Saat Ini Jadi Seorang Sri Mulyani Itu Berat, Berat Sekali...!
Negara sedang genting. Ya.. Wabah Corona atau Covid-19 inilah penyebabnya.
Jika tidak genting, tidak akan ada kebijakan-kebijakan 'urgent' yang diambil. Sayangnya keadaan ini terjadi di saat Tanah Air ini tengah mengalami sebuah 'kanker'.
Indonesia tengah bertahan dari efek buruk perang dagang dalam beberapa tahun belakangan. Gempuran impor dan tarif yang tak wajar membuat defisit neraca perdagangan hingga transaksi berjalan (current account deficit/CAD) tekor.
Ketergantungan terhadap impor minyak yang tinggi membuat Indonesia tak bisa leluasa bergerak. Ketergantungan dari China pun cukup tinggi dari segi barang modal.
Indonesia mengalami 'Twin Deficit'. Defisit di APBN dan defisit di Transaksi Berjalan membuat Indonesia harus berupaya menutupnya dari utang. Dolar demi dolar dibutuhkan menutup Twin Deficit tersebut hingga membuat nilai rupiah tak bisa stabil sepenuhnya.
Pertumbuhan ekonomi pun stagnan di 5%. Bahkan terjadi juga di bawah 5% pada Q4-2019 kemarin.
Efek China ke Indonesia
China memainkan peran penting dalam globalisasi. Bagi banyak negara, China adalah mitra dagang dan investasi utama. Salah satu negara itu adalah Indonesia.
Dari sisi perdagangan, China adalah negara tujuan ekspor utama Indonesia. Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan ekspor non-migas Indonesia ke China sepanjang 2019 adalah US$ 25,85 miliar. Jumlah itu mencapai 16,68% dari total ekspor non-migas Tanah Air.
Ketika aktivitas ekonomi di China lesu akibat virus Corona, permintaan produk-produk Indonesia juga tentu ikut menurun. Kala ekspor di China turun, kinerja ekspor secara keseluruhan pasti terganggu mengingat besarnya peranan China.
Melihat hubungan di bidang perdagangan dan investasi, ketergantungan Indonesia terhadap China cukup kuat. Oleh karena itu, jika ekonomi China melambat maka Indonesia pasti bakal kena getahnya.
Menurut kajian Bank Dunia, setiap penurunan pertumbuhan ekonomi di China sebesar 1 poin persentase, pertumbuhan ekonomi Indonesia akan terpangkas 0,3 poin persentase. Sayangnya, ekonomi China hampir pasti melambat akibat virus Corona.
Mungkin sampai detik ini Sri Mulyani masih memikirkan apa lagi yang bisa digenjot dari sisi fiskal demi semua masyarakat.
Sumber: CNBC