[PORTAL-ISLAM.ID] Berhati-hatilah dengan ungkapan "Saya tidak takut dengan corona, saya hanya takut kepada Allah", atau kalimat semacam itu. Allah Maha Tahu apa yang terkandung di dalam hati kita masing-masing.
Kepongahankah?
Atau mau memperlihatkan bahwa kita beriman kah?
Atau betul-betul sesuai dengan maksud sebenarnya.
Apapun yang ada di dalam hati, berhati-hatilah. Allah tidak akan membiarkan hamba-Nya mengaku-ngaku beriman sampai diuji. Jujurkah kita dengan ungkapan itu, atau hanya kata-kata pemanis bibir.
Sebenarnya kalimat seperti itu menantang Allah agar mencobainya. Apapun maksud di dalam hatinya.
Lebih baik tidak diumbar kalimat begitu. Tawadhu' kepada Allah lebih baik. Mengaku lemah sifat yang patut bagi seorang hamba terhadap Rabb-nya. Jadikan rasa itu rahasia antara kita dengan Allah sambil terus minta perlindungan agar jangan ditimpai musibah dan ujian. Memohon 'afiah kepada Allah jauh lebih baik dari pada mengungkapkan keberanian.
Soalnya, bila betul-betul dicobai Allah seperti yang terjadi di Italy, Iran dan Cina, apakah akan mampu menanggungkannya? Bila sudah melihat kematian di sana sini, mayat sampai tidak terurus, apakah masih mampu berkata "Saya hanya takut kepada Allah?"
Dulu shahabat Rasul berangan-angan mendapatkan mati syahid. Ketika terjadi perang Uhud, di sana-sini bergelimpangan jasad para syuhada', ternyata mereka lari pontang-panting.
Allah berfirman menyindir mereka:
(وَلَقَدۡ كُنتُمۡ تَمَنَّوۡنَ ٱلۡمَوۡتَ مِن قَبۡلِ أَن تَلۡقَوۡهُ فَقَدۡ رَأَیۡتُمُوهُ وَأَنتُمۡ تَنظُرُونَ)
"Dan kamu benar-benar mengharapkan mati (syahid) sebelum kamu menghadapinya; maka (sekarang) kamu sungguh, telah melihatnya dan kamu menyaksikannya". [Surat Ali Imran 143]
Tawadhu' lah kepada Allah dan kepada sesama mu'min. Jangan kira pula orang yang tidak melaksankan shalat Jum'at dan shalat berjama'ah lebih takut kepada corona dari pada kepada Allah. Mereka hanya menjalankan sunnatullah dalam kehidupan ini.
Kata anak zaman old: Jangan belagu lah!
(Ust. Dr. Zulfi Akmal)