KADAR KEIMANAN KEDUA CAPRES


By: Wendra Setiawan

Kali ini, saya tidak akan membahas tentang debat, karena mau sebagus apapun salah satu paslon tampil, terutama Sandi malam ini, kedua belah pihak pasti akan mengklaim bahwa paslon merekalah yang paling hebat. Dan ini percuma diperdebatkan.

Saya hanya ingin membahas salah satu isu yang belakangan ini hangat menghiasi jagad medsos, yaitu tentang kadar keimanan kedua capres.

Prabowo digambarkan sebagai capres yang hanya Islam 'KTP'. Tidak bisa ngaji, tidak shalat, bahkan tidak pernah jumatan.

Dan Pak Jokowi digambarkan sebagai sosok yang sangat saleh. Tidak pernah lupa shalat. Bukan hoax karena semua didokumentasikan. Katanya jago ngaji juga, walaupun saya belum pernah mendengar sendiri. Tajwidnya sempurna.

Tapi ada keanehan di GBK, tempat kedua paslon mengakhiri kampanye.

Saya heran, bagaimana Prabowo yang kadar keislamannya diragukan oleh pihak sebelah, bisa 'mengajak' semua pendukungnya yang beragama Islam shalat subuh secara berjamaah, dan yang non-Islam bisa berdoa bersama-sama menurut agama dan kepercayaan masing-masing?

Dan mengapa dalam kampanye Pak Jokowi yang santri, yang sangat alim, murid banyak syeikh, tidak bisa mengomandoi pendukungnya untuk melakukan minimal hal yang sama seperti yang terjadi 6 hari yang lalu di tempat yang sama? Dzuhur dan ashar seperti terlewat begitu saja.

Saya tidak ingin menilai sah atau tidak, shalat atau tidak, masing-masing pendukung. Itu bukan tugas saya.

Saya hanya ingin menilai bagaimana  masing-masing capres 'mempengaruhi' pendukungnya.

Lihatlah sikap pendukung di setiap kampanye Prabowo. Sangat tertib. Ketika kampanye memasuki waktu shalat, semua pendukungnya yang beragama Islam shalat berjamaah. Saat pembagian konsumsi, semua tertib, tidak berebutan. Dan ketika acara selesai, lokasi kampanye langsung dibersihkan, tanpa harus diminta.

Dan silakan bandingkan dengan kampanye capres yang lain. Pernah melihat pendukung paslon 'santri-ulama' yang muslim shalat berjamaah? Tertibkah saat pembagian konsumsi? Bersihkan lokasi kampanye setelah acara selesai?

Bagaimana bisa capres yang katanya tidak agamis bisa memberi aura positif kepada pendukungnya, tetapi sebaliknya dengan capres yang lain?

Tidak usah heran, karena itulah yang disebut dengan 'leadership'. Aura kepemimpinan ini tidak bisa bohong. Seseorang yang memiliki jiwa leadership, mau difitnah seperti apapun, jiwa kepemimpinannya tidak akan bisa ditutupi. Dan sebaliknya jika tidak punya. Mau didandani seperti apapun, jiwa kepemimpinannya tidak akan muncul.

Jadi terjawab kan, mengapa antar kabinet di era ini sering ribut sendiri?

Lalu mengapa capres yang bisa memberi aura positif pada pendukungnya, dicitrakan buruk oleh media? Dan mengapa capres yang satu lagi sebaliknya?

Jawabnya adalah, karena kita sedang dicuci otak.

Baca juga :