GELORA yang Langsung Bergelora


Gelora yang Langsung Bergelora

Oleh: Erizal
(Pengamat politik)

Dalam waktu singkat, Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia sudah punya singkatan baru. Yakni, Gelanggang Orang Rapuh (Gelora). Singkatan ini dibuat oleh Andi Arief, Wasekjen Partai Demokrat, sebagai respon atas indikasi bergabungnya Jenderal (Deddy Mizwar) Naga Bonar, ke dalam Partai Gelora Indonesia.

Ingat, istilah Jenderal Kardus? Ya, itu Andi Arief juga yang membuat. Sebagai respon cepatnya terhadap Prabowo, karena tak mengambil AHY sebagai Cawapres. Atau, ingat istilah Setan Gundul? Ya, itu Andi Arief juga yang membuat. Masih responnya terhadap Prabowo karena tak mengikuti langkah AHY yang seketika merapat ke Jokowi, walaupun hasil resmi pilpres belum keluar.

Jadi, istilah-istilah yang buruk sudah lazim bagi seorang Andi Arief, sebagai respon cepatnya terhadap situasi sosial politik yang sedang berkembang. Tapi, tak diingininya atau bertolak belakang dengan kepentingannya. Walaupun pada akhirnya, pihak-pihak yang diistilahkannya buruk itu justru berhasil atau lebih baik nasibnya daripada dirinya atau kelompok yang dibelanya.

Misalnya, Jenderal Kardus buat Prabowo ternyata Prabowo Jenderal sungguhan. Kini, menjabat Menhan, walaupun kalah pilpres. Seekstream pujiannya terhadap strategi politik SBY atau AHY, ternyata lebih ekstream lagi strategi politik Prabowo. Dan bukan Prabowo yang ditinggalkan Jokowi, tapi SBY atau AHY sendiri, walaupun lebih dulu merapat atau bermuka manis dengan Jokowi. Senjata makan tuan, bisa dikatakan begitu.

Kini, Andi Arief memberikan istilah yang buruk bagi Partai Gelora Indonesia. Itu bukan otomatis keburukan, tapi bisa saja berbalik kebaikan seperti sebelumnya. Apalagi bukan Partai Gelora Indonesia yang merekrut atau mencaplok Jenderal Naga Bonar. Tapi beliau sendirilah yang menyatakan dukungan secara pribadi. Dari situ saja sudah terlihat bahwa istilah buruk bagi singkatan Gelora itu, tidak berdasar dan keliru.

Maka, beruntunglah Partai Gelora Indonesia diberikan singkatan yang buruk oleh Andi Arief. Pertama, biasanya berakhir baik. Kedua, belum apa-apa sudah selevel saja dengan Partai Gerindra atau Prabowo sendiri. Malah, bisa jadi lebih karena ini baru saja dimulai. Jadi, ini bukan jatuh di garis start, melainkan melesat jauh di garis start. Gelora yang langsung bergelora. Hebat. Mantap. Selamat!

Baca juga :