Felix Siauw: Bualan Intoleransi


Bualan Intoleransi

Seumur dunia ini ada, dunia bisa menyaksikan, bahwa kaum Muslim adalah contoh terbaik bila itu berurusan dengan urusan toleransi. Tidak hanya soal agama, tapi juga soal manusia.

Islam memberi batas jelas, "Bagimu agamamu, bagiku agamaku". Silakan beribadah, aku pun beribadah, kita saudara sebagai manusia. Aku tak memaksamu sesuai ibadahku, jadi kamu juga tak memaksaku.

Terlebih lagi, Islam melihat manusia itu mulia, apapun agamanya, etnis, suku atau apapun. Tak hanya yang hidup, bahkan jenazah manusia pun dimuliakan dan dihormati.

Jadi apa pasal Muslim Indonesia selalu dituduh intoleran? Sebabnya sederhana, yaitu kaum Muslim mau hidup dan melakukan praktek agama mereka, itu saja.

Islam mengharuskan pemimpin Muslim, dituduh intoleran, sebab Muslim mayoritas, dan kalau begitu yang non-Muslim takkan bisa jadi pemimpin, itu sebabnya.

Islam mengharuskan kenakan jilbab dan khimar, dibilang intoleran, sebab yang tak kenakan penutup aurat merasa tak nyaman, itu sebabnya.

Sebaliknya, yang Nasrani berhari raya Natal, saling berbagi selamat hari raya, lalu Muslim yang tak ingin ikut-ikutan dikatakan intoleran, jadi sangat aneh sekali.

Singkatnya, orang Muslim dibilang intoleran karena: 1) Menjalankan agamanya dengan taat, dan 2) Tidak mau ikut-ikutan ibadah agama orang lain.

Jadi makna intoleransi saat ini bagi pendukung toleransi disepakati: Karena aku minum teh, dan kamu minum kopi, berarti kamu intoleran kepadaku.

Jadi kalau aku tak mau taat, dan kamu mau taat, taatmu itu intoleransi bagiku. Bagus.

Begitulah yang kita lihat di Minahasa Utara, tak semua orang, hanya sebagian, tapi jadi pelajaran bahwa siapa yang teriak-teriak "toleransi", bisa begitu intoleran pada orang lain.

Kalau mereka sedikit, mereka teriak toleransi, kalau mereka banyak, mereka menekan atas nama demokrasi. Basi.

Indonesia mayoritas Muslim, tapi libur di hari ibadah yang bukan Muslim, memutar lagu dan film natal saat Desember, Imlek saat waktunya. Di Bali, bahkan adzan tak boleh saat Nyepi. Di mana lagi yang se-toleran di Indonesia?

Di Amerika ada pemutaran shalawat dan qiraah saat Ramadhan? Atau ada libur lebaran di China? Atau libur Jum'at buat karyawan Muslim di Korea? Mikir.

Harusnya penguasa, mulai dari presiden, menkopolhukam, menag, menhan, yang diamanahkan memberantas radikalisme, ekstrimisme dan intoleransi, sadar dengan peristiwa pengrusakan Mushala di Minahasa Utara ini. Bahwa bila mereka senantiasa mencurigai kaum Muslim, maka kerja mereka hanya fatamorgana.

By Felix Siauw [IG]

Baca juga :