Ada China di Balik ESEMKA


[PORTAL-ISLAM.ID]  Setelah ditunggu selama tujuh tahun, akhirnya pabrik mobil Esemka memproduksi produk perdana mereka, pikap Bima. Peresmiannya dilakukan langsung oleh Presiden Jokowi, pada Jumat 6 September 2019.

Selain meresmikan pabrik dan membuka selubung Bima, mantan wali kota Solo yang sempat ikut menggaungkan nama Esemka itu juga menyempatkan diri berkeliling naik Bima, ditemani Menteri Perindustrian, Airlangga Hartarto.

Kehadiran Bima menyita perhatian banyak masyarakat Indonesia. Selain nama Esemka yang memang ditunggu gebrakannya, mobil komersial tersebut juga mendapat kritikan dari beberapa orang.

Bima disebut mirip dengan salah satu pikap buatan sebuah perusahaan di China, yakni Changan Star Truck. Kemiripan tampak pada bagian bodi depan, mulai dari kaca hingga pintu. Bentuk bumper pun sama, hanya desainnya yang berbeda.

Menanggapi hal tersebut, pengamat otomotif Yannes Martinus Pasaribu mengaku tidak heran. Karena, komponen yang digunakan oleh Esemka sebagian besar masih impor.

"Awal sejarahnya, (Esemka) banyak impor dari China," ujarnya, dikutip dari VIVAnews, Sabtu 7 September 2019.

Tak hanya itu, menurut Yannes, duplikasi produk di dunia bisnis, terutama barang-barang dari China, sangat mungkin terjadi. Contohnya, pemilik modal bisa membeli produk China tanpa label, kemudian memberinya merek dan kemudian menjualnya.

"Kalau Jepang, kontrol produknya dijaga. Kalau China, lebih terbuka, lebih berbasis dagang murni,” tuturnya.

Seperti diketahui, saat menjabat sebagai walikota Solo, Jokowi pernah mempromosikan Sport Utility Vehicle (SUV) rakitan yang digarap siswa sekolah kejuruan.

Kala itu ada dua tipe mobil dari lima unit yang menarik perhatian Jokowi: sport utility vehicle (SUV) bernama Rajawali kreasi SMKN 2 Surakarta dan SMK Warga Surakarta, serta tiga mobil kabin ganda bernama Digdaya kreasi SMKN 2 Surakarta, SMKN Warga Surakarta, dan SMKN 5 Surakarta.

Beberapa bulan setelahnya, secara resmi mobil Esemka Rajawali diserahterimakan ke Jokowi pada Januari 2012. Namun, karena mobil Esemka saat itu belum lulus uji emisi, Jokowi menghendaki agar kendaraan dinasnya itu dibawa ke Jakarta untuk diuji ulang. Pada Februari 2012, saat dites kali kedua, mobil tersebut kembali gagal uji emisi.

Tim mobil Esemka saat itu memutar otak, melakukan berbagai kajian agar dapat mengaspal dengan legal. Berat mobil kala itu menjadi masalah utama lantaran terlalu berlebih untuk mesin 1.500 CC.

Hingga akhirnya, sesudah melewati tes kali keenam, berat mobil yang semula 2.200 kilogram dapat dipangkas menjadi 1.640 kg. Ini membuat mobil Esemka Rajawali lolos berbagai tes di Balai Pengujian Laik Jalan dan Sertifikasi Kendaraan Bermotor dari Kementerian Perhubungan. 

Mobil itu mengaspal dan dipakai dinas perjalanan dalam kota pemimpin Solo setelah memiliki surat-surat resmi.


Namun, setelah Jokowi meninggalkan Solo, dua SUV Rajawali yang berstatus pinjam pakai oleh wali kota dan wakilnya tidak lagi dipakai. Kedua mobil yang memiliki mesin setara sedan Mazda 323 itu kini hanya diparkir di SMKN 2 Surakarta (pelat AD 1 A) dan SMK Warga Surakarta (pelat AD 2 A).


Baca juga :