Menolak Pin Emas Anggota Dewan


Pin Emas Anggota Dewan

Oleh: Erizal

Seperti rutinitas, setiap pelantikan anggota dewan di berbagai tingkatan, daerah hingga pusat, soal pin emas buat anggota dewan, selalu saja menuai kontroversi. Bukan oleh masyarakat, melainkan oleh anggota dewan atau partai itu sendiri. Keren, hebat, mantap. "Dek lai mah".

Bahkan, kadang bukan hanya pin emas, mereka juga menolak fasilitas negara seperti mobil dinas, dan lain-lain. Alasannya, buat apa pin emas? Tanpa pin emas pun kan bisa? Tak ada kurang? Hanya menghambur-hamburkan uang negara saja. Lebih baik buat yang lain! Itulah yang saya bilang, keren, hebat, dan mantap.

Sebab, itu datang dari mereka sendiri yang akan dilantik, bukan dari masyarakat. Biasanya anggota dewan baru atau dari partai baru, kebetulan dapat kursi baru di DPR atau DPRD. Idealisme-idealisme seperti ini memang layak didukung dan diapresiasi. Langkah awal yang dimulai baik, ada harapan akhirnya, juga baik.

Tapi, sayangnya, itu hanya gejala awal saja. Rutinitas bagi mereka-mereka yang baru. Sok-sok idealis saja. Nanti lupa semuanya. Bahkan bukan mustahil, kemaruknya tak ada bedanya. Tiap sebentar pergi "pelesiran" keluar negeri menghamburkan uang negara tanpa merasa bersalah. Idealisme hanya di awal. Makanya saya bilang, "dek lai mah".

Buktinya, mereka yang dulu mempersoalkan, sok-sok menolak, baik dari anggota dewan baru maupun partai baru, tenang-tenang saja lagi. Fasilitas negara yang ditolak seperti mobil dinas, kini diterima dengan hati riang, bahkan sudah menjabat pun, mobilnya masih dimiliki, disimpan, dipakai. Kini, orangnya, partainya, beda lagi yang mempersoalkan.

Tapi, percayalah, nanti juga akan diam sendiri. Periode nanti beda lagi orang dan partai yang mempersoalkan. Apa pun basis atau slogan partainya. Sama saja. Idealis hanya karena belum mencoba. Sudah dicoba, baru dia menyesal, betapa enaknya yang sok-sok ditolaknya itu. Jadi, ini rutinitas yang menjengkelkan saja dari para politikus kia.

Sebetulnya, masyarakat juga tak terlalu mempersoalkan pin emas atau fasilitas negara lainnya itu. Asal, keberpihakan kepada rakyat, kehidupan rakyat, nasib rakyat, dari hari ke hari semakin membaik. Tidak begini-begini saja atau bahkan memburuk.

Pakailah fasilitas itu, tapi kerjamu harus benar. Jangan sudah pakai fasilitas negara, tapi kerja tak benar, atau malah merusak. Tak usah sok-sokan seperti anggota dewan atau partai baru yang sudah-sudah. Lagak saja yang banyak, isi sama saja. Sama-sama ampo, kosong.[]

Baca juga :