Mendikbud Nadiem Makarim akan menghapuskan UN mulai 2021 dan menggantinya dengan asesmen kompetensi minimum dan survei karakter.
Pertanyaan saya, Bagaimana presiden yang sama mengambil 2 keputusan yang berbeda (Periode I ada UN, Periode II hapus UN -red)? Katanya gak ada visi menteri? Yg ada hanya visi presiden...nah presiden kan sama?
Metode kereta api itu sebetulnya mengikuti logika ruang publik bahwa aturan lebih penting dari pejabat. Pejabatnya boleh berganti tapi aturannya tetap. Tapi di sektor pendidikan sering betul terjadi “ganti menteri ganti kebijakan”. Dan orang2 termasuk @Pak_JK tak paham.
Sejak awal menteri pendidikan baru dilantik saya hanya punya 1 nasehat: fokus pada aplikasi jangan ubah konsep. Sebab saya bayangkan sebelumnya menterinya orang dari sektor pendidikan. Konsep sudah ok tapi aplikasi dan implementasi butuh dukungan teknologi. Ini tantangan.
Tidak mudah memang, dan pak menteri masih muda. Tapi bapak juga diberi kesempatan oleh bangsa ini melalui presiden agar berkarya yang terbaik. Nah, lakukan yang terbaik. Jangan libatkan diri dalam debat yang berulang-ulang. Kerjakan saja apa yang terbaik bisa dipersembahkan.Sejak awal menteri pendidikan baru dilantik saya hanya punya 1 nasehat: fokus pada aplikasi jangan ubah konsep. Sebab saya bayangkan sebelumnya menterinya orang dari sektor pendidikan. Konsep sudah ok tapi aplikasi dan implementasi butuh dukungan teknologi. Ini tantangan.
Seperti gojek yang anda jadikan wabah di kalangan pemilik kendaraan, jadikanlah inovasi dalam aplikasi dan implementasi pendidikan menjadi wabah modernisasi pendidikan di negeri yang terlalu luas ini. Lihat India, lihat China yg penduduknya lebih besar, mereka bisa.
Pada hari ke-54 pemerintahan ini, sebelum terlambat, menteri pendidikan harus segera kembali pada apa alasan presiden memilihnya. Menteri pendidikan yang lama masih ada dalam kabinet bahkan jadi Menko. Konsultasilah. Lalu rancangkan sebuah rencana: MODERNISASI.
Saya membayangkan waktu itu dengan anggaran pendidikan terbesar Rp. 508 Trilyun, pak menteri akan mengembangkan aplikasi dan implementasi pendidikan yang massif. lebih dari itu, dengan dana yang cukup kita akan modernisasi pendidikan sampai kampung2.
Saya yakin pak menteri dan jajaranya sebagai tim bisa. Karena saya orang kampung, menulis ini di kampung. Di depan sebuah sekolah yang nampak rapuh karena tak datang kabar baik dan hawa segar kepada mereka. “Perdebatan kalian di pusat bikin pesimis”, itu suara hati mereka.
Bikinlah optimisme...bikin senyum sekolah dan anak didik di seluruh negeri..bikin mudah Guru yg hidupnya susah...bikin teknologi yang menjembatani seluruh kesulitan anak bangsa untuk menjadi cerdas sesuai amanah Pembukan UUD 1945...itu saja. Ada uang, ada ruang, apa lagi?
Selamat bekerja menteri muda dengan kewenangan besar sekali dalam melukis masa depan negeri ini...tulislah sesuatu yang akan jadi kebangggaan ibu pertiwi...bismillah.!
(Twitter @Fahrihamzah 13/12/2019)