JK Sukses 'Taklukan' Prabowo


JK Sukses Taklukan Prabowo

Jusuf Kalla memang sosok fenomenal. Kemampuan diplomasinya tak diragukan. Sebut saja konflik GAM-RI yang akhirnya berdamai. JK juga pernah diundang High Peace Council (HPC) Afghanistan menjadi membantu proses perdamaian di Afghanistan.

Kelihaian JK dalam diplomasi kembali terbukti. Kali ini JK sukses mencairkan suasana politik. Pertemuan singkat JK-Prabowo akhirnya membuahkan hasil yang maksimal. Prabowo mulai melunak, terbukti pidato terakhirnya yang dapat menghimbau pendukungnya agar tidak menuju MK.

Melunaknya Prabowo berarti momen 2014 akan kembali terulang. Pasca sidang MK Prabowo akan bertemu Jokowi. Keduanya sepakat akan bersama-sama membangun Indonesia. Retorika elit politik di depan publik yang paling sering kita dengar.

Lalu muncul pertanyaan, apa yang JK bawa sehingga Prabowo takluk. Menurut saya JK membawa gambaran yang akan terjadi bila Prabowo tak patuh. Akan banyak purnawirawan yang pro Prabowo menjadi tahanan.  Termasuk mantan pasukan Prabowo saat menjadi Danjen Kopassus.

Prabowo tak berdaya, apalagi kekuatan politik semakin melemah. Demokrat dan PAN memberi signal mendukung Jokowi, praktis tinggal PKS. Euforia pileg membuat PKS tidak begitu ngotot lagi soal pilpres. Kader-kader PKS terlena dengan hasil pileg, tak semilitan saat sebelum pemilu.

Fakta-fakta itu cukup bagi Prabowo untuk menyerah pada JK. Habib Rizieq termasuk ulama pendukung Prabowo juga lebih memilih diam. Hanya Gerindra yang masih bersama Prabowo ditambah pendukungnya yang mulai pesimis. Selain itu, pendukung Prabowo kini mulai tak terorganisir.

Sikap Prabowo yang melunak memang sangat diharapkan lawan-lawan politiknya. Meski proses di MK masih berlangsung, menurut saya hasilnya tak jauh beda dengan hasil yang diumumkan KPU. Barangkali akan ada rekomendasi memecat beberapa komisioner KPUD. Rekomendasi DPT agar kedepan lebih baik. Dan keputusan lain yang tidak berpengaruh pada hasil pilpres.

Prabowo sudah menyadari itu. Wajar bila kemudian ia memilih tidak hadir. Meski dengan alasan agar pendukung tak hadir, perubahan arah politik Prabowo sangat kentara. Kini, muncul pertanyaan, apa yang didapatkan Prabowo setelah proses MK selesai.

JK barangkali memberi gambaran. Misalnya Prabowo lebih baik mengutus kader terbaik ke dalam pemerintahan Jokowi-Ma'ruf Amin. Biarkan Demokrat menjadi oposisi bersama PAN. PKS dipastikan akan bersama Gerindra. Skenario ini tentu menarik kita nantikan. Duet PDIP-Gerindra bukanlah duet baru.

Skenario kedua yang menurut saya hanya pengulangan apabila Gerindra kembali menjadi oposisi. Namun Kali ini semakin lemah karena praktis hanya bersama PKS. Kedua opsi yang bisa diambil Prabowo sama-sama memiliki keuntungan dan kerugian.

Sejauh ini, pendukung Prabowo masih ada yang percaya MK akan memutuskan di luar dugaan. Misalnya mendiskualifikasi pasangan Jokowi-Ma'ruf. Bagi saya itu mustahil karena MK berarti telah mengkhianati jutaan suara pendukung Jokowi-Ma'ruf. Kalaupun kecurangan kuantitatif yang akan dibuktikan, MK tak cukup waktu melakukan itu.

Tim hukum Prabowo-Sandi tampak fokus pada kecurangan kualitatif. Sebagaimana dikatakan Mahfud MD langkah itu cerdik. Namun kita harus ingat bahwa seberapa signifikan kecurangan kualitatif (jika ada) terhadap perolehan suara merupakan hal yang penting. Jika tidak signifikan maka MK hanya menganggap itu pelanggaran biasa.

Gambaran ini menurut saya juga dikatakan JK pada saat ketemu Prabowo. Dengan demikian Prabowo semakin putus asa. Prabowo hanya bisa menanti gelar negarawan yang sudah diraihnya sejak 2014. Bahkan ketika pidatonya terkait jangan hadir ke MK bagi pendukungnya, para lawan politik mulai menyematkan gelar tersebut.


JK memang hebat, ia sukses mendinginkan suasana sekaligus mengembalikan persatuan dan kesatuan bangsa. JK sukses melakukan apa yang tidak mampu dilakukan SBY. Kelihaian JK membuktikan ia tokoh diplomasi terbaik bangsa ini. Tentu saja tidak ada makan siang gratis. Jasa JK pada Jokowi pastinya berbalas.

Sebagai pengusaha, hitungan JK selalu untung-rugi. Beberapa nama calon menteri yang menjadi bagian gerbongnya akan diajukan pada Jokowi. Menarik kita tunggu langkah taktis JK selanjutnya guna menuntun Prabowo. Menjadikan Prabowo sebagai 'kader' binaannya. Satu hal yang pasti, JK telah sukses taklukan hati Prabowo.

JK sang diplomat ulung telah membalikkan semua prediksi. Prabowo yang didukung para militan emak-emak dan purnawirawan akhirnya hanya mampu menghela nafas. Meski tak semirip pilpres 2014 akan tetapi adegan rekonsiliasi 2014 akan kembali terulang.

Prabowo kini sudah bisa menyusun strategi baru. Menyiapkan kader terbaik untuk bertarung pada pilpres 2024. Prediksi saya, Sandiaga Uno akan dijadikan ujung tombak. Duet Anies-Sandiaga akan menjadi duet maut pada pilpres 2024. Anies yang dekat dengan JK dan Sandiaga yang dekat Prabowo akan mudah mengulang sukses pilkada DKI Jakarta.

Skenario ini juga yang barangkali ditawarkan JK. Tak bisa dipungkiri JK sebagai tokoh yang merekomendasikan Anies kepada Prabowo pada pilkada Jakarta. JK pula yang mendesak agar Megawati mau mendukung Jokowi pada pilkada DKI Jakarta. JK memang kingmaker dan wajar bila Prabowo takluk padanya.

(Penulis: Don Zakiyamani)

Sumber: Qureta

Baca juga :