Ada yang Meradang Saat Surya Paloh Rayu Anies


Ada yang Meradang Saat Surya Paloh Rayu Anies

By Don Zakiyamani*

Setelah MRT meeting terjadi, beragam respons muncul ke jagat maya. Prabowo diserang pendukungnya sendiri, termasuk PA 212.

Bagi saya, hal itu wajar saja dan bukan hal yang patut ditertawakan. Kita semua maklum, pendukung fanatik Prabowo inginnya Prabowo tetap sebagai oposisi.

Sejenak kita tinggalkan mereka. Biarkan mereka berpikir sembari zikir sehingga nantinya mendapati hikmah. Sebuah pelajaran politik yang dapat diwariskan pada generasi berikutnya. Melalui proses tersebut biasanya manusia bakal menjadi filsuf.

Sekarang saatnya kita tertawa sejenak. Tidak perlu terbahak-bahak karena dapat menyebabkan hati kehilangan kendali. Sementara hati sangat menentukan moral kita. Tertawalah secukupnya dan sesekali tersenyum.

Lalu apa yang harus kita tertawakan? Begini, Surya Paloh pada Rabu (24/7/2019) mengundang Anies Baswedan makan siang. Lalu mereka ngobrol sebagai sesama politisi. Setelah itu mereka menjumpai wartawan yang telah bersiap bertanya seputar isi pertemuan mereka.

Seperti umumnya manusia yang telah kenyang, meski serius namun santai. Bahkan beberapa kali keduanya tertawa. Mereka dengan cakap menjawab pertanyaan dari teman-teman jurnalis yang hadir. Munculah pertanyaan seputar pilpres 2024.

Sampai di sini belum ada yang lucu. Kelucuan datang ketika mereka selesai bertemu jurnalis. Adalah respons PSI (Partai Solidaritas Indonesia) yang membuat saya tertawa. Respons yang mirip dengan keponakan saya usia 3 tahun jika tak diberi smartphone. Sebabnya apa?

Mereka (PSI) sepertinya tidak setuju dengan sikap Surya Paloh. Sinyal dukungan Surya Paloh kepada Anies membuat PSI ngambek. Wajar, kan, saya tertawa melihat politisi bersikap seperti itu? Beda jika yang berkomentar begitu bukan kader parpol.


PSI seharusnya tak perlu ngambek dengan sikap Surya Paloh. Selain bukan urusan PSI, Surya Paloh bukan politisi kemarin pagi. Ia sudah malang melintang di dunia politik bahkan sebelum Tsamara lahir. Gak usah ngajarin ikan berenang apalagi ini ikan kakap.

PSI sebaiknya evaluasi diri agar suaranya dapat meningkat pada 2024. Gak perlu ngurusin sikap parpol lain. Jangan kelihatan masih kanak-kanak dalam berpolitik. Segera remaja dan dewasa dalam berpolitik agar simpati datang kepada PSI.

PSI harus menatap masa depan jangan terus-terusan terjebak fanatisme pada Ahok. Biarkan Ahok bersama istrinya menjadi warga negara yang baik. Jangan lagi kaitkan Ahok dan Anies. Silakan kritik Anies, namun gunakanlah akal cerdas bukan akal culas.

Om Surya Paloh sedang usaha merayu Anies. Mengapa PSI meradang padahal Anies belum tentu tergoda? Anies bukan Ahok maupun Ridwan Kamil yang mudah terbujuk rayu. Apalagi suara Nasdem tak cukup untuk mengusung capres 2024.

Surya Paloh hanya memberi sinyal kepada Megawati maupun Jokowi. Pertemuan itu memberi pesan politik kepada kedua koleganya (Megawati dan Jokowi). Pesan bahwa jangan coba-coba tinggalkan kami atau kami akan mengusung Anies.

Lagian sikap Surya Paloh sebagai imbas pileg 2019. Mereka bakal menjual nama Anies dan Ridwan Kamil nantinya guna mendongkrak suara pileg 2024. Dua agenda itu yang dijalankan Surya Paloh, menekan Jokowi dan menyiapkan diri untuk 2024.

Karenanya, respons negatif dari PSI menjadi bukti nyata bahwa elite partai itu belum paham politik kepartaian. Mereka kira ini politik di organisasi internal atau eksternal kampus. Mereka kira politik itu hitam atau putih padahal warna lambang partai saja beragam.

Sebenarnya saya hendak menggurui elite PSI. Saya akui mereka lebih hebat, namun sebagai penonton saya dapat melihat lapangan dan pemainnya. Dan saya perlu menuliskan ini agar parpol lain tidak ikutan ngambek.

Sikap PSI yang mulai tak rasional bahkan berpotensi menyulut konflik sebaiknya dihentikan. Tak perlu menggurui Nasdem apalagi menekan partai besutan Surya Paloh itu. Seolah-olah Nasdem fusi dari PSI padahal Nasdem duluan lahir.

Percaya diri itu penting, namun tahu diri dan tahan diri jauh lebih penting. Elite PSI sebaiknya membedakan mana politik aktivis dan kepartaian. Sehingga dalam merespons sebuah peristiwa tampak perbedaannya.

PSI boleh kok undang makan siang Ahok lalu konferensi Pers. Saya kira Nasdem maupun partai lain gak meradang atau ngambek. Silakan buat dukungan agar Ahok dijadikan menteri dalam kabinet Jokowi-Ma'ruf.

Menurut saya, partai lain sepakat hal itu dilakukan PSI. Saya juga yakin semua parpol gak akan meributkan langkah itu. Atau PSI silakan undang makan siang tokoh terkenal lainnya, partai lain gak bakalan ngambek.

Biarkan Surya Paloh merayu Anies dan menggunakan sumber daya yang dimilikinya. Partai mana pun tidak berhak merecoki langkah Surya Paloh. Akui saja kalau Surya Paloh cerdas memanfaatkan momentum.

Ketika semua sibuk berebut kursi, ketika semua sibuk rekonsiliasi pilpres 2019, Anies diserang dari depan dan belakang, dari samping kanan dan kiri. Tak banyak elite yang membela Anies, bahkan Sandiaga Uno sekalipun tak ada komentar.

Tiba-tiba datang undangan Surya Paloh. Hati siapa yang tak riang mendapat teman di kala serangan datang? PSI maupun partai lain harus akui kecerdasan Surya Paloh dalam membaca hati seorang Anies Baswedan.

PSI tak perlu meradang dengan kelihaian seorang Surya Paloh. Bersikap wajar saja dan gunakan diksi lebih diplomatis. Setidaknya PSI belajarlah dewasa dalam berpolitik.***

Sumber: qureta
Baca juga :