Pernah Bantah Pernyataan Prabowo soal BUMN Bangkrut, PT Krakatau Steel Kini Akui Berutang Rp 35 Triliun


[PORTAL-ISLAM.ID] Awal Januari 2019 lalu, Prabowo Subianto menyebutkan, beberapa perusahaan badan usaha milik negara atau BUMN tengah mengalami kerugian besar.

Kerugian besar tersebut dikatakan Prabowo terjadi pada masa pemerintahan Presiden Jokowi. Kerugian besar disebutkan terjadi di beberapa BUMN di antaranya PT Pertamina (Persero), PT Perusahaan Listrik Negara (Persero), PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk dan PT Krakatau Steel (Persero) Tbk.

“Pertamina, perusahaan penopang pembangunan Republik Indonesia, sekarang dalam kesulitan. Demikian juga PLN, demikian Krakatau Steel. Jika pun ada BUMN yang untung, untungnya tidak seberapa,” kata Prabowo dalam pidato kebangsaan di Plenary Hall, Jakarta Convention Center, Senayan, Senin (14/1/2019), seperti dilansir suara.com.

Seolah menepis ucapan Prabowo, Krakatau Steel saat itu dalam keterangannya menuturkan bahwa kondisi perusahaan dalam kondisi baik.

Direktur Utama Krakatau Steel, Silmy Karim mengatakan, PT Krakatau Steel (Persero) Tbk akan menjalankan dua proyek strategis tahun ini. Proyek ini bertujuan untuk melakukan ekspansi kapasitas di bagian hilir dan menurunkan biaya produksi di bagian hulu.

Proyek pertama adalah pembangunan Blast Furnace Complex. Pabrik Blast Furnace yang berdiri pada area Blast Furnace Complex PTKS seluas 55 Ha ini merupakan proyek yang dilakukan oleh Konsorsium kontraktor yang terdiri dari MCC CERI dari Cina dan PT Krakatau Engineering (PTKE).

Dengan adanya Blast Furnace Complex, biaya produksi baja akan turun sebesar 50 dolar AS per ton. Hal ini diyakini akan menambah fasilitas iron making atau tahap hulu bertambah.

Namun, hanya berselang empat bulan, klaim ‘kisah manis’ Silmy Karim mengenai kondisi  perusahaan baja terbesar di Asia ini mendadak berubah jadi ‘kisah pilu’.

Buruh di perusahaan yang berdomisili di Kota Cilegon ini kini tengah dalam ancaman PHK massal. Tak tanggung-tanggung 1.300 orang buruh akan kehilangan pekerjaannya di PT KS.

Utang Krakatau Steel Menggunung, Capai Rp 35 Triliun

Dilansir kumparan.com, PT Krakatau Steel pada akhir tahun lalu masih memiliki utang sebesar USD 2,49 miliar atau Rp 35,22 triliun (kurs Rp 14.100). Perseroan juga mencatatkan kinerja keuangan negatif selama 7 tahun berturut-turut.

Pada tahun 2017, utang yang ditanggung KRAS sebesar USD 2,26 miliar. Di tahun 2016 sebesar USD 2,09 miliar, di 2015 sebesar USD 1,91 miliar, di 2014 sebesar USD 1,7 miliar, di 2013 sebesar USD 1,32 miliar, di 2012 sebesar USD 1,44 miliar, dan di 2011 sebesar USD 1,22 miliar.

Menurut Direktur Utama Krakatau Steel, Silmy Karim, salah satu penyebab utang Krakatau Steel membengkak yakni dikarenakan investasi di masa lalu yang tak berjalan sesuai rencana. Di samping itu, inefisiensi operasional turut berkontribusi.

Pada tahun ini, menurut dia, pihaknya akan melakukan restrukturisasi di 3 sektor, yakni restrukturisasi utang, restrukturisasi organisasi, dan restrukturisasi bisnis. Untuk restrukturisasi utang, Krakatau Steel tengah melobi kreditur untuk memperingan tagihan.

“Kemudian kita juga punya saldo utang yang meningkat sehingga total Krakatau Steel harus melakukan restrukturisasi utang. Utang yang direstrukturisasi sekitar USD 2,2 miliar atau sekitar 30 triliun,” jelas Silmy.

Baca juga :