Dr. Ardi Wirdamulia: Yang Ditolak Bukan Quick Countnya, Tapi Lembaga Survei Yang Diragukan Kredibilitasnya


[PORTAL-ISLAM.ID]  Dr. Ardi Wirdamulia, President Director PT Riset Prima Indonesia yang selama ini berkiprah di bidang riset turut berkomentar terhadap hasil Quick Count Pilpres 2019 yang dirilis oleh berbagai lembaga survei.

Banyak yang menolak dan tidak mempercayai hasil Quick Count (QC) yang kesemuanya memenangkan paslon 01 Joko Widodo - Maruf Amin.

Lalu apa pendapat peneliti yang pernah bekerja di lembaga riset dunia Nielsen ini?

Menurut Dr Ardi, yang menolak hasil QC sebenarnya bukan menolak QC-nya, tapi tidak mempercayai lembaga survei yang mengeluarkan QC.

Terlebih sebelum perhelatan Pilpres, lembaga-lembaga survei itu dipanggil ke Istana.

Berikut selengkapnya dikutip dari akun twitter Dr. Ardi Wirdamulia (@awemany):

~ Pemilihannya memang telah berakhir, namun penghitungannya masih dilakukan. Mari kita kawal penghitungan itu dengan baik. Cegah segala bentuk kecurangan.

~ Karena penghitungannya belum selesai, maka belum saatnya juga bagi kedua kubu untuk mengaku menang. KPU janji 35 hari. Kita sudah ribut hampir 9 bulan, ya masak ngga mau nunggu sebulan lagi sih.

~ Ribut-ribut soal QC itu ngga ada gunanya. Yg diributkan toh bukan QC nya. Masalahnya tetap pada kredibilitas penyelenggara QC itu. Ada yg percaya dan ada yang ngga percaya. Ya ngga perlu baper lalu nyuruh semua orang harus percaya ama si penyelenggara.

~ Saya lebih concern pada proses rekonsiliasi paska pilpres. Setiap kontestasi itu selalu ada yg menang dan ada yang kalah. Apakah yg merasa menang akan menepuk dada dan terus menekan pihak yang dianggap kalah? Demi apa?

~ Kalau yakin menang, justru akan mencoba untuk membangun kembali tali persaudaraan. Indonesia yg lebih baik hanya bisa dicapai dengan rasa kebersamaan itu. Jadi, menjadikan kemenangan paslon hanya untuk kepentingan ego pribadi ya cuma kerja orang rendahan.

~ Buat pendukung 02, jangan argue against (membantah) QC nya. Nanti klean kedodoran. Sampaikan saja dengan sederhana. Kami ngga percaya dengan integritas pelakunya. Sampai saat ini belum muncul bukti-bukti untuk menunjukkan mereka sudah lakukan QC secara benar.

~ Kalau mereka niat untuk mempertanggungjawabkan kerjanya, sebenarnya simple. Publikasikan saja TPS-TPS yg jadi sampel. Dari situ kita bisa lihat apakah benar acak. Dan apakah mereka merekam dengan benar. Ngga susah.

Dr Ardi juga membantah klaim Litbang Kompas yang menyatakan (melalui tulisan di Kompas) bahwa telah dipaparkan metode penentuan TPS sampel dalam hitung cepat (QC) Litbang Kompas.

"Bohong. Ngga ada detail metode penentuan sampelnya. Cuma ada penjelasan soal apa itu hitung cepat dan gambaran kerja," sergah Dr. Ardi.
Baca juga :