THE REAL "SANTRI"


THE REAL "SANTRI"

Oleh: DR. Miftahur Elbanjari MA

Indonesia patut berbangga, sebab untuk menunjukkan bahwa kita memiliki "The Real Santri" tidak usah lebay dengan menampilkan hal-hal "murahan" dan tidak berkualitas.

Sejak abad ke-17 M, Indonesia atau lebih tepatnya Nusantara telah memiliki banyak "Santri Sungguhan" yang berkiprah menjadi ulama level dunia, khususnya dalam bidang ilmu periwayatan hadits.

Al-Musnid al-'Ashar Syekh Yasin al-Fadani menyebutkan bahwa siapa saja yang meriwayatkan hadits, baik yang memiliki ilmu tentangnya atau tidak maka ia bisa disebut sebagai musnid.

Namun di kurun terakhir, tidak bisa seseorang disebut sebagai musnid kecuali memiliki periwayatan yang cukup banyak yang bersambung kepada para imam dari barat hingga timur.

Dan muhaddits yang bermakna sesuai dengan klasifikasi di atas bisa dipenuhi syaratnya oleh 130 ulama dari Nusantara, yang mencakup Indonesia, Malaysia dan Thailand.

Dan dari mereka, ada 8 ulama yang memiliki periwayatan paling banyak dan semua berasal dari Indonesia. Dalam komentarnya terhadap Kifayah Al Mustafid li ma ‘Ala min Al Asanid Syeikh Yasin Al Fadani memperinci ke 7 ulama tersebut, diantaranya adalah:

1. Al Muhaddits As Syaikh ‘Aqib bin Hasanuddn Al Falimbani

Ulama ini disebut Syeikh Yasin Al Fadani sebagai ulama yang paling banyak periwayatannya dari 7 ulama tersebut. Ulama yang wafat tahun 1182 H itu mengambil periwayatan dari Abdullah Al Bishri, Ahmad An Nakhli serta lainnya.

2. Syeikh Abdush Shamad bin Abdirrahman Al Atsyi

Seorang ulama shufi yang menisbatkan diri dengan propinsi Aceh ini juga dikenal dengan penisbatan Falimbani. Syeikh Abdush Shamad ini mengambil periwayatan dari Syeikh Yahya bin Umar Maqbul Ahdal, Sayyid Umar bin Ahmad bin Aqil As Saqqaf juga murid dari Syeikh ‘Aqib bin Hasanuddin Al Falimbani.

Ulama yang wafat tahun 1211 H ini sendiri merupakan guru dari Sayyid Ulama Hijaz Syeikh Nawawi Al Bantani.

Syeikh Abdush Shamad juga memiliki seorang anak perempuan yang juga menjadi ulama besar di Makkah, yakni Syaikhah Fatimah yang kumpulan periwayatannya dibukukan di Al Faharis Al Qaimah.

Sedangkan Syeikh Abdush Shamad menulis periwayatannya dalam kitab An Nur Al Ahmadi.

3. Syeikh Abdul Ghani bin Shabhi Al Bimawi

Syeikh Abdul Ghani bin Shabhi Al Bimawi adalah murid dari Muhaddits Surabaya As Sayyid Syeikh Ahmad bin Abdillah. Sedangkan Syeikh Mahfudz At Tarmasi adalah murid dari ulama ini.

4. Syeikh Mahfudz At Tarmasi

Ulama yang wafat tahun 1338 H ini menimba ilmu dari ayahnya Syeikh Abdullah At Tarmasi, Syeikh Muhammad Shalih bin Umar As Samarani serta Sayyid Abu Bakr Syatha.

Syeikh Mahfudz Termas termasuk ulama Nusantara yang produktif menulis. Sejumlah karyanya antara lain Manhaj Dzawi An Nadzar yang merupakan syarh Alfiyah hadits Imam As Suyuthi, Mauhibah Dzi Al Fadhl kitab fiqih 4 jilid, Nail Al Ma’mul yang merupakan kitab ushul fiqih dalam 3 jilid, Is’af Ath Thali’ juga mengenai ushul fiqih dalam 2 jilid.

Periwayatan Syeikh Mahfudz Termas dibukukan dalam Kifayah Al Mustafid li ma A’ala min Al Asanid.

Sejumlah ulama besar Nusantara yang berguru kepada Syeikh Mahfudz antara lain, Kyai Hasyim Asy’ari, Kyia Wahab Chasbullah, Kyai Nawawi Pasuruan. Sedangkan dari kalangan Arab, murid yang mencolok adalah Muhaddits Al Haramain, Syeikh Umar Hamdan Al Mahrisi.

5. Syeikh Abdul Hamid Qudus

Sejumlah pihak menyebut bahwa Qudus adalah penisbatan kepada sebuah wilayah di Yaman, namun sebagian penyebut bahwa Qudus adalah penisbatan kepada kota Kudus Jawa Tengah. Syeikh Yasin sendiri termasuk berpendapat dengan pendapat ke dua, hingga ia memasukkan Syeikh Abdul Hamid dalam jajaran muhaddits Nusantara.

Syeikh Abdul Hamid Qudus disebut sebagai ulama mutafannin, yakni menguasai banyak disiplin ilmu. Sejumlah karya yang dihasilkan antara lain Irsyad Al Muhtadi yang membahas ilmu tauhid, Al Anwar As Saniyah yang membahas fiqih, Lathaif Isyarat tentang ushul fiqih, Kanz An Najah dalam masalah akhlak, juga beberapa karya lainnya.

Syeikh Abdul Hamid Qudus berguru kepada ayahnya Syeikh Muhammad Ali Qudus. Sedangkan salah satu muridnya dari ulama Nusantara adalah Sayyid Ali bin Husain Al Aththas, Cikini Jakarta.

Periwayatan Syeikh Abdul Hamid Qudus dibukukan dalam Al Mafakhir As Saniyah fi Al Asanid Al Aliyah.

6. Sayyid Muhammad Muhktar bin Athar Al Bughuri

Ulama yang menisbatkan diri dengan wilayah Bogor ini juga masyhur dengan penisbatan Al Batawi. Syeikh Yasin memasukkan ulama ini ke dalam jajaran ulama Nusantara yang memiliki banyak periwayatan.

7. Syeikh Sayyid Salim Jindan

Syeikh Sayyid Salim Jindan adalah seorang ahli nasab atau nassabah. Ulama ini dimasukkan ke dalam kelompok dari mereka yang memiliki banyak periwayatan karena memiliki guru lebih dari 100 orang.

8. Musnid Al Ashr Syeikh Yasin Al Fadani

Nama Syeikh Yasin, sebagai ulama Nusantara yang memiliki banyak periwayatan merupakan hal yang tidak asing bagi penuntut ilmu. Ulama ini telah mengambil periwayatan dari Ulama Hijaz, Yaman, Mesir, Syam, Iraq, India juga Indonesia sendiri.

Gurunya mencapai labih dari 170 ulama. Periwayatan ulama ini sendiri dibukukan dalam Bulugh Al Amani yang disusun oleh muridnya Syeikh Muhammad Mukhtaruddin Al Falimbani.

Juga dibukukan dalam Tashnif Al Asma’ yang dibukukan oleh muridnya dari Mesir Syeikh Mahmud Said Mamduh Al Qahiri As Syafi’i.

Syeikh Yasin tidak menyebutkan bahwa dirinya adalah salah satu dari 7 ulama Nusantara yang benyak memiliki periwayatan. Namun ia menyebutkan bahwa jumlah gurunya juga sebanyak guru Syeikh Salim Jindan, yakni lebih dari 100 orang.

Dan para ulama dunia Islam juga mengakui bahwa Syeikh Yasin memiliki banyak periwayatan, sebab itu ia dijuluki sebagai al musnid al ashr, yakni musnid abad ini. Mereka inilah yang lebih layak disebut menyandang gelar "The Santri". [fb]

THE REAL "SANTRI" Indonesia patut berbangga, sebab untuk menunjukkan bahwa kita memiliki the Real Santri tidak usah...
Dikirim oleh DR-Miftahur Elbanjari MA pada Selasa, 17 September 2019
Baca juga :