudz Siddiq terkesan membela Ulil ketika pada tahun 2014 Malaysia mencekal Ulil. Jadi ceritanya, waktu itu Ulil ingin ke Malaysia menghadiri undangan diskusi tentang keislaman, pemerintah Malaysia mencekal kedatangan Ulil. Mafudz bilang, “Menurut saya, kalau mereka tidak setuju, ya justru diskusi itu digunakan untuk mendebat pemikiran Ulil, bukan mencekal."
Jadi, kalau Anda punya pengetahuan agama yang cukup, silakan debat kaum liberalis non-udik. Akan jadi pencerahan buat umat Islam. Tapi kalau menghadapi liberalis udik, nggak usahlah buang-buang waktu buat mendebat mereka. Karena sebenarnya mereka Cebong yang menyamar jadi liberalis. Jadi cukup ucapkan, “Cebong dungu!” Selesai.
(By Balyanur)
Sumber: https://bilikopini.com/liberal-udik/