KETIKA UAS DITERJANG FITNAHAN & SERIBU PUNGGUNG SIAP MENAHAN


KETIKA UAS DITERJANG FITNAHAN & SERIBU PUNGGUNG SIAP MENAHAN

Ust. Dr. Miftah el-Banjary, MA
(Alumni Doktoral Institute of Arab League Cairo Mesir)

Kemunculan UAS (Ustadz Abdul Somad) dalam acara dialog eksklusif bersama Bapak Prabowo secara Live di TV One, petang Kamis (12/04/19) yang lalu mengejutkan banyak pihak.

Meskipun kehadiran UAS dalam kapasitasnya sebagai seorang ustadz, serta tidak ada statement dukungan secara dekleratif, namun pesan semiotika politiknya mampu ditangkap dan dipahami semua orang kemana dukungan itu berlabuh.

Tentu saja, hal itu sedikit banyaknya akan mampu mempengaruhi masa pendukung dan secara kalkuasi politik akan sangat menguntungkan bagi satu pihak dan tidak menguntungkan pihak lain.

Nampaknya UAS sedari awal sudah menyadari resiko pilihannya, sehingga di sela-sela dialog UAS mengatakan, “Apa yang terjadi pada saya, kuserahkan semua pada Engkau ya Allah, yang penting sudah ku sampaikan,” dikutip Viva, 14 April 2019.

Benar saja, skenario fitnahan terhadap da'i lulusan al-Azhar itu mulai gencar diarahkan, mulai dari rumor tuduhan pelanggaran kode etik ASN, hingga serangan terhadap pribadi dan keluarga UAS secara tiba-tiba, brutal secara serampangan dengan fitnah hadirnya wanita-wanita baru di sekitar UAS yang sama sekali tidak benar adanya.

Mana mungkin guru kami, sahabat kami, senior kami melakukan hal senista itu? Dan kapan ada waktu UAS berganti-ganti istri, sementara waktu dakwah beliau saja sudah sangat padat, hingga beliau sering harus menggunakan helikopter jemputan carter dari para pengundangnya. Logikanya dimana? Harusnya si pembuat fitnahan lebih cerdas lagi dong!

UAS rupanya dianggap target yang patut diperhitungkan oleh lawan yang merasa terancam dan panik. Tapi cara-cara seperti itu sungguh menistakan dan tidak ilegan dalam dunia demokratis seperti saat ini. Mengapa ulama di kubu tertentu diterjang fitnahan, sementara di kubu lain aman-aman saja?

Saya tidak ingin berpanjang lebar membahas soal tudingan dan fitnah itu, apalagi ingin menelisik dan menduga-duga siapa pelakunya, sebab jawaban terhadap persoalan UAS itu sesungguhnya telah dijawab sendiri oleh kata-kata bijak beliau terhadap bapak Prabowo pada dialog itu kemarin.

UAS menasehatkan, “Pohon durian, jika masih berputik, tidak ada orang yang tertarik mengambilnya, tapi bila sudah berbuah, harum baunya, maka pada saat itulah, orang-orang mulai melemparinya dan berusaha memanjatnya.”

Oleh karena itulah, saya tidak merasa khawatir apa-apa pun yang menimpa terhadap UAS, sebab beliau telah menyerahkan segalanya bertawakkal pada Allah. Saya yakin Allah akan menjaga dan menyelematkan beliau.

Namun demikian, saya tetap menulis pembelaan terhadap para ulama, seperti UAS, paling tidak didadasari dan didorong oleh beberapa hal, diantaranya;

Pertama: Memiliki kesamaan perjuangan. Kedua, Kesamaan tujuan dakwah, manhaj akidah ahlu sunnah wal jama'ah serta latar belakang pendidikan. Ketiga, Panggilan hati terhadap ulama yang tulus dan ikhlas berdakwah.

Saya mengamati UAS berbeda dengan kebanyakan para ustadz atau kyai lainnya yang silau dengan glamor populiritas dan pengikut banyak, meski pengikutnya jutaan orang jamaah, UAS tetap istiqamah dan tidak tergiur tawaran Cawapres, bahkan tak ingin diundang masuk istana. Masya Allah! UAS ulama panutan kita semua.

Oleh karena itulah, ketika UAS diserang dan difitnah dengan berbagai tuduhan keji, saya merasa terpanggil dan berkewajiban membela, meski lewat doa dan tulisan agar beliau senantiasa dilindungi oleh Allah dalam dakwah, pribadi dan serta keluarganya.

Sebab tanpa rasa kepeduliaan itu, rasanya tidak patut lah saya mengakui sebagai pribadi yang beriman, ketika sesama ulama dihinakan, kita tinggal diam, tanpa reaksi dan respon sedikit pun.

Di Mesir kami dibentuk bukan sekedar intelektual saja, tapi kami dibentuk secara mental. Tampaknya Mesir sudah dipersiapkan sebagai negeri penghasil para ulama, sehingga kehidupan pergaulan masyarakat Arab Mesir yang keras membentuk mental yang tidak mudah rapuh menghadapi tantangan.

Fitnahan keras di dalam negeri ini tak akan membuat UAS rapuh dan bertekuk lutut. Jangan mengharapkan langit runtuh berderak derai menggetarkan keyakinan hati kami. Kami sudah terbiasa dan dibentuk kuat oleh negeri-negeri gurun dimana kami dibentuk.

Kami seperti satu bangunan yang akan menguatkan bangunan yang lain. Ketika satu UAS, diserang dan disakiti yakinlah akan ada UAS-UAS lainnya. Kami akan berada di depan membela sahabat dan guru kami.

Satu-satunya, penjamin keselamatan kami adalah sebuah ungkapan yang seringkali dijadikan ungkapan khas dan doa orang-orang Mesir di sana adalah, “Tawakkal ‘alallah. Hasbunallah wa ni’mal wakil! Bertawakkallah pada Allah! Cukup lah Allah bagi kami sebaik-baiknya tempat berserah diri!”

Dalam kondisi dan keadaan apa pun, kalimat-kalimat itu telah menjadi darah daging dalam menghadapi dan menyelesaikan berbagai masalah, sebesar apa pun. Cukuplah Allah tempat berserah diri! Jangan berserah diri selain kepada Allah! Sebab para nabi dan rasul Ulul Azmi pun mengucapkan doa yang sama. Hasbunallah wa ni’mal wakil.

Apa pesan yang ingin saya sampaikan dalam tulisan ini bahwa sebesar apapun terpaan fitnahan dan kejahatan yang akan mereka lakukan terhadap UAS dan keluarga beliau, saya yakin insya Allah akan menjaganya.

Insya Allah, Allah yang akan membolak-balikkan tangan-tangan jahat itu, lalu mengembalikan kejahatan itu pada para pelakunya, bahkan siapa saja yang berperan utama dibalik fitnahan itu. Insya Allah, UAS akan tegar dengan kekuatan Hasbunallah.

Akhirnya, saya hanya berdoa dan mengajak semua rekan-rekan pencinta UAS untuk mendoakan tuan guru kita, ustadz kita, kanda kita, ulama kita agar senantiasa mendapatkan perlindungan dari Allah dari segala makar dan tipu daya yang akan mencelakai beliau dan keluarga. Hasbunulllah wa ni’mal wakiil, ni’mal maula wa ni’man nashir.

اللهم إنا نستحفظك ونستوعك ديننا وأنفسنا وأهلنا وأولادنا وكل شيئ أعطيتنا من كل شيطان مريد وجبار عنيد وذي عين وذي بغي ومن شر كل ذي شر إنك على كل شيئ قدير 


Baca juga :