Penampilan Kalem dan Santun, Sandi Tumbangkan 8 'Serangan' Najwa Shihab


[PORTAL-ISLAM.ID]  Tayangan Mata Najwa, Rabu (27/2/19) malam berubah menjadi agak tegang. Najwa mulai "ngegas" dengan melontarkan "serangan" bertubi kepada cawapres Sandiaga Salahuddin Uno. Serangan dipusatkan Najwa seputar doa Neno Warisman yang belakangan menjadi polemik.

Tetapi serangan beruntun dari Najwa berupa 8 pertanyaan jebakan berhasil patah. Benar-benar patah dengan jurus Penampilan Kalem dan Santun Sandi.

Najwa memulai dengan memutar doa Neno Warisman pada malam Munajat 212 di Monas, Jakarta, Kamis (21/2/19). Doa yang menguras emosi dan terinsipirasi dari perjuangan Nabi Muhammad yang mulia.

Sandi diam sejenak. Memperhatikan dengan cermat doa yang dibaca oleh Neno. Seketika itu, Najwa melontarkan pertanyaan pertama. Amat menohok.

"Bang Sandi, apakah Anda punya kekhawatiran yang sama dengan Neno Warisman yang mengkhawatirkan kalau Anda dan Pak Prabowo tidak menang tidak akan ada lagi yang menyembah Tuhan?" kata Najwa.

Sandi hanya butuh beberapa detik untuk menjawab. Terbaca jelas tingkat kecerdasan mantan Wakil Gubernur DKI Jakarta ini.

"Mbak Neno," kata Sandi dengan mengumbar senyum, "nggak nyebut Prabowo-Sandi di situ."

Najwa terdiam. Tapi dia melanjutkan pertanyaan kedua. "Anda tidak menyayangkan doa itu?" lanjut Najwa.

Sandi kembali menunjukkan kelasnya. Pertanyaan kedua ditumbangkan Sandi dengan jawaban yang berkelas. Dia ingin mengamalkan hadits Nabi untuk tidak mencampuri apa yang bukan bidangnya.

"Saya tidak layak berkomentar tentang doa. Saya sama sekali minim pengetahuan tentang doa." terangnya masih dengan senyum yang menyejukkan.

Sandi terlihat menjawab serangan. Tetapi, ia sedang memberikan serangan balik. Ia ingin mengingatkan sosok yang "sok-sokan" menjadi imam shalat, padahal bacaan Al-Fatihahnya menjadi Al-Fatekah.

Dua kali dipatahkan, Najwa melanjutkan pertanyaan ketiga. Katanya tegas, "Interpretasi yang muncul, orang menyesalkan dan mengait-ngaitkan doa ini dengan politik?"

Sandi kembali menghindar dengan canggih. Dia hanya sedikit berkelit, mengembalikan semuanya kepada masyarakat yang menilai. "Interpretasi masyarakat kita serahkan kepada anggota masyarakat. Kalau saya melihat tadi, doa yang disampaikan Neno Warisman dari lubuk hati paling dalam, adalah bagian hubungan dia dengan Sang Pencipta." tegas Sandi, Najwa menyimak. Terlihat terkesima.

"Jadi," simpul Sandi menjelaskan jawaban, "sebuah doa adalah domain dari pengucap doa dan penerima doa, Allah Subhanahu wa Ta"ala."

Najwa belum puas. Dia kembali "nyosor". Pertanyaannya semakin bertubi. Mengejar dan menguji kecerdasan Sandi. "Disampaikan di tempat terbuka dan berpotensi memicu konflik?" tegas Najwa.

Soal pertanyaan keempat ini, Sandi menyampaikan jawaban dengan analogi super cerdas. Benar-benar santun, kalem, dan telak.

"Jangankan di ruang publik seperti itu tadi, kalau disampaikan di arisan saja dan anggota arisan ada yang pilih 01 dan pilih 02 pasti interpretasinya beda." Sandi, kalem.

Di sini, Najwa seperti menemukan momentum menyerang kembali. Katanya segera, "Jadi itu berpotensi menjadi konflik karena disampaikan di ruang publik oleh seorang politisi?"

"Marilah kita bijak melihat setiap doa, ungkapan, dan sebagainya dikembalikan kepada proporsinya masing-masing. Bangsa ini perlu narasi baru kalau kita kelola perbedaan dalam kesejukan, politik santun." lanjut Sandi, menyejukkan.

Sandi menjelaskan, dirinya kerap berpesan kepada Badan Pemenangan Nasional (BPN) dan seluruh relawan agar mengedepankan kesantunan dan fokus kepada isu ekonomi. Pasalnya, masyarakat semakin susah mendapatkan kehidupan yang layak.

Mendengar penjelasan santun dari Sandi, Najwa masih berusaha mencari cela. Pada pertanyaan ke-enam, Najwa mengalihkan serangan ke BPN. "Apakah (pembacaan doa Neno dalam Malam Munajat 212) merupakan strategi BPN?" katanya, menukik.

"Itu bukan kegiatan BPN. Kalau kegiatan BPN, saya hadir. Saya gak hadir (jadi bukan kegiatan BPN)." tegas Sandi.

Najwa bersikukuh. Ia melanjutkan pertanyaan bernada memojokkan kepada BPN. Katanya, "Berarti BPN memanfaatkan (malam munajat 212) untuk kepentingan politik?"

"Tokoh-tokoh itu," lanjut Sandi, "diundang sebagai tokoh politik atau masyarakat, silakan dicek." tantang Sandi.

Sandi kemudian mencontohkan pernyataan Zulkifli Hasan saat Malam Munajat 212 soal pilihan Presiden. Kata Sandi, apa yang disampaikan Zul merupakan hal yang biasa. "Bagi saya, apa yang disampaikan Pak Zul, ini jokenya seringkali disampaikan; Nomor 1 dibuka, nomor 2 dicoblos." kata Sandi santai.

"Jadi," pungkas Najwa lontarkan "serangan" terakhir, "Anda merestui (doa Neno Warisman)?"

"Di tahun politik, apa pun yang kita lakukan selalu ada interpretasi politik. Jelas masyarakat terpolarisasi. Fokus kita bagaimana meyakinkan masyarakat yang belum mantap." pungkas Sandi.

Penampilan Kalem dan Santun mantan Wagub DKI Jakarta ini diakhiri dengan pujian dan tantangan untuk Najwa dan acaranya. Katanya woles, "Terimakasih dan saya tunggu undangan berikutnya."

Hadirin spontan bertepuk tangan. Jawaban dan emosi Sandi mencerminkan kualitas kecerdasannya. Kemudian semilir angin mengantarkan pertanyaan, "Coba yang diundang kubu sebelah, pertanyaannya seganas ini atau tidak?"

Saya ingatkan kepada penanya, "Jangan seperti dengan orang tua. Kita hormati. Mari antarkan beliau menikmati hari dengan istirahat dan menulis buku di rumah. Cukup anak muda yang selesaikan persoalan negeri sebesar Indonesia ini."

Sumber: Gelora
Baca juga :