Bantah Mendag, Said Didu: Tidak Ada Kaitannya Gula dengan Bulukan Dodol


[PORTAL-ISLAM.ID] Impor gula untuk industri belakangan ini kembali mendapat sorotan. Sebab volumenya mencapai 4,45 juta ton. Jumlah itu menempatkan Indonesia berada di urutan pertama sebagai negara paling besar pengimpor gula.

Ekonom senior dari Universitas Indonesia (UI) Faisal Basri menyoroti impor gila-gilaan di akhir periode rezim pemerintahan saat ini di tengah publik terpusat perhatiannya pada Pemilu 2019.

"Menjelang pemilu, tiba-tiba Indonesia menjadi pengimpor gula terbesar di Dunia. Praktek rente gila-gilaan seperti ini berkontribusi memperburuk defisit perdagangan," ujar Faisal Basri melalui akun twitternya, Rabu (9/1/2019).

Menanggapi hal itu, Menteri Perdagangan (Mendag) Enggartiasto Lukita mengungkapkan, impor gula industri besar karena kebutuhannya mengalami peningkatan. Sementara, industri di dalam negeri belum bisa memenuhinya, baik volume maupun spesifikasinya.

Bukan hanya industri multinasional, lanjut Enggar, industri domestik juga tidak mau memakai gula produksi dalam negeri. “Dodol Garut gampang bulukan kalau pakai yang itu (gula produksi dalam negeri). Ini berdasarkan masukan dari pabrik Dodol Garut ya,” ujar Mendag berdalih, seperti diberitakan koran Rakyat Merdeka.

Namun pernyataan Menteri Perdagangan ini dibantah mantan Staf Khusus Menteri BUMN, Muhammad Said Didu yang menyatakan tidak ada kaitannya gula dengan dodol bulukan.

"Bulukan itu karena jamur - tidak ada kaitan dengan gula yg digunakan karena gula apapun yang digunakan pasti akan dimasak sehingga jamurnya mati. Jamur tumbuh kembali karena dodol tsb kadar airnya masih tinggi. Jadi tidak ada kaitan antara gula lokal dg gula impor," kata Said Didu melalui akun twitternya, Minggu (20/1/2019).

Baca juga :